'Hiks'
Dasya tidak dapat menahan isakannya. Ia menutup wajahnya. Memalukan sekali. Pikirnya.
"Aku harap kita bisa terbuka satu sama lain."
"Menguatkan satu sama lain."
"Dan ada saat aku atau kamu saling butuh." ucap Ezra.
Tangis Dasya semakin pecah. Perkataan Ezra saat ini menguatkan dirinya. Dasya menghapus air mata itu. Sepertinya kebiasaan Disya untuk mendengarkan ucapan orang lain lalu mengangguk dan tersenyum.
"Tidur ya, cantik. Besok, setelah pulang sekolah, kita ke tempat lomba, oke?" ucap Ezra.
"Gak bisa. Papa ngelarang aku." jujur Dasya pada Ezra.
"Kamu mau jadi penyanyi, kan?" tanya Ezra.
Gadis cantik itu mengangguk. Bibirnya masih saja menahan isakan. Ezra merasa gemas dengan gadisnya. Rasanya ia ingin berada disana. Namun, malam mengganggu mereka dengan membuat jarak.
"Maka, kamu harus usaha dan yakin."
"Berdoa semoga besok akan berjalan lancar, oke?"
Dasya menjawab dengan gumaman.
"Sekarang, kasih aku wajah cantik kamu." pinta Ezra.
"Jangan bergerak." pinta Ezra ketika Dasya ingin memundurkan wajahnya dari kamera handphone.
"Kenapa?" tanya Dasya yang masih menempelkan kedua tangannya di kedua pipinya.
"Masih loading." ucap Ezra dengan wajah serius.
Dasya mengernyitkan dahinya. "Aku gak paham."
"Aku lagi nyimpen wajah kamu, di memori kepalaku." jawab Ezra yang membuat Dasya tertawa.
"Gak ada yang mau kamu ucapin ke aku gitu?" tanya Ezra sambil menaruh gitarnya kembali ke tempatnya.
"Kayaknya engga." ucap Dasya.
Melihat raut wajah Ezra yang masam. Dasya langsung berbicara secepat kilat. "Malam Ezra semoga tidur nyenyak dan mimpi indah."
Setelah mengatakan kalimat yang dirasa panjang itu, Dasya langsung mematikan handphone nya. Ia tersenyum seraya mengecek detak jantungnya yang berdebar kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luceat
Teen FictionDasya berdiri di depan jendela dengan salah satu tangan yang menempel di jendela. Kepalanya sedikit terangkat, ia melihat langit yang di taburi dengan bintang. "Kali ini..aku pengen egois." Setetes air mata meluncur dengan cepat di pipi Dasya. Tak...