~Numb 59

3 1 0
                                    

Sudah tiga tahun lamanya kejadian itu berlalu dengan cepat. Ava kini menduduki kursi mahasiswa di universitas ternama. Berkat beasiswa yang Ava dapatkan dari sekolah. Ava pun tak perlu sibuk mengurus biaya kuliahan maupun kos-an sebab sudah ditanggung semua oleh sekolah. Ava lulus dengan nilai yang amat luar biasa, bahkan tidak ada murid angkatan yang mendekati nilai rata-rata Ava. Pada saat kelulusan Ava diberikan penghargaan seperti sertifikat dan beberapa bucket bunga dari teman-teman, termasuk teman Figan. Mereka ikut datang ke acara saat itu. Namun orang yang Ava cari tidak ada. Hanya mereka. 

Ingat sekali, ketika Ava bertanya tentang keadaan Figan tak ada satu pun menjawab, mereka malah memberikan topik lain. Vira sendiri juga tidak tahu apa-apa, bahkan Lita. Meskipun Lita sudah menjadi teman baik Ava, Lita tetap membungkam. Karena itu, Ava nekat datang ke rumah mewah Figan, sesampai disana hanya ada pelayan dan beberapa tukang kebun. Benar-benar kosong. 

Selama setahun Ava tak bertemu, selalu berharap bertemu. Walaupun pikiran negatif datang terus-menerus. Waktu dalam setahun Ava habiskan untuk diam dirumah sendiri, terkadang Vira datang menghampiri, juga ke empat teman Figan. Dia tidak ada. Tidak bersama ke empat temannya. Lita juga datang bersama Mami nya untuk menemani. Mereka berdua pun menghindar dari topik tentang keadaan Figan. Ava takut, takut kehilangan.

Di tahun kedua, Ava mulai sibuk kuliah di fakultas kedokteran semester 1. Ava tak lagi bertanya tentang keberadaan Figan, tidak lagi bertanya keadaannya kepada teman-teman. Ava berusaha untuk tetap diam, menunggu kedatangan dia. Entah sampai kapan lamanya. Kini Ava menjalani kehidupan sendiri. Sangat sepi, Ava kangen sekali dengan keberadaan Figan yang selalu membuat dirinya terlindungi tidak pernah lagi merasa kesepian seperti sekarang ini. Sampai di akhir bulan ketika kembang api menyala terang di langit, dia juga tak kunjung datang.

Tahun ini adalah tahun ketiga Ava sendirian, tahun ini dapat jatah libur selama satu bulan untuk persiapan semester berikutnya. Ava pulang kerumah, untuk menghabiskan waktu liburannya. Vira orang yang pertama tahu kalau Ava akan pulang, sebab hanya Vira yang Ava beri tahu. Sesampai di rumah Ava bertemu Vira--gadis berambut panjang itu kini menjadi pendek se-bahu sedangkan Ava sebaliknya berambut panjang sampai pinggang, ia melambaikan tangan dengan senyuman sumringahnya. Ava membalas senyuman tersebut berlari kecil sambil menarik koper pinknya. "lama tak jumpa Ava!" sambut Vira memeluk erat Ava. 

Ava membalas pelukan tersebut, "wahh, gak nyangka kamu akan datang secepat ini, Vir" mereka mulai melepaskan pelukan.

"masih aja ya ngomongnya aku-kamu, gue-elo dong Va!" seru Vira tertawa.

Ava ikut tertawa, "ayo masuk,"

.

"huahh, capek banget jadi anak dkv! asal lo tau aja ya, gue dapat tugas gambar terus dikasi waktu tiga puluh menit, Va. Mana disuruh buat muka dosennya pula, emang udah gila!" Vira mengeluh bersender pada sofa.

"toh kamu yang pengen pilih jurusan itu, kenapa ngeluh coba?" balas Ava terkekeh sembari membawa dua cangkir teh dari dapur. Teh itu lalu di taruh di meja dekat sofa. Vira lagi-lagi menghela napas panjang.

Vira segera menyambar cangkir tersebut, menyeruput. "terus lo sendiri gimana kuliahnya gak capek apa jadi anak kedokteran?" tanya Vira mengerutkan alis. Ava menggedikan bahu, tidak bisa bilang mudah tidak bisa juga bilang susah, masih dalam jangkauannya.

Vira jengkel, "enak ya jadi anak pinter, dapat beasiswa, apa-apa gratis!"

"hii, enggak juga. Jadi anak pintar tuh kalo salah jawab udah langsung di cap jelek loh! makanya agak susah juga buat pertahanin nilai,"

"huh, kau mencoba untuk menghibur bukan?" 

"mana ada!" balas Ava berseru.

Sibuk berbincang semasa kuliah, hingga teh mulai habis. Kini Ava mengalih topik, bosan berbincang hal memusingkan. "bagaimana kamu dengan Adan? masih nyambung kah?" Ava bertanya menaik-naikkan alis.

Wajah Vira seketika merah padam, "apasih, jelas iyalah! ga mungkin gue putus ama tu anak rese! bahaya kalo putus ama dia bisa-bisa gue di stalker setiap hari," Vira menoleh pada Ava, "lah elo? Figan?" Ya, Vira, Lita dan ke empat teman Figan tahu bahwa Ava punya perasaan terhadapnya. Walaupun mereka sudah tahu dari awal. Tapi tetap saja tak ada info lagi sejak kejadian itu terjadi yang Ava tahu Figan dalam keadaan koma dan dibawa kerumah sakit lain. "Va? lo udah mulai..."

"enggak! aku masih nunggu, aku bingung harus jawab apa. Tak ada satu pun kabar yang datang, pesan-pesan yang ku kirim saja tidak ada balasan masuk," potong Ava menunduk.

"bagaimana jika dia--"

"gak akan! dia pasti ada Vir, kamu ini jangan berpikiran negatif deh!" Ava berseru kesal.

Vira menggeleng kepala, "bukan Va, bagaimana jika hal yang tidak mugkin terjadi akan terjadi? gue tau lo nunggu hingga tiga tahun lamanya Va, terus gak ada kabar apapun? bukankah hal aneh? bagaimana jika dia memang sudah tidak ada dan tidak ingin memberi tahu lo karena takut lo mengalami depresi berat itu lagi?" ucap Vira tidak lagi dipotong oleh Ava. Ava terdiam. Bertanya pada dirinya sendiri, bagaimana jika benar?

"gak! gak mungkin!" balas Ava menggeleng.

"hmm, sudahlah gue juga udah muak ama Figan si cowok brengsek itu, kali ini untuk yang terakhir kalinya gue akan doakan yang terbaik! demi sahabat gue!"

.

Pada saat bulan purnama mulai terlihat, Vira memutuskan untuk pulang, sudah larut malam. "hati-hati ya Va, nanti ada hantu hiii" 

"kamu ini minta dijitak kah?" Vira tertawa melambaikan tangan menuju taksi yang ia pesan. Taksi itu pun mulai melaju pelan, hingga hilang dari pandangan Ava. Ava kembali memasuki rumah, mengunci pintu utama.

Ava pun mengeluarkan kertas-kertas rangkuman pelajaran dan laptop, tidak lupa dengan kacamata, Ava memulai untuk mengerjakan tugas yang harus di kumpulkan ketika musim libur ini habis, tidak peduli jika masih lama waktu pengumpulannya, Ava senang hati mengerjakan tugas ini awal-awal, daripada terburu-buru nantinya. 

Jam mulai menunjukkan pukul dua belas malam, barulah Ava selesai mengerjakan, kembali ke kamar untuk tidur. Ava melentangkan tubuhnya ke kasur. Menatap langit-langit atap rumah. Tidak lama kemudian mata mulai berat dan tertidur dalam sekejap.

Ava terus memikirkan Figan sampai-sampai terbawa mimpi, yaitu mimpi buruk. Ava melihat Figan di makamkan dekat rumah mewah itu, Ava menangis kencang disana Lita terus memeluk Ava membiarkan Ava sedikit tenang, tapi apalah daya Ava tetap menangis, tak tahan melihat ini semua. Sedangkan ke empat teman Figan hanya diam menatap peti putih elegan itu di kubur. Vira membawa sebucket bunga mawar putih untuk Figan. Ava tidak sanggup, Ava benar-benar sudah kehilangan.

"hah?! hah.. hah.." Ava bangun dari mimpi tepat di pukul dua subuh.

Ava mulai terisak, menangis. Bagaimana jika itu benar terjadi? apa yang harus Ava lakukan? pertanyaan itu datang  membuat Ava semakin sakit.


baibai
-sagungr.

FINAVA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang