28

221 17 5
                                    

Pagi yang cerah menyapa Dasya. Hari ini Dasya dan Shana akan bermain Time zone tentunya bersama pacar mereka juga, double date.

Shana memeluk Dasya dan Ezra saat mereka tiba di Time zone. Gadis itu memeluk leher Dasya dan Ezra. Gadis itu berjinjit karena tinggi Ezra yang bak tiang listrik.

Kana menarik bajunya dari belakang, mengakhiri pelukan mereka bertiga. "Kayak gak pernah ketemu mereka aja, lo."

Sejujurnya Kana cemburu karena Shana juga memeluk Ezra. Gadis itu tidak memeluknya setelah ia tiba di rumahnya. Ia tidak menyuruh Kana minum terlebih dahulu atau bagaimana. Gadis itu justru langsung naik ke jok motornya seraya menyengir.

Tidak biasanya Shana secepat itu dalam berdandan. Sepertinya gadisnya ini kemarin terhantam sesuatu sehingga otaknya rada miring.

Shana menarik Dasya menuju permainan basket. "Ayo kita tanding."

"Tim Shaka dan Tim Dara." Sambil menunjuk dirinya dan Dasya.

"Siapa takut." jawab Ezra yang menerima tantangannya itu. Ezra dan Dasya bertepuk tangan bersamaan.

Kana yang melihat itu melakukan hal yang sama pada Shana. Ia mengangkat tangannya untuk high five bersama.

"Telat, lo, yang." Sewot Shana yang tetap membalasnya.

Shana memperhatikan Kana yang tampak ceria, saat memasukkan bola basket ke dalam ring. Ia menolehkan wajahnya. Dasya dan Ezra pun tampak bahagia melakukannnya bersama.

Ia tersenyum sangat lebar, ini akan menjadi momen bahagia untuknya. Shana akan menikmati waktu ini.

Dasya memberikan bola basketnya pada Ezra. "Ayo, yang. Semangat!!"

"Jangan mau kalah sama Tim Shakaaa!!"

"Ayo, Na. Jangan mau kalah, kalo kalah beliin gue bakso dua mangkok, loh. Ntar duit lo makin nipis, Na." ucap Shana.

"Inget, Na. Dua mangkok, kalo lo kalah!" teriak Shana yang membuat Dasya dan Ezra tertawa.

"Ayo, Ayaaang, semangat!!" teriak Shana semakin heboh.

Setelah bersorak heboh akhirnya Tim Shaka menang. Dasya dan Ezra bertepuk tangan dengan heboh untuk tim Shaka.

"Selamat untuk tim Shaka." ucap Dasya sambil berjabat tangan pada tim lawan.

"Ini adalah power dari bakso dua mangkok." ucap Ezra sambil tertawa.

"Lo ngejek--" Belum selesai Kana berbicara Shana langsung memotong ucapan Kana.

"Apaan sih, itu pujian buat guee" ucap Shana pada Kana.

Mereka beralih pada mesin kotak yang berisi banyaknya boneka. Dasya dan Shana menempelkan wajahnya pada mesin kaca itu. Melihat begitu banyak boneka yang menggemaskan.

"Yang capit sekarang. Gue mau boneka teddy bear yang ini." ucap Shana sambil memukul-mukul Kana.

"Kamu mau yang mana?" tanya Ezra.

"Yang mana aja, semuanya bagus-bagus."

Ezra mengangguk. Satu tangannya menggenggam tangan Dasya. Gadis itu tersenyum saat Ezra menggengamnya.

"Biar punya kekuatan." ucap Ezra sambil mengecup tangan Dasya.

Bola mata Shana hampir saja keluar. Ezra mengambil semua jenis boneka yang berada di mesin. Ia memberikannya pada Dasya. Padahal Dasya sudah tidak bisa memeluk boneka itu lagi. Boneka itu bahkan ada yang di taruh di bawah lantai.

Dasya memeluk tiga boneka ditangannya, dan empat boneka di bawah kakinya. Shana mengambil boneka teddy bear Dasya yang berada di kaki Dasya.

"Teddy bear lucu gini malah lo taro bawah." ucap Shana dengan bibir mengerucut.

"Udah gak bisa aku pegang." ucap Dasya.

"Kalo gitu teddy bear yang ini gue adopsi ya?" ucap Shana.

Kata adopsi mengingatkannya pada rumah sakit. Ia ingin tahu siapa dirinya sebenarnya.

Dasya menghilangkan pikiran itu dari kepalanya. Ia akan ke rumah sakit setelah bersenang-senang.

"Makasih." Ucapnya sambil memeluk Dasya. Gadis itu berputar-putar dengan boneka yang dipeluknya.

Shana memperhatikan Kana yang masih berusaha mengambil teddy bear untuknya. Ia bahagia saat kekasihnya itu masih terus berusaha membuatnya bahagia.

"Kana, udah gak usah. Ayo kita foto!" ucap Shana sambil menarik kekasihnya ke dalam photo box.

Mereka foto berempat. Foto mereka dihiasi dengan banyaknya boneka. Shana menyuruh Ezra dan Kana juga memegang boneka. Untungnya pemuda itu menuruti kemauan Shana. Jika tidak, gadis itu akan berkicau terus menerus.

"Gantian, gue mau foto sama Dasya. Lo jagain anak-anak gue sama Dasya." Ezra memberikan boneka yang ia pegang pada Kana. Memutar pundak mereka lalu mendorong punggung kedua kekasih  heboh itu.

Dasya yang melihat tingkah Ezra pun tertawa. Gadis itu menarik lembut tangan Ezra untuk duduk di sampingnya.
Mereka mulai berfoto. Awalnya mereka berfoto dengan tersenyum, lalu jari membentuk angka dua berada di sisi pipi  mereka. Kemudian, mereka berfoto dengan pose head touch, Ezra yang merangkum pipi Dasya, Dasya yang bersandar di bahu Ezra dan masih banyak pose yang mereka lakukan.

Sementara itu, Shana dan Kana menunggu mereka dari luar. Ia pikir Dasya dan Ezra tidak akan lama di dalam photo box, karena mereka tidak pandai berpose tapi nyatanya. Mereka menghabiskan sepuluh menit di dalam photo box.

"Lama banget." Keluh Shana sambil berjongkok. Ia tidak ingin merusak momen Dasya dan Ezra jadi ia memilih menunggu saja.

"Langsung makan aja, yuk?" Ajak Kana yang ikut berjongkok.

"Woy, lo pada ngapain?" tanya Ezra setelah keluar dari photo box dengan Dasya.

"Malah kayak orang ilang." Dasya tertawa mendengar ucapan Ezra.

"Lo kelamaan." Gerutu Shana pada Ezra.

"Minggir!" Shana mencoba menabrak Ezra dari samping, tetapi malah ia yang terhuyung mundur. Untuk saja Kana di belakangnya jika tidak dia sudah jatuh di lantai.

"So-soan mau nabrak." Ledek Ezra yang langsung di tepuk Dasya.

"Kami sih, kasian tau Shana." Dasya membela Shana.

Setelah berfoto mereka akhirnya memilih untuk makan bakso beranak yang besar bersama-sama. Shana dan Dasya mencoba memotong bakso yang besar itu dengan sekuat tenaga. Kana merekam moment itu, ia menertawakan gadis cantik itu yang tidak mau dibantu oleh Ezra.

Dasya menyuapi Ezra. Gadis itu menyuapinya sambil tersenyum manis pada Ezra. Pemuda itu mengelus rambut Dasya dengan sayang, Ezra dapat merasakan kasih sayang Dasya sangat besar hari ini. Ia harus berterima kasih sebanyak-banyaknya pada Shana nanti.

Kana menyuapi Shana dengan potongan yang besar, membuat wajah Shana belepotan. Kana tertawa melihat wajah Shana yang cemberut kepadanya.

Setelah perut mereka terisi dengan bakso jumbo itu. Mereka pulang ke rumah masing-masing. Shana memeluk Dasya dengan erat.

"Gue seneng banget hari iniii." teriaknya di pelukan Dasya.

"Aku juga seneng banget hari iniii." teriak Dasya.

"Biasa, cewek-cewek." ucap Kana sambil menutup telinganya.

Ezra menganggukkan kepalanya, ia merangkul Dasya. "Makasih, Shan. Pacar gue hari ini jadi manis banget." ucap Ezra.

"Gue hampir diabetes gara-gara bibirnya gak berhenti senyum."

Dasya mendongak melihat Ezra yang kini juga menatapnya. "Tuhkan, senyumnya pacar gue makin manis."

🥀

Udah chapter 28 aja, gak kerasa🙃

Luceat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang