~Numb 29

11 2 0
                                    

HALOWW yeyy Finava update lagi nihh... Waduh buat yang buka link ini tapi belum tahu cerita awal, baca cerita di awal dulu yaa!! jangan kesini dulu wkwkwk, okeh buat yg udah baca sampai sini.. waahhh aku senang bangett kalau kalian setia baca sampe sini hehehe, makasihh yaa jangan lupa dong untuk votenyaa, vote kalian itu penting banget buat akuu okeh!

Selamat membaca 🤗

.

Seketika suasana taman berubah drastis dari yang terdengar tawaan anak kecil sekarang hanyalah suara serangga, benar-benar hening. Ava dan Figan berdiri di depan Ayah Ava. Ava sendiri bingung melihat ekspresi ayahnya yang tidak akrab. Dan yang jelas sangat menyeramkan. Seperti ingin menerkam.

"jawab pertanyaan saya."

Figan menelan salivanya. Mengerutkan alis, "maaf om, saya--"

Belum selesai Figan menjawab Ayah sudah berdecak, memotong. "saya tidak butuh penjelasan."

Dari tadi Ava hanya bisa melihat kedua lelaki itu, diam tidak memotong pembicaraan. "Figan,"

"Ayah Figan ini--"

"Ava ayah tidak ada menyuruhmu ikut bersuara." Ayah lagi-lagi memotong pembicaraan bahkan kepada anak satu-satunya.

Pikiran Ava mulai berkecamuk, kali ini Ayah tidak terlihat seperti Ayah yang Ava kenal. Terlihat dari mata Ayah saja berbeda dari biasanya. Sementara Figan masih setia berdiri tanpa ikut berekspresi dingin terhadap Ayah. "Figan, Dari keluarga mana?"

"Lawrence," jawab Figan bernada serius.

Ayah menatap Figan dari bawah sampai atas, dimata Ayah, Figan sangat sederhana tidak memamerkan kekayaan keluarga Lawrence, Ayah bersmirk "oh.."

"ikut saya, saya ingin bicara denganmu." Ayah bangkit dari tempat duduk, lalu menarik lengan Ava membawa Ava ke mobil di ikuti Figan dari belakang.

.

Kedua cangkir telah tertata rapi di atas meja kaca ruang tamu. Ava yang membawanya kesana. Dan Ayah pun menyuruh Ava ke kamar. Tidak boleh ikut walaupun hanya sekedar melihat mereka berbincang.

Ayah mulai menyeruput teh buatan Ava, "maaf jika mendadak. Saya tahu kamu adalah penerus dari keluarga berjaya Lawrence. Mungkin Ava tidak tahu."

"apa alasanmu menemui Ava?" sekarang Ayah bertanya dengan serius seraya menatap tajam manik Figan.

Figan menghela napas, "saya tidak sengaja bertemu dengannya."

"oh jadi benar begitu, apa kamu dekat dengan Ava?"

Figan tersenyum pahit, menyeruput sedikit teh yang tersedia di atas meja, "tidak,"

Sang Ayah mengernyit heran, "dia selalu menghindar dari saya, sangat tertutup. Bahkan saya sendiri bingung harus berbuat apa padanya." lanjut Figan menjelaskan.

"Figan ada yang saya ingin sampaikan padamu, saya akan percaya padamu, memang kepercayaan saya terhadapmu sangat singkat. Tapi hanya kamu orang yang bisa saya percaya. Jadi saya ingin kamu berjanji terlebih dahulu sebelum saya menyampaikan." Ayah bersender di sofa, melipat kedua tangannya di depan dada, matanya tertuju pada Figan.

Jujur Figan tidak mengerti apa yang di utarakan Ayah Ava saat ini, yang tiba-tiba ingin membuat perjanjian padanya. Tapi karena Figan sudah dibuat penasaran dengan apa yang akan disampaikan Ayah Ava. Figan menerima perjanjian itu.

FINAVA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang