39

320 14 2
                                    

Dugaannya benar. Ia akan pulang malam. Gadis itu berusaha berjalan secepat mungkin keluar dari gang rumah Kana. Jangan sampai Sandi mengomelinya.

Dasya baru menyadari ada langkah kaki yang mengikutinya dari belakang. Gadis itu berhenti sejenak. Ia ingin menolehkan kepalanya ke belakang. Namun, gadis itu tidak berani. Tanpa pikir panjang Dasya berusaha lari untuk mengusir ketakutannya.

Ternyata pikirannya tidak salah. Setelah ia berlari. Pemuda yang berada di belakang, mengejarnya berusaha untuk menangkapnya.

"Oh my God!" batinnya.

Dasya menolehkan wajahnya, ia benar-benar dikepung oleh beberapa pemuda yang tidak dikenalinya.

"Cantik, guys. Pantes aja bos kita suka." kata salah satu pemuda itu sambil menggosokkan jari telunjuknya di dagu.

"Tolong!" Teriak Dasya sambil berjongkok. Telinganya menutup kedua wajahnya. Sungguh ia takut sekali.

Dasya terkejut, ketika salah satu pemuda mengangkat tubuhnya yang berjongkok. Ternyata berjongkok bukanlah pilihan yang tepat untuk menyelamatkan diri.

Dasya yang digendong bridal style itu dibius sampai kehilangan kesadaran.

"Tolong." teriaknya yang hanya terdengar lirih di pemuda yang menggendongnya.

🥀

Malam kembali tiba. Bukannya tidur, sang pemilik mata justru memikirkan kekasihnya. Pemuda itu sudah memakai bantal tetapi tetap menjadikan tangan sebagai alas kepalanya juga.

Sore tadi, Ezra curiga Dasya berpelukan dengan cowok. Wangi parfum cowok masuk ke dalam hidungnya ketika dirinya memeluk Dasya. Jika, benar, pasti dengan Raka. Pikirnya.

Maaf yang dilontarkan Dasya sore tadi juga bukankah karena wangi parfum? Ezra menghembuskan napasnya kasar. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pusing rasanya. Jika ia mencurigai Dasya, bukankah tandanya ia tidak percaya pada Dasya?

Tidak, kepalanya menggeleng tak setuju. "Curiga itu karena khawatir dia bakal pergi dari gue, dan bakal sama orang lain."

"Tapi, Shana pergi gue gak curiga." celetuk Kana yang sedari tadi memunggungi Ezra.

"Gue kira lo udah tidur."

"Shana pindah sekolah, tapi dia kayak pindah perasaan juga."

"Gue gak di chat. Gak ada yang minta bakso lagi ke gue."

"Bukannya bagus, duit lo utuh?" tanya Ezra sambil menolehkan kepalanya.

"Hidup gue udah di isi sama Shana dari pagi ke malem sampe ke pagi lagi. Jadi, berasa banget kehilangan dia." ujar Kana sambil meluruskan posisi tidurnya.

"Cewek lo bawel tapi ngangenin." celetuk Ezra sambil melihat langit-langit kamar Kana.

"Lo, kan udah punya Dasya." dengan nada ketus ia menjawabnya.

"Shana temen gue, emang gak boleh kangen sama temen sendiri?" tanya Ezra.

"Argh" teriak Kana sambil bangun dari tidurnya.

"Gue mau ke rumah Aldrian." Kali ini Kana turun dari kasur.

"Ikut gak lo?" tanya Kana dengan sinis.

"Gak. Mending gue molor."

Ezra memang akrab dengan Kana, tetapi bukan berarti ia juga akrab dengan teman Kana yang lain.

Bahkan Kana tidak akrab dengan Raka semenjak ia pacaran dengan Dasya.

Kana memakai jaket yang ia taruh di cantelan pintu. "Gue kayaknya nginep disana."

"Hmm." gumam Ezra.

Ezra mencoba memejamkan matanya. Ia ingin cepet pulih supaya tidak merepotkan keluarga Kana lagi.

🥀

Di dalam gudang yang pencahayaannya kurang. Dasya masih memejamkan matanya dengan kepala menunduk. Rambutnya tergerai menutupi wajah cantiknya. Tangan gadis itu diikat dibelakang sandaran bangku yang ia duduki. Pemuda itu juga mengikat kedua kakinya dan melakban mulut Dasya.

"Enaknya cewe ini diapain?" tanya dalah satu pemuda itu sambil menyeringai.

"Disandra aja, menurut gue itu udah cukup." sahut salah satu pemuda.

"Gak mau di-"

"Cewek ini gak salah apa-apa."

Cowok yang barusan dipotong ucapannya langsung memutar mata sinis.

"Suruh dia ke sini secepatnya. Kalo mau gadis ini selamat." ucap pemuda yang terlihat menjaga Dasya.

"Sedikit babak belur di muka cewek ini kayaknya gak papa."

"Jangan memihak ke dia. Ini gunanya kita nyulik dia." Pemuda yang memutar matanya sinis itu langsung memajukan badannya.

Ia mencengkeram dagu Dasya. Menamparnya terus menerus sampai Dasya terbangun.

Badannya yang lemas, wajahnya yang terus ditampar dengan kekuatan full itu membuatnya semakin tak berdaya. Mulutnya tertutup, ia tak berdaya, berteriak pun rasanya percuma.

Perih yang dirasakannya diucapkan dengan air mata yang mulai mengalir di pipinya. Gadis itu sesenggukkan. Mencoba menatap pemuda-pemuda yang berada di sekitarnya. Lagi-lagi matanya yang berbicara, mata itu memohon dengan tatapan sendu, berharap orang asing yang berada di depannya membantunya.

🥀

Raka memperhatikan Kana yang terus meneguk vodka begitu banyak. Kesadaran pemuda itu pun ia rasa sudah hilang.

Raka berusaha menyingkirkan gelas yang berisi vodka itu. "Gue gak mau nganterin lo pulang. Jangan minum banyak-banyak."

Aldrian menggelengkan kepalanya. Entah vodka darimana yang dibawa Kana. Pasalnya mereka tidak pernah meminum alkohol.

Hanya Raka dan aldrian yang memperhatikan kondisi Kana saat ini. Benar-benar sangat buruk. Mata pemuda itu berubah menjadi merah dan berkaca-kaca. Nama Shana selalu ia sebut.

Kana memegang wajah Aldrian. "Lo kemana aja sih, yang?"

Aldrian tidak menjawab pemuda itu tanpa babibu langsung menghempaskan tangan Kana yang berada di wajah tampannya.

Kana yang menganggap Aldrian sebagai Shana, kembali meraih wajah Aldrian. "Lo berubah, yang!"

Kana memeluk Aldrian, ia mengelus kepala Aldrian. Pemuda berwajah cool itu berusaha melepaskan pelukan Kana. Ia merasa sesak.

Afdhan yang sedang meregangkan tangan setelah bermain PS bersama Dhani, segera menepuknya.

Dengan isyarat mata saja Dhani sudah paham. Ia menganggukkan kepalanya sambil mengangkat ibu jarinya. Mengeluarkan handphonenya untuk merekam Kana yang sedang memalukan dirinya sendiri.

"Ayo, pulang! Jangan maen jauh-jauh lagi!" Marah Kana pada Aldrian.

Aldrian merasa muak dengan semua ini. Ia menonjok Kana dengan memasang wajah datar. Membuat Dhani yang sedang merekam terkejut.

Kana yang tersungkur agaknya sedikit sadar tidak ada Shana di sana.

"Gue pulang." ucap Kana yang sudah sedikit sadar, ia berjalan dengan sempoyongan.

Raka membenarkan jaket yang ia kenakan. "Gue anter."

Raka merangkul Kana yang langsung ditepis. "Gue gak mabok."

Ia berusaha berjalan tegak yang justru membuat Afdhan tertawa dibuatnya.

"Lo gak nginep aja?" tanya Aldrian.

"Nginep, tapi gue cabut dulu." jawab Raka sambil berjalan.

"Kemana?" tanya Dhani penasaran.

Namun, Raka tidak menjawab pertanyaan Dhani. Raka sudah sebelas duabelas dengan Aldrian.



Luceat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang