SERET KE HADAPAN EMAK

4.4K 644 39
                                    

Akibat pernyataan luar biasanya di hadapan Sonya, sontak nama Dinda langsung viral di grup keluarga Wildan dan grup persit ibunya, padahal mereka belum mengetahui sosok Dinda yang dimaksud oleh Wildan. Ya, seheboh itu para ibu-ibu kepo dengan calon mantu Sonya membuat beban tersendiri untuk Wildan. Sangat beban. Mau tak mau akhirnya dia harus membawa perempuan bernama Dinda. Terpaksa.

Sempat terpikir oleh pria itu untuk menyewa perempuan bayaran untuk berpura-pura menjadi Dinda tapi itu artinya adalah berbohong. Dia tak ingin berdosa dengan berdusta yang pada akhirnya menyakiti ibunya yang sudah terlampau berharap.

"Bohong satu kali memunculkan bohong-bohong berikutnya untuk menutupi. Muslim harus jujur. Jangan dusta, Wildan," batinnya.

Setelah sekian lama bertarung dengan diri sendiri, akhirnya dia memutuskan untuk menemui Dinda. Entah bagaimanapun caranya. Mungkin dia bisa meminta bantuan Dinda untuk muncul di hadapan ibunya sebelum dia mengklarifikasi semuanya agar kabar heboh di grup keluarga dan grup persit itu bisa mereda.

Wildan membulatkan tekad. Setelah mengantongi nomor Dinda yang didapatinya dari Aldan setelah memintanya pada Jihan, Wildan berangkat ke perusahaan tekstil milik Dinda dengan perasaan tak menentu. Masih belum tahu apa yang harus dilakukan dan dibicarakannya. Murni nekat.

"Bismillah
Dind? Gue udah di lobi kantor lo. Please turun bentar."

Wildan mengirim chat singkat itu walaupun dia tak yakin juga, manusia galak seperti Dinda mau menemuinya. Tapi dia akan menunggu selama satu jam. Kalau Dinda tak turun menemuinya, maka dia akan pulang dan tak ingin menemui gadis itu lagi.

Semenjak Jihan diberhentikan dari Arkin, Dinda pun kembali ke perusahaan tekstil miliknya.

Tak lama Wildan yang sedang duduk di lobi dengan jantung berdegup kencang itu melirik pintu masuk dan mendapati Dinda baru berjalan masuk menenteng tas selempangnya. Pria itu agak terkesan melihat aura Dinda yang entah mengapa agak berbeda dari sebelumnya. Dia sudah tahu bahwa Dinda dan Jihan sebelumnya menghabiskan waktu di wilayah pegunungan untuk belajar agama hanya dia tak tahu bahwa efeknya bisa terlihat seperti ini. Tampak Dinda jauh lebih tenang dan raut wajahnya terkesan lebih ramah. Sangat berbeda.

Wildan berpikir, gadis itu akan menemuinya ternyata tak meliriknya sama sekali dan malah menghampiri pria paruh baya yang bertugas sebagai cleaning service yang sedang mengepel lantai itu.

"Pak Sadam udah makan?" tanya Dinda sambil melepaskan kaca mata hitamnya.

"Belum, Bu."

"Loh, kok belum?"

Sadam tersenyum malu-malu. "Beresin ini bentar, Bu."

"Udah berhenti dulu, Pak. Waktunya makan siang." Dinda langsung merogoh sesuatu di dalam tasnya dan menyodorkannya pada Sadam yang tampak heran menatap uang yang sangat banyak itu.

"Ini ... buat apa, Bu?" Pria itu tampak menerima dengan ragu. "Buat beli makannya ibu di luar, ya?"

Dinda menggeleng cepat. "Buat, Pak Sadam. Buat beli seragamnya anak-anak." Dia tahu Sadam memiliki dua anak yang duduk di bangku SMA.

Sadam menggeleng cepat. "Tapi ini banyak banget, Bu."

Senyum tipis Dinda langsung muncul. "Enggak apa-apa, Pak.

Sontak Sadam langsung berterima kasih beberapa kali pada bosnya itu.

Wildan yang menyaksikan itu ikut tertegun. Lama dia diam dan entah mengapa merasa hatinya menghangat.

"Ini dia lagi caper sama gue apa gimana sih?" batinnya heran sebelum menyadari sesuatu. "Tapi emang dia suka sama gue?" Barulah dia sadar diri.

Tuan Rusuh & Nona Galak (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang