"SELAMAT DATANG AVALYN CLARRISA!!" sambut teman sekelasnya.
Ava jelas saja terkejut mengundang tawa seisi kelas. Ava sama sekali tidak tahu tentang ini, bahkan kejutan ini buat apa? Beberapa temannya menghampiri dirinya disusul teman lainnya. Ada yang tersenyum, terkekeh, dan ada juga yang memamerkan deretan gigi putih nya. Ava langsung berpikir kalau mereka akan bertanya banyak tentang dirinya, tapi dugaan Ava salah. Melainkan mereka berminta maaf dengan serentak. "kami semua minta maaf!" ucap mereka, membungkuk kan badan bersama layaknya salam orang jepang.
Satu persatu dari mereka berucap perlakuan buruk yang selama ini di lakukan. Caca lah orang pertama yang membuat seisi kelas mengikuti. "Ava, maaf... gue sungguh minta maaf, gue tau perlakuan gue selama ini sudah kelewat batas. Gue juga baru tau kalau pengedar narkoba itu hanyalah omongan belaka. Maaf Va selama ini gue buta termakan berita hoaks, selama ini tindakan gue buruk terhadap lo." Caca memegang erat tangan Ava penuh penyesalan, "Va gue tau sekadar maaf saja tidak bisa menghapus semua perlakuan gue terhadap lo. Biarkan gue menebus itu semua, gue mohon..."
"maaf Va gue juga udah keterlaluan sama lo,"
"Avaa! maaf, gue minta maaf. Maaf selama ini, selama setahun ini gue berbuat hal yang tak pantas,"
"Maaf Va, gue sungguh minta maaf,"
"Va gue juga minta maaf,"
Dan permintaan maaf lainnya. Ava mendengar itu terasa lega, terasa ringan di hati, Ava menerbitkan senyuman manisnya. Sedari tadi air mata terus tertahan hingga akhirnya menetes deras di pipi. "semuanya, terima kasih..." balas Ava pelan. Isakan tangis mulai terlihat pada Ava. Teman-teman perempuan langsung memeluk erat Ava bersamaan, kecuali para lelaki. Mereka memeluk Ava, ikut menangis tersedu-sedu. Sambil berkata minta maaf berkali-kali hingga tak terhitung jumlahnya.
Lita, kamu benar-benar menepati janjimu, terima kasih...
.
Di sisi lain,
Keempat teman Figan sedang sibuk bermain judi-judian menggunakan uang dolar monopoli. Mereka tertawa renyah begitu pun dengan Figan dan Hugo, Nike kalah telak dalam berjudi boongan ini, uangnya habis tak tersisa. Ketentuan permainan judi yang tanpa sengaja dibuat oleh Nike sendiri adalah jika uang habis maka mau tak mau harus membelikan sebuah pizza ukuruan satu meter, berjalan dari sini ke tempat toko nya tidak boleh membawa mobil maupun kendaraan lainnya. Jika melanggar peraturan tersebut, harus mengamen keliling gang ini dengan syarat dapat uang minimal dua puluh ribu.
"kenapa harus gue?!" Nike teriak meracau.
Eden memukul punggung Nike keras sambil tertawa, "sabar ya mang, makan dah tuh ketentuan yang lo buat sendiri." Adan sedari tadi masih tertawa, mungkin akibat membayangkan Nike mengamen atau hal lainnya.
"eh tapi ketentuannya kan harus dua orang yang kalah telak, yey gue gak sendiri," balas Nike menambah-nambahkan.
Figan melempar sebuah bantal sofa, ke arah wajah Nike yang tengah tertawa senang, "pala lo! bisa-bisanya nambahin ketentuan. Tanggung jawab dong! gue mumpung laper ni, kan lumayan dapet pizza gratis." Figan berkomentar tidak setuju.
"Dan, nanti lo yang mata-matain dia." Hugo berujar.
Adan menggeleng, "gausah repot-repot Go, pake drone aja,"
Eden mengangguk setuju, sedangkan Nike berdiam diri di sudut ruangan, ia telah menyesal telah membuat ketentuan bodoh tersebut. Tak lama kemudian Nike pergi, meninggalkan teman-temannya segera membeli sebuah pizza satu meter, tanpa memakai kenderaan. Adan lagi-lagi tertawa sembari memainkan drone untuk memastikan. Drone itu Adan naik turunakn membuat Nike jengkel sendiri.
Wajah Nike tampak kesal di dalam kamera drone. Nike benar-benar berjalan lumayan jauh dari rumah Hugo, hingga ia menghentakkan kakinya penuh bangga di toko pizza itu. Nike langsung menunjukkan jari tengahnya ke arah kamera drone.
.
"Avaa!" gadis berambut panjang itu memanggil dari kejauhan, barulah gadis itu berlari ke arah Ava , rambut panjangnya terhempas ke belakang.
Vira membentang kedua tangan dan memeluk badan Ava yang mungil. "Ava! gue kangen banget! lo akhirnya sekolah gue seneng banget Va!" Vira melepas pelukan tersebut, lalu tangannya iseng mencubit kedua pipi Ava. Vira berteriak gemas, di sisi lain Ava menahan sakit. Ava mengaduh 'sakit' tetap saja Viraini tidak mengampuni.
"ayo main ke kelas gue!" Vira bersemangat memegang lengan Ava menarik paksa. Jadinya Ava mau gak mau harus ikut. Vira membuka pintu kelas, lalu memperkenalkan Ava kepada teman-temannya, ya walaupun semua tau dia Ava. Ava hanya bisa tersenyum kikuk sembari melambaikan tangan. "gausah malu, temen-temen gue disini setelah tau masalah itu, merasa kasihan sama lo bahkan mereka ingin sekali bertemu langsung-- eh?! woi," Vira di hempas oleh teman-temannya.
"hai, kenalin aku Gezi."
"oh kamu toh yang namanya Ava, hai salam kenal,"
"dari kami juga minta maaf ya, Va... sungguh,"
Ava tersenyum hangat kepada mereka sambil berterima kasih, dan beberapa Ava berjabat tangan kepada teman-teman Vira. Berkenalan. Ava menghabiskan waktunya berbincang dengan teman-teman Vira, sampai bel masuk berbunyi, Ava pamit dan pergi menuju kelas. "DAHH AVA," ucap mereka melambaikan tangan.
Ketika Ava memasuki kelas, banyak dari kelas sebelas lain tersenyum ke arah Ava, Ava juga tidak mendengar omongan-omongan busuk lagi, kali ini yang terdengar di telinga Ava hanya kata-kata turut perihatin kepada dirinya. Walaupun suasana kelas, sekolah ini berubah Ava tetap Ava yang dulu, tidak berubah menjadi sombong ataupun hal buruk lainnya.
Ava juga dapat berkomunikasi baik kepada teman sekelasnya, kami semua bekerja sama pada saat mengerjakan soal latihan, berbincang banyak ketika jam kosong. Dan baru ini Ava bisa mendengar gosip-gosip. Gosip yang dibahas saat ini adalah Lita. "Dia gak tau diri sudah membuat Ava terpuruk, wanita menjijikan,"
"kau tau Va, dia menberitakan ini langsung pada saat upacara, dia menangis disana saat itu, sepertinya dia sangat menyesal."
"hei, mau semenjijikan apa si Lita, tetap saja kita sama jiji nya. Jangan merasa paling benar, jika kita juga ikut menjauh dari Ava. " Caca menimpali, mereka mengangguk bersalah.
"terus, bagaimana keadaan Lita?" Ava memberanikan diri untuk bertanya.
Caca tidak menduga lantas balik bertanya, "buat apa kau bertanya demikian Va? bukannya dia--"
"aku ingin menemuinya," Mereka semua menganga tertahan, "aku tahu dia sudah melakukan hal ini, sampai privasi keluarga ku tersebar luas olehnya. Tapi semua itu sudah ia musnahkan, semua itu sudah ia bereskan hingga murid-murid sekolah ini berperilaku baik padaku. Termasuk kalian. Aku bahkan sangat berterima kasih padanya, karna ia telah bertanggung jawab atas semua yang ia lakukan."
Semua nya menggeleng heran, "Ava harusnya gue gak percaya sama berita itu, gue nyesel Va udah buat lo tersakiti. Ternyata lo itu gadis yang rendah hati, lo itu sederhana banget, penyabar. Coba saja kalau gue jadi lo, mungkin gue udah pindah kali Va, gue gak sanggup nahan masalah besar itu, Va." balas Caca, Ava terkekeh kecil diikuti teman lainnya.
"jujur saja, setelah lo bilang kayak gitu gue gak tau harus berkata apa, Va" tambah salah satu temannya.
Usai jam kosong, bel berbunyi menandakan pulang telah tiba, para lelaki bersorak ria, disusul para perempuan, ya karna hari ini pulang cepat. Sayangnya, Ava pulang terakhir karna ada keperluan dengan guru-guru, seperti tugas-tugas hingga ulangan harian yang ia lewatkan. Selesai dari situ Ava beranjak keluar gerbang sekolah. Ketika berjalan keluar, Ava berpas-pas an dengan gadis berambut gelombang yang sempat ia tanyakan. Lita. Gadis itu memakai sweater dan celana pendek.
"Ava?"
"Eh?"
dah abis ampe temu besokk
-sagungr.
KAMU SEDANG MEMBACA
FINAVA [TAMAT]
Teen Fiction[⚠BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠] Dia ada untukku, Dia selalu datang untukku, Dia... Banyak sekali kalau di ungkapkan dengan kata-kata. Gadis yang bernama Ava ini bersyukur atas kedatangan nya, walaupun banyak sekali rintangan yang datang beruntu...