33

262 16 1
                                    

Sepertinya keberuntungan sedang berpihak pada Dasya. Gadis cantik itu baru saja turun dari panggung kecil yang nyatanya membawa kebahagiaan untuknya. Dan sekarang, salah satu juri saat dirinya mengikuti lomba berada di cafe ini dan menikmati lagu yang ia bawakan.

"Saya benar-benar suka sama suara kamu." Pujinya bertubi-tubi.

Dasya hanya bisa tersenyum malu sekaligus bangga pada dirinya. Ia telah melakukan yang terbaik. Dan berharap ke depannya ia akan lebih baik lagi.

"Kamu tau? ada audisi menyanyi di salah satu acara televisi" juri itu memberitahu Dasya dengan semangat.

"Saya harap kamu bisa mengikuti audisi itu." juri itu masih berbicara sambil tersenyum.

"Tapiii, saya belum yakin, bu, untuk ikut audisi ini." Dasya menjawabnya sedikit canggung.

"Yakin itu perlu banget loh untuk melakukan semua hal. Karena yakin bisa membawa keberhasilan untukmu." Juri itu meyakinkan Dasya dengan memegang tangan Dasya. Berharap ia dapat menyalurkan keyakinan untuk Dasya. Gadis cantik dan lembut dihadapannya ini.

"Saingannya banyak, bu." cicit Dasya.

"Saingan kamu yang kemaren dikit atau banyak menurutmu?" tanya juri itu.

"Banyak, bu. Tapi gak sebanyak sama audisi ini, bu." ucapnya.

"Saingan banyak bukan berarti rintangan. Terus berusaha, berdoa dan pantang menyerah, yakin adalah kunci keberhasilan."

"Sebenarnya saingan terberat itu bukan orang lain melainkan dirimu sendiri."

"Kalahkan rasa takut di hatimu, berikan keyakinan seperti saat kamu bernyanyi dengan sangat indah dan merdu di panggung tadi."

"Saya harap kamu bisa mengikuti audisi ini. Saya melihat ada potensi di dalam diri kamu." ucapnya.

"Saya aja yakin. Jadi kamu harus lebih yakin. Jangan insecure, kamu pasti bisa sama seperti mereka."

"Luceat."

Juri itu pergi sambil memberi semangat padanya dengan tangan ke atas. Menyerukan bahwa Dasya harus semangat.

Dasya melambaikan tangannya pada juri yang memberinya semangat. Apakah ia harus mencoba lagi, pikirnya.

"Coba aja. Kalo menang, lo bisa balik ke Papa lo. Kalo lo kembali dengan keberhasilan, Papa lo pasti bungkam. Dia salah karena menyia-nyiakan anak yang sangat berbakat ini."

Dasya membalikkan badannya. Ia mendapati Karel yang menatapnya. " Kalo kalah?"

"Kalo kalah tandanya lo harus usaha lagi, gagal berkali-kali itu menurut gue gak buruk. Itu ngebuat lo lebih baik, dan profesional di masa depan." Tambahnya.

"Coba aja dulu, daripada nyesel." Karel terus saja membujuk Dasya yang masih saja memasang wajah ragu.

"Udah, gak usah mikir lagi. Besok gue anterin!" ucap Karel sambil menarik Dasya pulang ke markas Xenodermus.

🥀

Malam ini Ezra datang ke markas Xenodermus untuk belajar bersama Dasya. Sebenarnya tujuan Ezra ke sini bukan itu saja. Ia ingin memastikan jika Dasya baik-baik saja di sini.

Dasya menyandarkan kepalanya di bahu Ezra. Pemuda itu merintih kecil saat Dasya melakukannya. Dasya langsung menatap Ezra, masih dengan posisi bersandar.

"Kenapa?" tanya Dasya. Rintihan itu tidak terdengar jelas.

Pemuda itu menggelengkan kepalanya. Ia mengelus rambut Dasya dengan pelan. "Jangan di elus. Nanti aku ngantuk, terus kita gak jadi belajar."

Luceat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang