Suara bel berbunyi, Dasya keluar untuk melihat siapa yang bertamu ke rumahnya, malam-malam begini.
"Kamu sakit?" tanya pemuda itu tiba-tiba.
Dasya menggelengkan kepalanya. "Ini udah malam."
"Ada apa?" tanya Ezra.
Ezra mengajak Dasya ke gazebo. Biasanya juga Ezra datang di jam tujuh malam. Dari ucapan Dasya, Ezra merasa Dasya sedang ada masalah.
Ezra menghela napas, ia merangkul Dasya yang berada di sampingnya. Pemuda itu mengamati Dasya yang mengayun-ayunkan kakinya.
Kekasih Dasya itu menghela napas sebelum berbicara. "Aku pikir kamu sakit. Makanya gak buka chat dari aku."
"Aku telfon juga gak jawab."
"Sekarang aku gak bisa pegang HP malam-malam. Karena sekarang, Papa yang megang HP aku kalo malam, aku lupa gak bilang sama kamu."
Dasya memainkan jari Ezra."Jadi, kita diajarin untuk saling kangen, ya? Supaya rasa cinta kita berdua makin erat." sahut Geza setelah mendengarkan gadisnya.
Dasya tersenyum, ia memukul dada Ezra. "Gombal mulu."
"Nih," Ezra menyerahkan paperbag pada Dasya.
"Apa ini?" tanya Dasya sambil menerima Paperbag.
Ezra mengelus rambut Dasya lalu mengecupnya. "Buka aja."
Dasya membuka paperbag pemberian Ezra. Di dalamnya ada gaun, dan coklat.
"Kamu khawatir aku sakit, kan?"
"Tadinya sih, iya. Tapi sekarang aku udah gak khawatir." jujurnya.
"Kalo aku beneran sakit, kamu beneran mau ngasih aku ini?" Dasya mengernyitkan dahi, tidak mengerti jalan pikiran kekasihnya.
Pemuda itu malah mengangguk sambil tersenyum. "Besok, kan lomba. Mungkin aja pas aku kasih kamu gaun, kamu jadi sembuh karena semangat buat pakai gaun ini pas lomba besok."
"Coklat?" tanya Dasya
"Kalau gaunnya jadi obat, mungkin coklatnya jadi vitamin." jawab Ezra asal.
Dasya menganggukkan kepalanya paham sambil tersenyum. Berbeda sekali kekasihnya ini.
"Kamu gak mau bilang makasih ke aku?" tanya Ezra.
"Makasih." ucap Dasya.
"Ucapan makasih ditolak."
Dasya bingung, ia sudah mengucapkannya sambil tersenyum, lalu apa yang kurang?
"Aku, kan udah senyum tulus."
Jawaban polos Dasya membuat Ezra mengangkat bibirnya. Pemuda itu tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya saat Dasya berkata seperti itu. Jantungnya berpacu dengan sangat cepat hanya karena ucapan Dasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luceat
Teen FictionDasya berdiri di depan jendela dengan salah satu tangan yang menempel di jendela. Kepalanya sedikit terangkat, ia melihat langit yang di taburi dengan bintang. "Kali ini..aku pengen egois." Setetes air mata meluncur dengan cepat di pipi Dasya. Tak...