17

266 34 8
                                    

"Om

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Om." sapa Ezra pada Sandi yang berada di depan gerbang rumah.

Ezra menyalami tangan Sandi. "Maaf, Om. Saya tadi ngajak Dasya jalan-jalan sore sebentar." bohong Ezra pada Sandi.

"Mau mampir dulu?" tanya Sandi ramah.

"Gak perlu, Om. Saya gak izin pulang malam ke orang tua, saya." tolak Ezra dengan sopan.

"Kalau gitu, saya pamit pulang, Om."

Dasya yang kini berada di samping Sandi tersenyum manis padanya.

Ezra mengelus rambut Dasya, meskipun ada Sandi. Pemuda itu terlalu berani?

"Jangan lupa, makan." Pemuda tampan itu mengingatkan kekasihnya sambil menempelkan tangannya di pipi Dasya.

Sandi yang memperhatikan kebucinan Ezra, memilih pergi.

Dasya menganggukan kepalanya. Terlihat manis sebelum akhirnya ia berubah pikiran untuk mengatakannya.

"Aaaw" rintih Ezra.

"Kamu gak sopan. Ada Papa jugaaa." ucap gadisnya sambil mencubit pinggangnya.

Entah sejak kapan Dasya menjadi berani seperti ini. Tapi, itu membuatnya senang. Ia lebih suka melihat Dasya yang seperti ini, daripada Dasya yang pendiam.

"Pacar aku kejam banget sekarang. Jadi, makin sayang." Ezra memeluk Dasya dengan erat.

Dasya yang merasa sesak pun semakin mencubit pinggang Ezra.

"Aku suka cubitan cinta dari kamu."

Jawaban Ezra justru membuat Dasya tersenyum.

Ezra melepaskan pelukannya. Ia mengambil tangan Dasya, lalu mengelusnya.

"Btw, tentang lomba tadi.. " Ezra menatap Dasya yang tersenyum.

"Aku gak pikirin, kok. Tenang aja." ucapnya.

"Makasih banyak untuk hari ini." tambah Dasya.

Ezra berjalan mendekati motornya. Ia memilih pulang dari rumah Dasya. Ia melambaikan tangan kepada kekasihnya sebelum tancap gas.

🥀

"Dasya, Disya, ayo turun, Nak. Kita makan bersama." teriak Thasa sambil menaruh hidangan di meja makan.

Dasya dan Disya keluar secara bersamaan dari kamarnya masing-masing. Mereka tertawa, lalu merangkul sambil menuruni tangga.

Dasya memperhatikan keluarganya yang sedang makan dengan keheningan. Ia ingin mengutarakan sesuatu. Namun, ia urungkan, lebih baik nanti saja, pikirnya. Ia kembali memasukkan makanannya ke dalam mulutnya dengan tenang. Setelah semuanya selesai menghilangkan rasa lapar.

Dasya mulai membuka suaranya. Ia ingin memberi kejutan untuk keluarganya, terutama Sandi.

"Pa, aku punya hadiah untuk ulang tahun Papa. Mungkin ini telat banget. Tapi, aku yakin, Papa suka banget sama hadiah ini." ucap Dasya.

Luceat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang