~Numb 27

11 3 0
                                    

Hai haii maaf kalo lama update hehehe, tapi gapapa hari ini aku udah update yg chap selanjutnya, oke dehh silakann dibaca yaa!!

Aku ingatkan lagi untuk klik vote ya kalau memang suka sama ini cerita...

.

Seorang gadis tengah berbaring di ranjang, menutup kedua matanya dengan salah satu lengannya. Sementara air mata terus mengalir deras disana. Gadis ini sedang tidak dalam keadaan prima, sekarang si gadis terus menerus memikirkan kata-kata yang sebelumnya ia utarakan pada Figan.

Alasan Ava mengutarakan kata itu pada Figan, sebenarnya itu semua hanyalah kebohongan, Ava selama ini sudah mulai percaya dengan lelaki bertopi putih itu, namun masa lalu terus memutari otak, membuat Ava berpikir dua kali untuk memercayai lelaki itu. Ava tidak mau memberikan percaya dengan seseorang yang bahkan Ava belum kenal lebih jauh.

Tetapi Ava ingin sekali berkata yang sejujurnya. Ava selalu takut akan masa lalu yang datang kembali dalam kehidupan dirinya.

Sangat menyiksa, dan menyakitkan.

Usai Ava menangis, bangkit dari ranjang, berjalan ke arah laci meja belajar,dan diambilah sebuah obat penenang. Hanya obat yang satu-satunya bisa menenangkan pikiran.

"ayah belum pulang... ya?" gumam Ava setelah meminum obat. Setelah itu kembali berbaring, menyelimuti diri, lantas masuk ke alam mimpi. Ava tertidur berkat efek samping obat tersebut.

Ava benar-benar tidak bersemangat malam ini, padahal pulang membawa medali, piala. Tetap saja Ava merasa tidak senang, apalagi ayah tidak ada dirumah dan juga kejadian di restaurant kecil itu semakin membuat Ava tidak mood. Sampai Bi Wati terheran-heran melihat kedatangan Ava yang lesu saat itu.

.

Di pagi hari, pukul 8 pagi Ava masih terbaring dikasur walaupun Bi Wati sudah mengetuk pintu hingga lima kali, Ava malas menjawab, memilih untuk kembali tidur. Karena hari ini Ava di beri waktu sehari untuk beristirahat setelah melaksanakan olimpiade.

tok tok tok

Lagi-lagi Bi wati mengetuk, tapi ketukan itu berbeda dari sebelumnya.

"Ava.." panggil seorang paruh baya bernada lembut.

"Ava buka pintu--"

Tanpa berlama-lama Ava langsung bangkit dari kasur, berjalan cepat menuju pintu, membuka kunci lantas dipeluklah sang Ayah yang ia ingin temukan semalam. Tentu saja ayah tersontak atas kehadiran Ava yang tiba-tiba memeluk dengan erat. "Ayah! Ava pas pulang Ayah gak ada! Ava benci sama Ayah!" pekiknya sambil menangis kencang tetapi tangan Ava tetap melingkari pinggang Ayah.

Ayah menghelus punggung Ava, begitu juga dengan kepalanya, "maaf, ayah ada kerja keluar saat itu, maafin ya?"

"gak mau!" Ava menggeleng seperti anak kecil.

"oke, oke sebagai gantinya biar ayah belikan creeps?"

Ava perlahan mengangguk, ayah pun terkekeh lantas melepas pelukan Ava, tangan sang ayah menyeka air mata Ava yang telah membasahi pipinya dengan lembut sembari tersenyum hangat. "ayo beli bareng ayah. Tapi mandi dulu.."

Mata Ava kembali berbinar, mengangguk antusias dan berjalan kedalam kamar bersiap untuk mandi.

"huh... anak itu persis sekali kelakuannya seperti Alexa, kapan alexa kembali ya?"  gumam Ayah berjalan menuju kamar.

.

"MAMPUS! MAK KOK GAK BANGUNIN ABANG!" teriak Nike di dalam kamar yang sama sekali tak terdengar sampai dapur.

FINAVA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang