Saat ini Ezra sedang menaiki tangga, untuk melihat keadaan gadisnya. Tapi, sayangnya Dasya memunggungi jendela. Ia jadi tidak tahu raut wajah Dasya saat ini.
Entah Ezra yang kurang kerjaan atau memang ia sangat mengkhawatirkan Dasya. Ia menunggu Dasya membalikkan badan, supaya ia tahu sedang apa Dasya sekarang.
Rasanya setengah jam ia berdiri di tangga yang miring tidak ada apa-apanya, demi melihat Dasya yang baik-baik saja. Lama menunggu akhirnya Dasya membalikkan badan. Gadis itu terkejut saat melihat Ezra yang ada di depan kaca kamarnya.
Dasya menghampiri Ezra dengan terburu-buru. "Kamu ngapain?"
Senyum manis yang timbul pada wajah Ezra membuat Dasya kesal. Ini sudah malam, tetapi Ezra malah berada di luar. Meskipun Ezra memakai jaket tetap saja Dasya khawatir.
"Pacar aku abis nangis, tapi dia bohong sama aku." Ucapnya.
Dugaannya benar, gadisnya itu menangis, ia melihat sendiri bagaimana wajah gadisnya itu sangat buruk dengan mata yang sembab, hidung yang memerah dan aliran air mata yang membekas di pipinya.
"Maaf." Ucap Dasya sambil menempelkan telapak tangannya pada jendela.
Ezra tersenyum makin manis. "Ada syaratnya,"
"Apa?"
"Tempelin wajah kamu." Dasya menurut. Ia langsung menempelkan wajahnya pada jendela.
Suara kecupan terdengar meskipun Dasya berada di dalam. Gadis itu tertawa karena tingkah Ezra.
"Gak di bibir?" Tanya Dasya.
"Boleh?" Tanya Ezra yang masih mengembangkan senyum manisnya. Matanya masih tertuju pada gadis manis yang sedang tertawa.
"Ya, boleh, kan ciuman gak langsung."
"Lain kali aja." jawab Ezra sambil menyentuh kaca, dimana wajah Dasya masih menempel pada kaca.
"Tuan putri, ayo tidur, dah malem." ucap Ezra.
Dasya menaruh tangannya di atas kepala dengan bentuk love. "Makasih buat hari ini."
Ezra menganggukkan kepalanya. Ia melambaikan tangannya. Melihat Dasya yang berjalan mundur menaiki kasurnya. Memperhatikan gadisnya yang menyelimuti dirinya sendiri dari angin malam. Gadis itu menghadap ke arahnya ia tersenyum padanya sebelum menutup kedua mata indahnya.
"Mimpi indah tuan putri." Ucapnya meski Dasya tak mendengar ucapannya.
Hal konyol yang dilakukan Ezra kali ini yaitu menunggu Dasya tertidur dengan pulas. Ia hanya tidak ingin gadisnya kembali menangis setelah ia pulang dari rumahnya. Kemungkinan itu bisa saja terjadi bukan?
Suara langkah kaki mendekatinya membuat Ezra buru-buru menoleh ke bawah. Jika, itu Sandi, bisa saja ia terkena masalah.
"Itu tangga punya gue." Kata pemuda yang berada di bawahnya.
Ezra menatap pemuda itu, ia menuruni tangga dengan santai. Lalu, menghampiri pemuda yang setia menunggunya turun dari tangga miliknya.
"Kenapa-"
"Jangan tanya kenapa, karna sebenarnya lo tau." Sinis pemuda itu.
Ezra tak menjawab ia hanya memandang pemuda itu. Sebelum akhirnya ia mendapat pukulan dari pemuda itu.
"Sialan." Umpat Ezra ketika wajahnya terbanting ke samping. Ia menyeka bibirnya dengan tangan, mengecek apakah darah keluar dari bibirnya.
"Bukannya harusnya gue yang bilang gitu ke elo?" tanya Ezra.
"Sejak kapan lo ngintipin Dasya?" tanya Ezra menahan amarah. Ia tidak ingin ada keributan, Dasya baru saja terlelap, ia tidak ingin mengusik tidurnya.
"Sejak gue putus dari Dasya sampai saat ini, gue masih sayang sama dia." jawabnya enteng
"Berhenti ngelakuin ini!" jawab Ezra.
"Kenapa? Lo cemburu?" tantang pemuda itu dengan senyum smirknya.
"Gue gak mau cari ribut sama lo. Dasya baru aja tidur, jangan ganggu dia." ucap Ezra.
Pemuda itu langsung membalikkan badan. Jika Dasya baru saja tidur, maka ia juga tidak ingin mengganggu Dasya dengan ribut bersama pemuda so cool di hadapannya.
Ezra menatap kepergian pemuda itu, ia mengepalkan tangannya. Nyatanya sampai saat ini, Raka selalu ada untuk Dasya, bahkan saat Dasya tertidur.
"Aku semakin takut kehilangan kamu, aku tau kamu sangat berarti, sampai-sampai mantan kamu pun masih menjaga kamu. Aku merasa payah buat ngelindungin kamu." ucap Ezra yang kini melihat kaca kamar Dasya dari bawah.
🥀
"Jangan beri Dasya uang sekolah hari ini, jika Dasya berangkat dengan Ezra!" Perintah suaminya pada Tasha.
Ibu anak dua itu melihat Dasya. Merasa iba padanya. Kemarin, anaknya yang satu ini tidak diberi uang jajan, dan sekarang juga?
"Dia terlalu sering melanggar perintah, karena hukuman yang dia terima terlalu ringan." ucap Sandi menatap sinis Dasya.
Selera makannya hilang ketika Dasya menarik kursi untuk sarapan bersamanya. Jika saja Disya tidak turun setelahnya, dipastikan jika Sandi memilih tidak sarapan.
"Pagi, Paaa." Sapa Disya sambil memeluk papanya.
Sandi menarik kursi di sampingnya untuk Disya, anak kesayangannya.
"Pa, pagi ini aku berangkat bareng Ezra. Aku mau kasih bekal buat dia, karena udah mau nganterin aku ke sekolah. " ucap Disya sambil mengambil roti selai yang diberikan Tasha untuknya.
"Wah, boleh banget tuh, mama setuju. Pasti Ezra suka, deh." Tasha nimbrung.
Dasya menatap Tasha. Matanya memanas. Ia tidak ingin kisah cintanya dengan Ezra akan berakhir sama seperti kisah cintanya dengan Raka.
Dasya berusaha mencintai Ezra, mereka pikir melupakan itu hal yang mudah. Semakin Dewasa bukan hanya barang yang direbut Disya tetapi juga pacar dan cinta. Disya merenggut semua miliknya dengan mudah.
"Pa, Ezra masih pacar aku!" Bentak Dasya yang sudah tak tahan dengan semua ini.
Kali ini ia melawan Papanya sendiri, kali ini Dasya mengucapkan kalimat dengan nada sedikit meninggi pada Sandi.
"Semakin dewasa semakin pintar durhaka, dasar anak gak guna." ucap Sandi sambil membenarkan dasi yang menggantung di lehernya.
"Bisanya cari ribut aja." tambahnya.
"Dasya, lain kali kamu gak boleh begitu, Dia ini papa kamu, yang sopan kalo ngomong sama yang lebih tua!" ucap mamanya sedikit membentak.
Dasya menutup kedua matanya. Lagi, ia harus meredam amarahnya. Lagi, lagi perdebatan adalah makanan sehari-hari untuk Dasya.
"Ezra udah gak ngechat kamu. Dia aja sadar kok kalo sekarang dia tunangannya Disya." ucap Sandi.
"Kamu jangan sekali-kali ngusik kebahagiaan adik kamu, ya? Awas, aja." ancam Sandi seperti menatap musuhnya.
"HP kamu masih papa sita, soalnya ini demi kebaikan pertunangan Disya dan Ezra ya, sayang." ucap Tasha sambil menggenggam tangan Dasya.
"Mah, aku punya hati. Semua keinginan aku dilarang, cinta aku juga direbut, maaa." lirih Dasya.
"Lebay." jawab Disya sambil mengunyah makanan miliknya.
"Lo, kan murahan, cari aja lagi." celetuk Disya.
Tasha menganggukkan kepalanya. "Iya, kamu bisa cari cowo lain, Das. Kan, banyak yang deketin kamu."
"Mama gak pernah ngerasain cinta mama untuk papa direbut." lirih Dasya.
🥀
Lelah banget g sih?

KAMU SEDANG MEMBACA
Luceat
Fiksi RemajaDasya berdiri di depan jendela dengan salah satu tangan yang menempel di jendela. Kepalanya sedikit terangkat, ia melihat langit yang di taburi dengan bintang. "Kali ini..aku pengen egois." Setetes air mata meluncur dengan cepat di pipi Dasya. Tak...