Sabtu pagi, Dasya sudah berada di dapur, ia membantu Tasha untuk membuat sarapan. Rupanya tadi malam, teman-teman Disya juga menginap.
"Abis itu kamu potong buah, ya? Mama mau ke pasar soalnya." ucap Tasha sambil mengusap kepala Dasya penuh sayang.
"TANTEEEE" Teriak Shana.
Dasya memegang pelipisnya sejenak, sepertinya gadis berwajah imut itu tidak punya akhlak sekali. Masih pagi ia sudah teriak-teriak.
Tasha menanggapi Shana dengan tertawa kecil. Hanya Shana yang sangat ceria di antara teman-teman anaknya.
"Kenapa, Na?" Tanya Tasha setelah mengakhiri tawanya.
Shana menunjuk dirinya sendiri."Biar aku aja yang ke pasar bareng Dasya."
"Emang kamu bisa nawar?" Ragu Tasha.
Shana melotot dengan mulut terbuka. " Aku jagonya, Tan."
Dasya tersenyum ketika melihat Tasha menyetujui ucapan Shana. Gadis itu langsung mencatat apa saja bahan yang ingin di beli dengan handphone di tangannya.
"Udah nyatetnya?" tanya Dasya yang kini sedang mencuci buah apel.
Shana menganggukkan kepalanya sambil membalas pesan Kana.
"Ganggu gue aja lo." gerutu Shana dengan muka tertekuk.
Dasya yang memotong buah pun menengok ke arah Shana. Ia bertanya dengan menaikkan dagunya.
"Hai!" Sapa Ezra setelah Shana menunjukkan siapa yang sedang video call dengannya.
"Hai." jawab Dasya canggung.
Shana mengambil teko bening untuk menjadi sandaran Handphonenya. Lalu pergi menuju kulkas untuk mengambil air.
"Ice creamnya udah dimakan?" tanya Ezra yang sedang tengkurap di kasurnya.
Dasya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Jujur saja pertemanan ini terasa canggung bagi Dasya.
"Kalau coklatnya?" tanya pemuda berhidung mancung di seberang sana.
"Belum, kamu ngasihnya kebanyakan."jawab Dasya.
Shana yang mendengar kata coklat langsung kabur ke kamar Dasya. Ia jadi ikhlas meminjamkan handphonenya pada Dasya.
"Aku beli banyak karena aku salting. Lupa, kalo kamu udah manis banget." gombal Ezra.
Dasya tertawa renyah. Sejujurnya ia tidak suka Ezra seperti ini. Aneh. Semakin aneh ketika Ezra menggombal. Hanya saja Dasya menghargai usaha Ezra.
"Hari ini mau keluar?" lagi, Ezra yang bertanya kepadanya.
"Iya, mau ke pasar." ucapnya.
"Jam berapa? Gue antar, ya, Das?" Ezra meminta persetujuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luceat
Teen FictionDasya berdiri di depan jendela dengan salah satu tangan yang menempel di jendela. Kepalanya sedikit terangkat, ia melihat langit yang di taburi dengan bintang. "Kali ini..aku pengen egois." Setetes air mata meluncur dengan cepat di pipi Dasya. Tak...