LATIHAN

4K 611 50
                                    

"Mas Wildan sama Dinda baik-baik aja, kan?"

"Ngapain gue harus berurusan sama Dinda, Pak?" Suara Wildan terdengar lesu. Pria itu memilih memakai seatbeltnya sebelum bersiap tidur di kursi. "Entar hukuman gue tambah banyak lagi."

Jelas saja, sekarang pemantauan terhadap dirinya ditambah oleh Sahara. Dia akan dipantau hampir 24 jam untuk setiap harinya. Tak bebas ke manapun karena harus tiba di rumah pada jam yang ditentukan.

Itulah yang membuatnya selama sepekan tak bebas melakukan apa pun.

"Gue mau pulang aja."

Arga menatap pria yang sedang memejamkan mata itu dengan ekspresi iba. "Okay, Mas."

Tiba-tiba ponsel di genggaman Wildan bergetar membuat pria itu terbangun. Tertera nama, "Adinda Prastowo" di layar.

"Pak berhenti sebentar!"

Entah kenapa suasana hatinya langsung berubah bahagia.

"Gue angkat telepon dulu, ya, Pak." Dia langsung membuka pintu mobilnya. Hendak menelepon di luar membuat Arga curiga.

"Dari siapa, Mas?" goda Arga sebelum dilanjutkan dengan tawa menatap Wildan yang salah tingkah. "Hahahahahaha ...." Dia sudah paham.

Begitu keluar dari mobil, Wildan langsung buru-buru mengangkat.

"Ya, halo?" Suaranya dibuat sok jual mahal agar tak terdengar terlalu antusias.

"Assalamu'alaikum, Nak Wildan?" Suara Reni terdengar di seberang.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, Bu Reni," jawab Wildan ramah. Sejujurnya hatinya agak kecewa. Dia pikir Dinda yang akan bicara. Ternyata sia-sia dia keluar dari mobil.

"Terniat banget si Dinda," batinnya sebelum memutar bola mata malas. "Tapi ini berarti dia enggak hapus nomor gue dong." Senyum lebaynya langsung terbit.

"Apa kabar, Nak Wildan?"

"Alhamdulillah baik, Bu. Ibu gimana kabarnya? Maafin, ya, Bu belum mampir ke kantin lagi."

"Alhamdulillah baik, Nak. Ah, enggak apa-apa, Nak. Denger Nak Wildan baik-baik aja, ibu turut seneng. Matanya gimana, Nak? Udah baikan?"

"Alhamdulillah udah baik, Bu. Enggak apa-apa kok, Bu. Jangan berpikir saya enggak ke kantin karena marah soal ini. Sama sekali enggak, Bu," jelasnya membuat perasaan Reni membaik.

"Dinda di mana, Bu?" Nah, inilah pertanyaan intinya.

"Dinda lagi latihan, Nak di dojo sekolah. Telapak tangannya itu kena pisau pas lagi masak tadi pagi buat kantin. Masih luka tapi tetep aja dipaksa latihan," curhat Reni seperti sedang berbincang dengan anak laki-lakinya sendiri.

"Udah diobatin belum, Bu?"

"Belum, Nak. Insyaallah nanti habis latihan dia obatin katanya."

Entah apa yang mendorong Wildan, dia langsung buru-buru mengakhiri panggilan dan kembali ke mobilnya.

"Pak? Kasih kotak P3K dong."

Arga yang masih bingung tapi menurut saja. Memberikan kotak transparan berukuran kecil yang ada di mobil itu.

"Mau ke mana, Mas?"

"Ke sekolah sebelah."

Arga agak khawatir. "Mas? Ketahuan sama bapak gimana?"

Wildan tetap diam tak peduli.

"Mas? Entar Mas dimarahin lagi lho."

"Sebentar aja, Pak."

Tuan Rusuh & Nona Galak (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang