40

142 9 0
                                    

Raka merasa kesal sekali. Ternyata di kompleks pun ada maling. Untungnya Aldrian meminjamkan sepatu untuknya. Jika tidak, ia tidak bisa pergi.

Raka menjalankan motornya dengan kecepatan penuh. Ia sudah sungguh terlambat. Semoga aja gadis itu tidak apa-apa, pikirnya.

Ia menutup helmnya untuk menambah kecepatan dan supaya matanya terlindung dari debu dan angin yang membuatnya menyipitkan mata.

Tempat itu sudah begitu sepi. Ia menelpon seseorang di sebrang sana. Berharap panggilannya akan diterima. Namun, tidak. Telpon darinya tidak dijawab. Ia melihat arloji yang melingkar ditangannya seraya berkacak pinggang.

"Mana dah malem." gumamnya penuh kekhawatiran.

Ia kembali menghubungi seseorang. Terus, dan terus sampai akhirnya pemilik nomor telpon itu mengangkatnya.

"Ada apa?" tanya pemuda di sebrang sana.

"Dimana Dasya?" tanyanya.

"Gak tau."

"Gue serius." dengan sedikit menaikkan nada suaranya.

"Gue juga serius." jawabnya dengan penekanan.

Sungguh, Raka ingin mengumpat pada orang di sebrang sana yang berbicara dengan ketus.

"Arghh" kesalnya.

"Udah pulang daritadi?" tanyanya.

"Dia gak masuk hari ini."

🥀

Ketukan pintu rumah begitu kencang. Ezra yang berada di kamar saja langsung terbangun karena hal itu. Ia langsung menapakkan kakinya pada lantai dingin, melangkah ke sumber suara.

Pemuda itu mengintip lewat jendela. Mungkin saja orang gila yang sedang mengetuk pintu rumah Kana.

"Hah?" Ezra bingung dengan tingkah Kana. Ia buru-buru membuka pintu yang terkunci itu.

Kana yang sedang mabuk itu menunjukkan wajah konyolnya sambil tersenyum pada Ezra.

"Nih, buat lo." Kana menyodorkan benda pada Ezra.

"Gue tadi nemu bakso banyak." ujarnya sambil masuk ke dalam rumah.

Ezra menutup pintu rumah Kana. Tak lupa, ia juga mengunci pintu itu kembali.
Ia menghampiri Kana yang bergerak menuju ke dapur.

Ia membalikkan badan Kana. Ezra benar-benar tidak menduga apa yang Kana bawa ketika mabok.

"Lo maling sepatu dimana?" tanya Ezra seraya memegang pundak Kana.

Pemuda itu hanya menyengir sambil menggaruk kepala.

"Ssst. Jangan berisik." Kana menutup mulut Ezra.

Kana menyuruh Ezra duduk. Pemuda itu mengambil mangkok dan menaruh sepatu-sepatu yang berada di dalam plastik merah ke dalam mangkok.

Ezra mengernyitkan dahinya. Bisa-bisanya ia duduk mengikuti perintah Kana yang sedang mabuk.

"Na, gue tanya ini sepatu darimana?" tanyanya lagi.

"Masalahnya lo nyolong sepatu merek gucci." ucap Ezra.

"Yang, gue tau lo laper." jawab Kana yang semakin melantur.

Ia menyodorkan mangkok berisi sepatu itu pada Ezra. "Makan yang banyak. Gue nemu bakso beranak banyak biar lo kenyang."

Kana duduk ia menopang kedua tangannya. Memperhatikan Ezra yang ia kira Shana.

"Ayo, dimakan, yang!" Kana mempersilahkan.

Luceat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang