Dasya berdiri di depan jendela dengan salah satu tangan yang menempel di jendela. Kepalanya sedikit terangkat, ia melihat langit yang di taburi dengan bintang.
"Kali ini..aku pengen egois."
Setetes air mata meluncur dengan cepat di pipi Dasya. Tak...
Dasya duduk di bangkunya seperti biasa. Tetapi yang tidak biasa hari ini adalah kehadiran Shana dan Ezra. Keduanya kerap menemani hari-harinya.
Shana tidak memberitahu dimana dia berada. Sedangkan Ezra sakit karenanya. Dulu Dasya ingin sekali menghentikan mulut Shana yang terus berkicau. Dulu Dasya tersipu malu dengan ucapan Geza. Dulu Dasya tertawa ketika Shana dan Geza saling bertengkar. Hari ini, ia tidak bisa mendengarkan itu semua.
Istirahat pun perutnya merasa tidak lapar. Ia memberi chat pada Ezra. Ia rasa Ezra sudah bangun.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ezra membaca pesannya. Namun, pemuda itu tidak membalasnya. Dasya tertawa kecil. Pemuda itu sendiri yang mulai memancingnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kedua ibu jari Dasya kembali berdansa pada pola keyboard handphonenya. Menunggu reaksi Ezra setelah membaca isi chatnya. Sayangnya bel masuk berbunyi dan bu Anna masuk tepat waktu.
🥀
Pulang sekolah Dasya berniat menjenguk Ezra. Ia tidak jadi ke kelas Kana, karena setelah ia chat, Kana menyuruhnya menunggu di parkiran.
"Ayo!"
Ajakan itu bukan dari Kana. Yap, mantannya Raka, lah yang mengajaknya. Pemuda itu sudah memegang satu helm di kedua tangannya.
"Bareng Kana." ucapnya dengan ketus. Ia tidak bisa melupakan kejadian semalam. Raka tetap memukul Ezra yang terlihat sekarat.