Sandi menjawab dengan nada dingin "Pernah."
"Mas," Tasha menggelengkan kepalanya. Membuat kedua anaknya penasaran.
"Ibumu yang jadi penghalang kami saat itu. JADI, ini karma untuk kamu!" ucap Sandi penuh dengan penekanan.
Dasya mengernyitkan dahi. Ia tidak mengerti maksud ucapan Sandi. Disya pun terkejut mendengar ucapan Papanya.
"Pa, kami bukan anak papa?" tanya Disya.
Tasha berdiri dari kursinya. Ia menenangkan Disya yang shock. "Kamu anak mama sayang."
"Maksudnya gimana sih, Ma? Aku, aku sama sekali gak ngerti." lirih Dasya.
"Jadi, aku bukan anak kalian, begitu?" tanya Dasya lagi.
"Kamu anak mama papa, sayang." ucap Tasha.
"Kalian kembar, mana mungkin bukan anak papa mama." sanggah Tasha.
Apa maksud dari semua ini? Kepala Dasya benar-benar pusing dengan ucapan Sandi.
"Kemarin papa juga bilang aku murahan seperti ibuku? Maksudnya?" tanya Dasya.
"Mas,"
Kedua anaknya semakin bingung ketika kedua orang tuanya adu pandang. Sandi yang pergi meninggalkan meja makan membuat suasana menjadi hening.
"Hobi banget nyari masalah." Sebal Disya.
🥀
Ezra melihat Dasya yang tidak fokus memperhatikan guru. Pandangannya kosong dengan tangan yang memangku dagunya.
Ia menyadarkan Dasya dengan mengelus rambutnya. "Ada apa?"
"Nanti, boleh antar aku ke rumah sakit?" tanya Dasya.
"Kamu sakit?" tanya Ezra sambil mengecek suhu tubuh Dasya di dahinya.
"I'm, Okay." jawabnya sambil tersenyum simpul.
"PACARAN TEROOS." teriak Shana tanpa sadar.
"Siapa, Shan?" tanya Bu Ayu yang menghentikan kegiatannya, menerangkan.
Ezra melotot saat Shana menatapnya sambil menyengir. "Ezra sama Dasya, bu. Hehehe."
"Dasya, Ezra, silahkan kamu keluar dari pelajaran saya, hormat di tiang bendera."
"Shana, kamu juga."
"Kok saya juga, bu?" tanya Shana
"Kamu liatin Ezra, Dasya daritadi, kan? Berarti gak dengerin omongan ibu."
Mereka berakhir di lapangan. Bedanya Dasya dan Ezra malah terlihat semakin lengket, sedangkan Shana justru seperti nyamuk.
Huft. Gadis itu menghela napas. Semakin panas saja. Berharap ada bola yang menimpanya lalu ia pingsan.
Sungguh, ia sangat iri dengan Dasya dan Ezra. Kana, pacarnya itu tidak bisa diajak romantis seperti Ezra karena mereka beda kelas.
Shana kembali mengalihkan pandangannya pada tiang bendera.
Tawa menggelegar dari Nando membuat Kana menghampirinya. Ia penasaran mengapa Nando tertawa terbahak-bahak ketika melihat Handphone miliknya.
Baru saja Kana duduk di sampingnya. Pemuda itu langsung memukul punggung Kana dengan keras sehingga pemuda itu berkali-kali terhuyung ke depan.
"Cewek lo. AHAHAHA." tawa Nando.
"Cewek lo malu- maluin. AHAHAHAHA." Nando semakin terbahak-bahak, ia mengulang ulang terus video yang ia tonton.
'DUG'
"SHANA" teriak Dasya yang melihat Shana terjatuh.
Bola basket baru saja menghantam kepala Shana dari samping. Tuhan sungguh baik hati, ia mengabulkan doa hambanya begitu cepat.
"Kok gue gak pingsan, sih." Kesalnya pada diri sendiri.
Beberapa orang yang hendak menolongnya langsung terheran-heran dengan ucapan yang dikeluarkan Shana.
"AAAAAAAAA" teriaknya.
"Makin bete gue." ucapnya
Ezra tersenyum melihat Dasya yang kembali ceria karena tingkah Shana. Ia mengangkat tangannya mengelus rambut panjang Dasya yang membuat Dasya menoleh. Mata mereka beradu pandang bersamaan dengan senyum yang mengembang manis.
"Screenshot screenshot." ucap Kana ketika melihat adegan Ezra dan Dasya.
Akun bibir nyinyir di sekolahnya tidak pernah ketinggalan berita terkini. Suara perempuan yang merekam Ezra dan Dasya itu berteriak. "Hukuman romantis bareng ayang." Lalu memperbesar layar kamera untuk memperjelas perlakuan Ezra pada Dasya yang terkesan sederhana tetapi mampu membuat semua orang mengiri jika melihatnya.
Sementara itu, di kelas lain seorang gadis cantik juga cemburu melihat hubungan Dasya dan Ezra. Mengepalkan tangannya dengan kencang sebelum akhirnya memilih menutup live akun bibir nyinyir.
🥀
"AKHIRNYAAAAAAA" teriak Shana berlari mendekati pintu masuk kantin. Ia tidak memperdulikan sepasang kekasih yang sedang berpegangan tangan itu.
Ia sudah tidak iri lagi karena sekarang ia sedang memesan satu porsi bakso untuk dirinya sendiri.
"Saatnya isi tenaga biar bisa happy sama ayang." monolognya.
Setelah memesan, gadis pecinta bakso itu menghampiri Dasya yang duduk di meja kantin paling depan. Gadis itu sedang menunggu Ezra yang memesan nasi goreng untuknya.
"YAAAAAANG" teriak Kana heboh menghampiri kekasihnya itu. Pemuda itu merentangkan kedua tangannya dari jauh pertanda ingin segera memeluk Shana.
Nampaknya gadis berwajah boneka itu sedang dalam mood yang baik setelah tertimpuknya bola basket di kepalanya.
Ia menghampiri Kana dengan berlari, bersama mengikis jarak diantara mereka. Shana mengambil tangan Kana dan berputar bersama-sama.
"Woy, ini kantin. Jangan muter-muter di kantin!" celetuk cewek rambut sebahu sambil membawa semangkuk mie ayam di tangannya.
Hancur sudah keromantisan mereka. Setelah mereka sadar diri jika di kantin saat ini sedang ramai. Bagaimana tidak? Ini kan jam istirahat.
"Pulang sekolah sibuk gak?" ajak Kana sambil menggandeng tangan Shana.
"Engga, emangnya mau kemana?" tanya Shana sambil menggoyang-goyangkan kedua tangan mereka.
"Ke rumah aku, mama nanyain kamu" ucap Kana.
"Okee." jawab Shana.
Shana sudah sangat dekat dengan orang tua Kana. Ia sering sekali diajak oleh Kana ke rumahnya, bahkan ketika acara keluarga besar pun Shana turut hadir karena Kana yang mengajaknya.
"Kali ini makan bareng sama geng aku, ya?" ajak Kana.
Karena hubungan Dasya dan Raka sudah putus dengan kata 'tidak baik-baik saja' akhirnya Kana sering menemani Shana makan bersama Dasya, dan jarang bersama gengnya.
Meskipun Kana bersama teman-temannya terus dari masuk kelas ia tetap ingin bersama mereka. Teman-temannya yang non akhlak itu tetap rumah baginya.
Nando tertawa terbahak-bahak ketika Shana tepat di hadapannya. Kali ini bukan Kana yang menjadi sasaran pukulannya melainkan Aldrian. Pemuda itu hanya diam ketika dipukuli Nando. Sebelum akhirnya malah menonjok wajah Nando.
"Ssh" rintihnya ketika Aldrian tiba-tiba saja memukulnya.
Dhani yang sedang memakan bakso itu tersedak. Ia berusaha memuntahkan bakso yang membuat tenggorokannya tercekat. Afdhan yang melihat ekspresi Dhani pun membantunya sambil tertawa. Air matanya turun karena tak henti-hentinya tertawa.
"Jangan nangis, Dhan." ucap Raka sambil memakan siomay yang ia pesan.
"AAAAAA" teriak Shana ketika bakso yang berada di mulut Dhani jatuh tepat di mangkuk bakso miliknya.
🥀
Makin ke sini makin ke sana banget ya ceritanya..
Maafin aku deh ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Luceat
Teen FictionDasya berdiri di depan jendela dengan salah satu tangan yang menempel di jendela. Kepalanya sedikit terangkat, ia melihat langit yang di taburi dengan bintang. "Kali ini..aku pengen egois." Setetes air mata meluncur dengan cepat di pipi Dasya. Tak...