36

276 14 1
                                    

Dasya tidak memperdulikan dirinya lagi. Ia tidak peduli jika nanti dirinya lah yang terkena masalah. Ia hanya ingin memastikan, apakah Ezranya baik-baik saja. Ia membuka pintu itu lebar-lebar.

"CTARRR"

Dasya tidak percaya ini. Ezra dengan kedua tangannya yang menggantung di atas dan di borgol itu terlihat tak berdaya.

Anak Xenodermus yang berada disana melihat seakan-akan itu adalah hal yang wajar dan sering mereka tonton.

Dasya mengalihkan atensinya pada seseorang yang mencambuk Ezra dengan tak berperasaan. Pemuda itu nampak tak peduli dengan teriakan Ezra.

"CTARRR"

Cambukan itu melayang lagi di badan Ezra yang sudah mengeluarkan darah. Pemuda itu kini tak mengeluarkan suaranya. Ia melihat Dasya yang berada di ambang pintu. Gadisnya menangis tetapi ia tidak bisa menghapus air matanya. Gadisnya menatap bola matanya. Ia merasakan cinta itu di bola mata gadisnya. Gadisnya mengkhawatirkannya.

Dengan bodohnya Ezra tersenyum. Melihat cinta Dasya di bola mata gadis itu membuatnya sedikit tenang.

Dasya berlari ke arah Ezra dengan air mata yang terus saja meluruh di pipinya. Ezra sudah melarangnya dengan menggeleng tetapi Dasya terus berlari ke arahnya.

"JANGAN." Teriak Ezra.

Sayangnya Dasya sudah memeluknya. Dan sayang sekali Raka telah melayangkan cambukan itu. Ia mencambuk tangan Dasya yang melindungi punggung Ezra.

"AAAAW" Teriaknya yang membuat anak Xenodermus terkejut dengan kedatangan Dasya.

Raka langsung menjatuhkan cambuknya. Apa yang telah ia lakukan. Ia mengangkat tangannya, melihat tangan kanannya yang telah mencambuk gadis yang ia cintai.

"Dasya." Lirih Raka yang memanggil nama Dasya.

Gadis itu menangis dengan kencang. Ia tetap memeluk Ezra. Ia tidak ingin melepas pelukan itu. Satu cambukan saja begitu sakit. Bagaimana dengan Ezra yang sedari tadi dicambuk berulang-ulang.

Dasya menengadah. "Kamu gakpapa?"

Ezra belum membalas pertanyaannya. Namun, Dasya menaruh kembali kepalanya di dada Ezra. Jelas sakit. Ia tahu itu.

"Tugas lo belum selesai, Raka." ucap ketua Xenodermus dalam video call.

"Suruh Dasya pergi." ucapnya lagi.

Anak Xenodermus itu menarik tangan Dasya yang tidak ingin melepaskan tangannya dari pelukan Ezra.

"Jangan kasar sama cewek gue!" Nada tegasnya itu justru terdengar lirih.

Dasya mendengar itu. Dasya mendengar suara Ezra yang pelan.

"Raka ini gak bener. Lepasin Ezra!" Teriak Dasya pada Raka yang mengambil cambuk yang berada di lantai.

Dasya menangis semakin kencang. Ia takut kehilangan Ezra. Hanya Ezra yang masih bersamanya. Mendukungnya. Pemuda itu rela jauh dengan keluarganya karenanya.

"Aku cuma punya Ezra sekarang, Rakaaa. " Lirihnya.

"Kamu jangan buat dia mati, aku gak punya siapa-siapa." ucapnya.

Gadis itu terjatuh. Namun, tangannya masih dicekal oleh anak-anak Xenodermus.

"Dia cuma ngejalanin kewajibannya." Ucap pemuda yang mencekal tangannya.

"Emangnya apa yang dilakuin Ezra, sampe kalian kayak gini." tanya Dasya sambil mengerutkan keningnya.

"Ezra, ketua geng motor yang salah satu anak buahnya berani ngebunuh salah satu anak Xenodermus. Dia sendiri yang buat perjanjian, kalo ada anak geng dia yang melewati perbatasan atau masuk ke markas Xenodermus harus dicambuk lima puluh kali." Bocornya.

Luceat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang