19

252 33 4
                                    

"Halo," sahut Disya saat menerima panggilan dari Raka kembali.

"Lo dimana?" tanya Raka.

"Sebentar," Disya buku-buku mengemas alat tulisnya ke dalam tasnya.

"Gue udah sampe rumah, lo." ucap Raka di sebrang sana.

Disya pikir Raka akan pulang bersamanya. Tetapi, itu hanya khayalannya saja.

Wajah cantik Disya berubah menjadi masam. "Aku pikir kamu mau ngajak aku pulang bareng."

"Papa lo, kan gak mau gue berhubungan dengan anak kesayangannya lagi." jawab Raka santai.

"Jadi, kamu mau ke rumah buat apa? Ketemu Dasya?" nada suara Disya naik.

"Udah cepetan balik, gue gak suka nunggu lama." ketus Raka.

Disya membanting tasnya ke atas meja. Ia memilih untuk tidak balik. Semenjak putus dari Raka, pemuda itu bersikap ketus dengan dirinya secara terang-terangan.

"Gue yakin banget pasti Raka nyariin Dasya. Dia pasti tau kalo Dasya gak sekolah dan gak baik-baik aja." monolognya.

Disya menatap tasnya dengan tatapan tajam. "Gue benci Dasya."

"Kenapa sih, Dia selalu beruntung?"

"Sedangkan gue? Gak ada yang mencintai gue dengan tulus."

Disya menendang kursi yang berada di depannya. "Aaargh ANJING."

Disya mengambil tasnya lalu memakainya di salah satu pundaknya. Jalannya yang tetap bak model meskipun sedang emosi membuat semua orang memperhatikannya.

🥀

Raka yang sedari tadi duduk di motor sambil memainkan handphone mengalihkan atensinya ketika mendengar suara mobil yang berhenti.

Disya baru saja turun dari taksi,  ia membuka gerbang rumahnya tanpa mengucapkan basa basi pada Raka.

Raka tidak peduli dengan Disya yang merajuk padanya. Pintu rumah Disya buka dengan kasar.

"Lo mau tau kabar Dasya, kan?" Disya berbalik badan menghadap Raka.

Raka mengangguk tak memperdulikan Disya yang akan sakit hari dengan jawaban jujurnya.

"Segitu perhatiannya lo sama Dasya, sampe khawatir kalo gak ngeliat Dasya sehari aja." ucap Disya.

"Gue udah tau keluarga ini lumayan lama. Keluarga, lo kan toxic semua."

Raka tersenyum pada Tasha yang melihatnya dari kejauhan. Wanita paruh baya itu berjalan menghampirinya.

Raka juga melakukan hal yang sama. Ia tetap menyalami Tasha.

"Raka, Papa Disya udah gak ngizinin kalian pacaran." ucapnya perlahan supaya Raka tidak tersinggung.

"Iya, tapi saya ke sini buat ketemu Dasya, Tan."

Disya menarik tangan Raka yang kekar  "Sini, biar gue unjukin."

Ia membawa Raka ke gudang. Membuka gudang itu lebar-lebar. Raka terbelalak melihat Dasya yang tidur meringkuk pada dinginnya lantai.

Tanpa pikir panjang Raka melangkahkan kakinya, menggendong Dasya ala bridal style.

Tasha melihat Disya yang menatap Raka dengan tatapan sendu. Putrinya itu berdiri di ambang pintu sambil melihat Raka yang sedang berusaha menggendong Dasya.

"Raka, Dasya sedang di hukum." ucap Tasha setengah berteriak.

"Kamu hanya membuat Dasya di hukum berkali-kali oleh suami saya."

Luceat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang