Dasya berdiri di depan jendela dengan salah satu tangan yang menempel di jendela. Kepalanya sedikit terangkat, ia melihat langit yang di taburi dengan bintang.
"Kali ini..aku pengen egois."
Setetes air mata meluncur dengan cepat di pipi Dasya. Tak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'Kring...Kring... Kring... '
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Kini Dasya berlatih bernyanyi dengan Shana setiap pulang sekolah.
Awalnya Dasya selalu tidak mau. Pujian Shana pun menurutnya hanya bualan saja agar ia bisa percaya diri.
Namun, bukan Shana namanya jika gadis itu menyerah. Shana meyakinkan Dasya dengan kata-katanya.
"Kalo lo gak percaya sama gue, gakpapa. Tapi, lo gak akan maju kalo lo selalu berfikir 'orang lain kasian sama lo, makanya orang lain nerima suara lo'."
"Kalo lo mau tau suara lo yang sebenarnya. Lo harus hadir pas lomba. Percaya kalo lo bisa. Juri gak akan bilang kasian ke lo."
Ezra memberikan semangat untuk Dasya. Ia memetik gitar, mengiringi Dasya bernyanyi.
"Hey kawan Pasti kau dan aku sama, sama-sama punya takut"
"Takut tuk mencoba dan gagal, tapi... Hey kawan Pasti kau dan aku sama, sama-sama punya mimpi Mimpi tuk menjadi berarti karena"
"Harus kita taklukan, bersama lawan rintangan Tuk jadikan dunia ini lebih indah"
"Tak perlu tunggu hebat Untuk berani memulai apa yang kau impikan"
Kana dan Shana menikmati suara merdu Dasya. Mereka benar-benar terlena sampai-sampai kedua kaki dan badannya mengikuti irama.
"Hanya perlu memulai untuk menjadi hebat raih yang kau impikan Seperti singa yang menerjang semua rintangan tanpa rasa takut Yakini bahwa kamu kamu kamu kamu terhebat"
Tepukan tangan heboh dari sepasang kekasih itu membuat Dasya tersenyum.
"Jika tawa bahagia dan pujian itu palsu setidaknya mereka sudah berhasil membuatku bahagia. Jika tawa bahagia dan pujian itu benar-benar tulus, aku sangat bersyukur karena memiliki teman sebaik mereka."
"Mereka support systemku dan aku sangat menyayangi mereka." ucapnya dalam hati.
🥀
"Tiga hari lagi, kan?" tanya Ezra.
Malam ini Ezra berada di rumah Dasya. Pemuda itu telah menghabiskan pukul tujuhnya dengan belajar bersama Dasya.
Dasya menganggukkan kepalanya. Lalu menyandarkan kepalanya di bahu Ezra. Ia membiasakan diri untuk mencintai Ezra. Pemuda itu sudah memberikan banyak cinta untuknya.
Indahnya saung di halaman rumah Dasya membuat suasana menjadi romantis.
Gadis itu menghirup udara malam yang terasa segar sambil menutup matanya. "Aku nyaman."