EXTRA CHAPTER

31.7K 1.6K 72
                                    

Pagi itu, yang seharusnya menjadi pagi yang membahagiakan karena peperangan telah berakhir, namun harus menjadi pagi yang sangat tidak di inginkan.

Setelah berita kematian putri duke Halven tersebar, para bangsawan langsung berbondong-bondong datang ke istana.

Mereka semua memberikan penghormatan terakhir kepala calon permaisuri negeri ini, yang bahkan belum sempat naik takhta.

Banyak bunga yang di kirim ke istana dan kediaman Duke Halven untuk mendiang gadis itu. Semuanya melakukan penghormatan terakhir dengan penuh kesedihan yang mendalam.

Seharusnya pagi itu menjadi pagi yang membahagiakan, seharusnya pagi itu mereka sarapan bersama, seharusnya pagi itu mereka merayakan kemenangan mereka. Dan seharusnya pagi itu.. Mereka masih bersama-sama.

Berita bahwa gadis itu yang rela menukar nyawanya demi kemenangan negeri ini membuat semuanya merasa berhutang budi. Mereka tak bisa berkata-kata dan hanya mampu terdiam.

Sebuah perjuangan yang akan tercatat dalam sejarah kekaisaran Rowena.

Di sebuah pusara yang masih baru, seluruh orang hanya mampu menundukkan kepalanya dalam. Tak sanggup melihat betapa hancurnya kaisar mereka yang kehilangan gadis yang begitu di cintainya.

“Kau sudah berjanji akan selalu di sini bersama ku.”

“Kau juga berjanji jika aku kembali dalam keadaan selamat dari peperangan, kau akan tetap di sini... Mana semua janjimu.”

Arseano menangis, tak perduli siapa dirinya bahkan apa statusnya di kekaisaran ini. Dia hanya ingin mengungkapkan semua isi hatinya.

“Kau telah berjanji untuk menua bersamaku dan menikmati masa tua kita di halaman istana, melihat cucu kita bermain di sore hari..”

“Yang mulia...” panggil Morren pada Arseano, dia tak sanggup melihat betapa hancurnya Arseano.

“Ternyata ini kenyataan hidup yang ayahku maksudnya? Kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagiku?” lirih Arseano yang hanya dapat di dengar olehnya.

***

Kekaisaran Gleazar,
3 tahun kemudian.

Pria bersurai biru itu mengusap peluh di dahinya yang mengalir.

Dia menegakkan tubuhnya ketika selesai melakukan kegiatan rutinnya, membersihkan rumah gadis itu, ya, Bycella. Rumah gadis itu yang berada di kekaisaran Gleazar.

Pria itu meletakkan sapu, kemudian mendudukkan dirinya di atas sofa ruang tamu yang terlihat bersih meski sudah tiga tahun kosong.

Ya, dirinya yang rutin datang ke rumah ini dan membersihkannya seorang diri.

Matanya menggulir, menatap ke arah ikan hias yang sudah tiga tahun menemaninya jika berada di rumah ini.

“Kau merindukannya?” tanya pria itu pada ikan tersebut.

Kemudian pria itu terkekeh, sakit sekali rasanya.

“Aku juga sangat merindukannya.”

Dia mengedarkan pandangannya ke penjuru rumah, aroma gadis itu masih tertinggal di rumah ini, apalagi di kamar gadis itu. Menghirup aromanya yang tertinggal membuat Aiden ingin kembali memutar waktu rasanya. Namun ia sadar, itu tidak akan bisa lagi.

Exchange Souls With VillainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang