Hari ini selesai sudah menghampiri peristirahatan terkahir kedua orang tua Ava. Ava dan Figan juga sempat menghampiri makam ibunda Ava. Ava memberikan se-bucket bunga dan bercerita banyak disana, walapun hati Ava terasa sesak karena sudah tidak ada lagi yang menemaninya di rumah, tetapi Ava berusaha tetap tegar dan sabar. Ava bercerita tentang semua kesalah pahaman terhadap Bunda, pembullyan di sekolah, trauma yang Ava alami hingga jatuh sakit, dan juga diakhir Ava bercerita tentang kedatangan Figan di kehidupannya. Darisitu Figan sedikit malu mendengar Ava bercerita tentang dirinya.
"Bunda, Ava pamit ya... Ava akan datang lagi kesini di lain hari... Ava akan selalu sayang Bunda..." sebelum Ava pergi, Ava memeluk nisan Ibunda nya.
Mereka pun akhirnya masuk kedalam mobil segera pulang kerumah Ava berada. Karena ada yang perlu Ava check barang-barang Ayah yang ditinggalkan oleh polisi.
Mobil Figan melaju dengan kecepatan standar.
Pada saat Figan menoleh kearah Ava, ia melihat gadis itu menunduk, memainkan jari jemarinya, khawatir. "Va," Ava menoleh kearah Figan yang kini tengah fokus ke arah jalanan. "jangan gelisah, gue disini." lanjutnya membuat Ava tersenyum singkat, Figan pun memasuki jari jemarinya disela jari tangan kanan Ava. Tidak membiarkan Ava gelisah. Tindakan tersebut, cukup membuat Ava sedikit tenang. Figan memang selalu tahu cara menenangkan dirinya.
Sekitar 30 menit di perjalanan, telah sampailah mereka di sebuah rumah sederhana. Figan memarkir mobil di depan rumah Ava. Figan bergegas turun dari mobil, lalu membukakan pintu untuk Ava. Ketika mereka turun dari mobil, mereka berjalan menuju rumah Ava yang sudah tak terawat. Banyak sekali ilalang yang tumbuh di mana-mana, bahkan kursi taman juga tak lagi indah disana. Kini kursi tersebut telah di selimuti tanaman yang merambat. Sekilas Ava memandang banyak sekali kenangan yang terjadi taman ini. Memori itu masih membekas di kepala.
Tanpa perlu lama-lama, Ava langsung berjalan cepat ke pintu utama rumah, kotak tersebut berada tepat di depan pintu. Sebuah kotak coklat itu di berikan nama, "Pemilik: Tom (korban pesawat terbang pada tanggal...)" diatas kotak tersebut ada se-bucket bunga yang sudah layu.
Ava perlahan membuka kotak tersebut. Dan setelah dilihat, kotak itu berisikan sebuah tas hitam kulit. Ava segera membuka tas tersebut, ternyata di dalam tas terdapat sebuah dompet yang berisikan uang dan kartu, baju ganti, dan sebuah kotak hitam. Kotak hitam itu Ava buka, terlihatlah sebuah arloji kecil perak. Arloji tersebut sangatlah indah, dan sederhana. Ava juga mendapatkan secarik kertas berisikan "for my little princess, Avalyn."
" Ayah..." Figan langsung menghelus punggung Ava. Ava tak kuasa menahan air mata ini, Ayah ternyata sudah menyiapkan oleh-oleh untuknya, kenyataan itulah yang membuat Ava kembali menangis.
.
"Va,"
Ava terdiam tidak menjawab, ia masih termenung sambil melihat arloji kecil itu.
"Ava lo harus makan," pinta Figan sehalus mungkin. Memasuki kamar Ava.
Ava lagi-lagi tidak menjawab.
"Va--"
"aku udah gak ada siapa-siapa Gan..." potong Ava, "aku gak punya siapa-siapa... Apa yang bisa aku lakukan sekarang? Ayah, Bunda sudah gak ada Gan... untuk apa aku hidup? Aku bahkan tidak bisa merawat diriku sendiri.. UNTUK APA AKU HIDUP GAN?! BUKANKAH LEBIH BAIK AKU MATI? BUKANKAH LEBIH BAIK AKU BERSAMA DENGAN MEREKA DISANA?! UNTUK APA GAN?!" Tiba-tiba Ava kehilangan kendali, Ava teriak sambil menangis, menjambak rambutnya hingga beberapa helaian rambut tercabut. Ya, Ava kehilangan kendali.
"Ava!" Figan mengunci kedua tangan Ava yang terus menerus menjambak rambutnya. Figan pun memeluk Ava, tapi kali ini Ava berontak.
"lepas!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FINAVA [TAMAT]
Teen Fiction[⚠BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠] Dia ada untukku, Dia selalu datang untukku, Dia... Banyak sekali kalau di ungkapkan dengan kata-kata. Gadis yang bernama Ava ini bersyukur atas kedatangan nya, walaupun banyak sekali rintangan yang datang beruntu...