20

167 27 7
                                    

Dasya terdiam di ambang pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dasya terdiam di ambang pintu. Ia ragu untuk membuka pintu yang ada di hadapannya. Apakah setelah ini akan baik-baik saja?

Tangannya terangkat ingin memegang knop pintu. Namun, ia urungkan. Matanya melebar ketika Tasha membuka pintu rumah dari dalam.

Tasha memeluk Dasya dengan erat. "Kamu gak kenapa-napa, kan?"

Tangannya membalas pelukan mamanya dengan ragu. "Aku gak papa, Ma."

"Kamu tau gak? Disya khawatir banget sama kamu." ucap Tasha sambil menangkup wajah Dasya.

Lagi, Dasya bingung bagaimana ia harus bersikap. Orang tua dan adiknya terasa seperti orang asing baginya.

"Mama mau arisan dulu. Kamu ke kamar Disya, ya? Disya kangen banget sama kamu."

Tasha mengakhiri percakapan dengan menepuk bahu Dasya. Wanita paruh baya itu mulai berjalan anggun meninggalkan anaknya.

Dasya langsung ke kamar Disya. Ia ingin berterima kasih pada Disya yang telah menolongnya. Jika adiknya tidak membukakan gudang, saat itu pasti Dasya benar-benar kelaparan seharian.

Dasya mengetuk pintu Disya. Pemilik kamar itu menyuruhnya masuk. Dasya melihat Disya yang setengah duduk di kasurnya.

"Raka mana?" tanya Disya sambil tersenyum.

Dasya menghampiri Disya, ia duduk di tepi ranjang. "Gak ikut."

"Kenapa? Dia udah gak khawatir kalo lo bakal disakitin di sini?" tanya Disya sambil memakan apel yang ada di nakas.

Dasya bingung harus menjawab apa. Ia melihat ke arah nakas tepatnya pada potongan apel.

"Apelnya sisa sedikit. Aku mau ke dapur dulu, takutnya kamu masih mau-"

Disya memegang tangan Dasya yang sedang mengangkat piring berisi dua potongan apel.

Dasya membanting piring itu ketika melihat tangan Disya. Ia terkejut melihat perban di pergelangan tangan Disya.

"Kamu, kamu kenapa?"

"Kenapa ngelakuin ini?" tanya Dasya dengan khawatir. Ia memegang tangan Disya.

Disya terkekeh sinis. "Lo baru tau gue sakit?"

Disya mengangkat tangannya yang dipegang Dasya. "Sakit banget, Das."

"Gue pengen bunuh diri kemarin karena papa."

Dasya melihat mata Disya yang berkaca-kaca. Ia memeluk Disya.

Luceat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang