-Numb 42

3 1 0
                                    

Hari kedua para kakak kelas SMA Harvard ujian.

Agar tidak sedikit membosankan berada di rumah sendiri, Ava membawa alat-alat kebersihan, seperti sapu, pel-an, dan alat kebersihan lainnya. Ava berniat untuk membersihkan rumah. Mungkin dengan ini hari Ava tidak menjadi begitu membosankan, bukan?

Pukul delapan pagi Ava sudah menyapu lantai di atas maupun di bawah, ya... rasanya sangat melelahkan bagaimana tidak? jelas-jelas rumah ini besar, walaupun tidak sebesar rumah Tuan Finegan. Kalau Ava menyapu rumah Tuan Finegan, astaga apa kabar buat kaki nya? bisa pingsan kali. Saat Ava telah selesai menyapu, ia berjalan menuju sound kecil menyalakan sound tersebut. Di dalam ruangan ini sekarang dipenuhi lagu merdu. Ava tersenyum senang, sembari menyeka beberapa bulir air keringat di dahi.

Kembali meneruskan pekerjaan yang kali ini diiringi lagu.

Lima puluh menit Ava baru selesai bersih-bersih. Ia segera merubuhkan tubuh mungilnya di sofa. Mengatur napas. Keringat mulai bermunculan di seluruh badan. Baru kali ini Ava membersihkan rumah sendiri, kalau mengingat yang dulu... Ava pernah membersihkan rumah bersama keluarganya. Tertawa bersama, menyalakan lagu, dan Bunda juga tegas memberikan misi untuk Ayah maupun Ava sendiri. Itu menyenangkan.

Ava bergegas mandi, sadar bahwa dirinya sangat bau oleh keringat.

Setelah mandi, Ava menyiapkan makanan sendiri di dapur. Hanya membuat telur mata sapi, lalu di taruh di atas gumpalan nasi dan di beri kecap manis. Sarapan dengan telur seperti ini sudah sangat memuaskan buat Ava.

"selamat makan Ayah, Bunda..." ucap Ava sebelum memasukkan sendok kedalam mulut.

Lima belas menit berlalu, Ava mencuci piring. Dan sekarang, di jam sepuluh pagi Ava tidak ada kegiatan. Rumah sudah bersih. Piring sudah tertata rapi. Nonton televisi? Ah, itu hanya akan mengingat dirinya yang pernah di beritakan di tv. Ava bersender di sofa, menghela napas panjang.

Drrtt Drrtt.

Hp Ava bergetar di meja kopi. Ava segera bangkit, mengecek hp nya. Ava tersenyum sumringah, lihatlah siapa yang menelepon. Ayah. Ayah menelpon. Ava menekan tombol hijau. "Ayah!"

"oh hai Ava, bagaimana kabarmu?" suara bas itu terdengar dalam telinga. Ava jelas merindukan suara dari Ayahnya.

"baik yah, sangat baik..."

"ohh bagus... Apakah teman mu ada datang ke rumah?"

Ava berpikir sejenak, teman? siapa? apa maksud Ayah itu Figan? "Iya, em... Figan nemenin Ava kemarin,"

Ayah tersenyum, artinya Figan benar menepati janjinya, "yaudah, Ah iya Ava sebelum ayah tutup... Aya kemungkinan hari rabu pulang... kamu mau ada nitip apa?"

Dalam hati Ava bersorak riang, "apa ya? gak ada sih, Ava mau Ayah cepat datang kerumah aja, karena Ava pengen cerita kisah lucu... hehehe, yaudah yah! cepat pulang yaa, besok Ava tunggu, Ava kangen Ayah, sangatt!" Ava langsung memutus sambungan telepon tersebut.

Lihatlah gadis berambut coklat ini, kini ia tersenyum lebar, dan tidak sabar untuk kepulangan ayahnya besok. "Nanti aku kasih tau Figan deh.."

.

"yo! akhirnya ketemu kalian lagi, tau ga sih--"

"enggak!" Si kembar, Hugo dan Figan menjawab serentak, malas.

Nike mengerutkan dahi, kesal. "GUE BELOM SELESE BICARA ANJIENG!"

Mereka terkekeh,

Nike buru-buru nyelip di antara ke empat temannya yang berusaha meninggalkan dia sendiri. Mereka kini berjalan pulang terutama menuju parkiran, melewati lorong kelas sepuluh, lantai satu. Nike menghela napas panjang, "udah lama kita gak bareng kalo pulang," Nike menoleh pada Figan, "apalagi elo yang sering gak nongol, tau-tau nya udah nempel sama Ava." Nike menutup kalimat, berdecih.

FINAVA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang