Rasanya mengharapkan ada yang berubah di tahun ini, sangat tidak mungkin.
Usai meniup lilin. Sandi mengelus rambut panjang Disya, ia mencium anaknya dengan penuh kasih sayang. Setelah itu membawa Disya menuju ruang makan.
Dasya tersenyum miris. Padahal ia juga ikut merayakan hari ulang tahun Papanya. Namun, dirinya selalu terabaikan. Apakah papanya tidak melihat dirinya yang masih memegang kue untuknya?
Satu kata untuk Dasya saat ini, miris.
Tarikan lembut dari Tasha membuatnya tersadar. Wanita itu tersenyum padanya sambil mengajaknya ke ruang makan.
Tasha menyeret kursi ke belakang untuk Dasya duduki. Tasha duduk sambil mengambil kue yang berada di hadapan Dasya. "Gimana kalo hari ini kita makan kue buatan Disya aja?"
"Ma, kue itu kita siapin bareng-bareng." Dasya membuka suara.
Dasya melihat Tasha yang menoleh ke arahnya, menganggukan kepala dan memberikan senyum tipis.
Dasya bertanya pada diri sendiri. Untuk apa ia ada di sini. Tenggorokannya tercekat, matanya mulai mengabur karena air mata yang siap terjun ke pipinya.
"Setuju" Teriak Disya yang kemudian dipeluk Sandi.
Kasih sayang Sandi kepadanya tidak sebesar kasih sayangnya kepada Disya. Ia bahkan bertanya-tanya kapan terakhir kali Sandi mengelus rambutnya, mencium pucuk kepalanya, menggandengnya dengan kasih sayang.
Dasya selalu melihat perlakuan manis Sandi terhadap adik kembarnya setiap mereka sedang berkumpul. Dan Dasya selalu menjadi orang asing ketika di ajak berkumpul dengan Tasha.
Jadi, apakah Dasya boleh iri pada Disya?
🥀
Meskipun kedua putrinya sudah memiliki pacar. Sandi tetap memilih mengantarnya ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luceat
Novela JuvenilDasya berdiri di depan jendela dengan salah satu tangan yang menempel di jendela. Kepalanya sedikit terangkat, ia melihat langit yang di taburi dengan bintang. "Kali ini..aku pengen egois." Setetes air mata meluncur dengan cepat di pipi Dasya. Tak...