Dasya turun dari motor Ezra, gadis itu langsung menghampiri pemuda yang berdiri di depan gerbang rumahnya. Nampaknya pemuda itu sudah cukup lama berada di sana.
Ezra mengunci motornya, ia mengikuti Dasya dari belakang yang hendak menghampiri pemuda berjaket Xenodermus.
"Karel?" Sapa Dasya dengan raut wajah yang kurang yakin.
Pemuda itu menolehkan pandangannya dari layar handphone yang daritadi berada di tangannya. Pemuda itu melemparkan senyum manis seraya mengajak Dasya berjabat tangan.
"Oh, ternyata pacar lo geng motor juga sama kek mantan lo? Keren juga." ucap Karel.
Dasya menoleh kepada Ezra."Engga, Ezra bukan anak geng motor."
Tetapi, setelah melihat tatapan tajam yang dilayangkan Ezra pada Karel membuatnya ragu. Apa mungkin Ezra anak geng motor?
"Mungkin lo salah orang." Ucap Ezra datar.
"Ooh, gitu, iya sih bisa jadi." Jawab Karel sambil tersenyum remeh.
"Ada apa ya, Rel?" tanya Dasya.
"Nih," Karel mengambil sesuatu dari jaketnya. Ia mengeluarkan tiket konser salah satu penyanyi terkenal.
"Dari Raka, niatnya dia mau nganterin ini langsung ke elo, cuma dia ada urusan." Terang Karel.
Dasya menggeleng, ia juga tidak menerima tiket yang Karel berikan padanya.
"Kenapa? Bukannya lo pengen banget ya nonton konsernya?" Tanya Karel dengan dahi mengernyit.
Ezra mengepalkan tangannya. Ia kesal dengan dirinya sendiri. Ia tidak bisa membahagiakan gadisnya.
Dasya menyipitkan mata serta menipiskan bibirnya. "Eumm, iya sih, cuma akhir-akhir ini aku kurang fokus sama pelajaran. Kalo aku nonton konser-"
"Kalo lo nonton konser, baliknya lo langsung happy, jadi semangat deh belajarnya." ucap Karel seraya mengambil tangan Dasya dan menyerahkan tiketnya.
"Hargai pemberian orang lain, lo udah di tolongin Raka kemarin, setidaknya lo bisa balas budi dengan cara nonton konser bareng."
"Oke, gitu aja, gue balik." Karel memakai helmnya tanpa basa basi ia tancap gas.
Dasya memperhatikan raut wajah Ezra. Pemuda itu tahu, jika Dasya merasa tak enak hati dengannya. Rasanya Ezra ingin menghela napas kasar. Namun, ia urungkan, ia memilih tersenyum dengan hangat kepada Dasya.
Ezra mengambil kedua tangan Dasya, menaruh kedua telapak tangan Dasya di atas kedua telapak tangannya. "Aku ngizinin kamu pergi bareng Raka."
Meski Dasya mendengar Ezra mengucapkannya dengan lembut, ia merasa ini tidak benar. Ia merasa, bahwa dirinya seperti sedang berselingkuh secara terang-terangan.
Dasya mencoba menyelami bola mata Ezra. Tetapi bola mata itu terlihat tulus menatapnya, seolah ia percaya jika dirinya tidak akan berpindah hati.
"Aku seneng kalo kamu seneng." Ezra berusaha meyakinkan Dasya. Ia merasa Dasya belum yakin dengan apa yang ia ucapkan.
"Nonton konsernya salah satu harapan kamu, kan?" Tanya Ezra.
Dasya mengangguk dengan ragu. Sungguh, Dasya merasa ia sedang melukai perasaan Ezra, tetapi ia bingung harus berbicara seperti apa pada pacarnya ini.
"Aku milih gak ikut aja." Jawab Dasya sambil tersenyum.
"Besok, aku kembaliin tiket ini ke Raka. Biar Raka datang sama yang lain." ucap Dasya.
Sebenarnya Ezra sedikit tenang ketika Dasya mengambil keputusan seperti itu. Tetapi, ia tidak ingin Dasya melewatkan kesempatan ini. Gadisnya sangat ingin menonton konser, jangan hanya karna dirinya yang kini tidak mampu, ia jadi mematahkan keinginan Dasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luceat
Teen FictionDasya berdiri di depan jendela dengan salah satu tangan yang menempel di jendela. Kepalanya sedikit terangkat, ia melihat langit yang di taburi dengan bintang. "Kali ini..aku pengen egois." Setetes air mata meluncur dengan cepat di pipi Dasya. Tak...