𝟏𝟔. Mimpi buruk

56.7K 5.2K 61
                                    

Minggu pagi di taman bunga kediaman Duke Halven, aku duduk termenung di kursi taman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu pagi di taman bunga kediaman Duke Halven, aku duduk termenung di kursi taman.

Besok adalah hari Debutante ku. Aku sungguh malas untuk sekedar datang ke istana kaisar, aku sudah terlalu muak dengan orang-orang yang ada di istana.

"Carlos." panggilku saat melihat pria itu sedang melewati taman bunga ini.

Pria itu menoleh kearahku, tanpa di suruh dia langsung menghampiriku. Tumben sekali anak ini.

Dia mendudukkan bokong di kursi taman yang berada di sampingku. Pria ini di lihat dari segala sisi pun tetap tampan, rahangnya yang tegas, hidung mancung, alis tebal dan mata hitam legam senada dengan rambutnya. Sungguh ciptaan yang luar biasa.

Aku tak menyadari bahwa memiliki pengawal setampan dan segagah dia. Dia menoleh ke arahku, "Aku tahu aku tampan." ujarnya dengan kepercayaan diri di atas rata-rata.

Sekalinya ngomong kok pede banget nih orang, ya walau kenyataannya memang begitu sih.

"Apa kau pernah merasa takut?" tanyaku sambil menyenderkan bahuku ke kursi.

Dia terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaanku. "Setiap saat." jawabnya membuatku langsung menolehkan kepala kearahnya.

"Benarkah?" tanyaku mulai tertarik dengan topik kali ini. Jarang-jarang Carlos ingin mengobrol seperti ini, biasanya di ajak bicara dia hanya diam saja seperti patung yang di beri nyawa.

"Bagaimana bisa?" tanyaku lagi.

"Semua orang memiliki rasa takutnya tersendiri." jawab Carlos.

"Iya sih, tapi maksudku, kau takut dengan apa sehingga setiap saat kau selalu ketakutan?"

Dia menatap mataku dengan dalam, "Dengan dunia."

Jawabannya itu sedikit err... Dia takut dengan dunia sehingga membuatnya kekuatan setiap saat? memangnya ada ya yang seperti itu.

"Aku tak tahu dunia ini akan seperti apa kedepannya, bisa saja ada hal yang tidak masuk akal terjadi." lanjutnya membuatku mengangguk paham.

Iya sih, seperti aku contohnya.

"Kalau kau?" dia bertanya balik padaku.

"Banyak." jawabku membuatnya kebingungan.

"Jika kau hanya takut pada dunia, aku takut pada takdir, pada manusia, pada semesta, dan pada segalanya. Aku tak memiliki keberanian cukup untuk menghadapi takdir dunia ini yang begitu mengerikan." lanjutku lagi.

"Kalau boleh aku berharap, aku mengharapkan kalau semua ini hanyalah mimpiku."

"Aku terlalu takut dengan semua ini, Carlos." ujarku lirih.

Sungguh, aku sebenarnya sangat ketakutan saat tahu berada di dunia fantasi ini. Bayangkan saja, kau terjatuh dari gedung lantai tiga dan kemudian tiba-tiba terbangun di negeri antabrantah. Apalagi memasuki novel yang kau buat sendiri. Itu tak pernah sekalipun terpikirkan olehku.

Exchange Souls With VillainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang