𝟎𝟕. Perhatian

74.7K 7.1K 599
                                    

Di sebuah ruangan yang luas tampak seorang pria sedang mengerjakan setumpuk kertas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah ruangan yang luas tampak seorang pria sedang mengerjakan setumpuk kertas. Dia sangat serius mengerjakan pekerjaannya itu.

Sampai akhirnya suara ketukan pintu membuat perhatiannya teralihkan. Pintu terbuka menampilkan seorang pria bersurai hijau, itu Morren pengawal pribadinya.

"Salam pada putra mahkota, matahari kedua kekaisaran Rowena, semoga dewi Moirai memberkati." Morren membungkuk hormat pada Arseano.

"Ada apa?" tanyanya langsung.

"Tiga hari lagi Lady Bycella, tunangan anda akan berulang tahun yang ke delapan belas."

Arseano mengangkat sebelah alisnya, "Lalu? urusannya denganku?"

"Yang mulia kaisar mengatakan bahwa acara pesta ulang tahun Lady akan di adakan di sini. Dan juga sekaligus perayaan pertunangan kalian berdua." jawab Morren dengan lugas.

Tampak pria itu berdecih, dia sungguh muak dengan segala hal yang menyangkut tentang gadis itu. "Memuakkan." ujarnya dengan malas.

"Besok lady Bycella dan ayahnya akan datang ke sini dan menginap di sini sampai acara selesai." sambung Morren menyampaikan apa yang di katakan sang kaisar padanya.

"Lebih memuakkan. Tempatkan beberapa pengawal untuk menjaga Senna dari jangkauan gadis itu. Jangan sampai kejadian dua bulan lalu terulang lagi." ujar Arseano tak terbantahkan.

Morren menganggukkan kepalanya, dia kemudian pamit untuk melaksanakan perintah tuannya itu.

Setelah kepergian Morren, Arseano kembali mengerjakan pekerjaan yang sempat tertunda.

***

Aku mengamuk.

Bukan, lebih tepatnya merengek pada ayahku ini.

"Ayah, tak bisa kah acaranya di kediaman ini saja? kenapa harus di istana kaisar?" aku menarik-narik lengannya dengan tampang memohon. Demi apa saat ini aku sudah seperti anjing yang minta di pungut.

"Tidak bisa sayang, ini keputusan kaisar. Kita tidak bisa menolak." jawab ayah membuatku makin memelas.

"Aaaa aku tak mau."

"Kau harus mau, karena mau tak mau kau akan tetap merayakan ulang tahun mu di sana."

Aku sangat kesal saat mendengar kabar dari kaisar kalau pesta ulangtahunku di rayakan di istananya. Sudah tahu akan sedang berusaha menghindari putra mahkota.

"Daripada kau merengek seperti ini lebih baik kau menyiapkan segala keperluanmu untuk beberapa hari di istana. Besok kita akan pergi ke sana." ujarnya.

Carla yang sedari tadi hanya memperhatikan aku di depan pintu pun membantuku berdiri. Iya, dari tadi aku duduk di lantai sambil merengek. Tak perduli pada tata krama seorang bangsawan, yang aku pikirkan saat ini hanya satu, menjauhi putra mahkota sialan itu.

Exchange Souls With VillainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang