Setelah peristiwa kabur dari acara talkshow, Wildan belum menemukan ide baru untuk bertemu dengan Dinda. Seperti buntu. Dia ingin pertemuan yang alami, tidak terkesan dia merencanakannya dan terkesan sedang mengejar-ngejar Dinda. Dia masih punya harga diri, pikirnya. Sebucin-bucinnya dia ingin tetap elegan.
Oleh karenanya dia melampiaskan pada menonton banyak berita terbaru tentang Jihan untuk menemukan ide baru. Jelas yang menjadi sorotannya adalah keberadaan Dinda yang seperti satu paket dengan sahabatnya itu. Konsep menundukan pandangannya susah berlaku kalau berkaitan dengan Dinda yang selalu menjadi sumber perhatiannya sejak dulu.
Sampai suatu hari, Jihan pun diterpa skandal bersama seorang artis.
"Enggak mungkin, enggak mungkin ...." Wildan terus menggumamkan hal yang sama di depan TV di pojok ruangan.
Aldan yang baru selesai lari itu mendekat ke arah teman satu baraknya dan mengambil tempat di kursi kayu di sebelahnya.
"Nonton apaan?" tanya pria dengan celana training hitam itu sambil sibuk menyeka keringat dengan handuk kecil sebelum bersiap membuka tutup botol air mineral berukuran sedang.
"Ini," Wildan sedikit melotot sambil menunjuk TV yang sedang menampilkan acara gosip itu dengan remote di tangannya. "Masa si tikus menyebalkan itu bisa digosipkan sama Nona Jihan," katanya dengan santai sebelum beristighfar sebanyak-banyaknya karena sudah menyamakan manusia dengan tikus. "Astaghfirullah."
Sejujurnya Aldan paling malas menonton acara gosip pemberat dosa di hari akhir, karena dia merasa dosa pribadinya pun sudah sangat banyak apalagi ditambah mengurusi dosa orang lain. Malah seperti memelihara bencana untuk diri sendiri.
Namun, dia mendadak tertarik saat mendengar nama Jihan di acara gosip.
Rupanya gadis itu digosipkan dekat dengan Rascal Adiputra. Seorang aktor ternama dengan pamor playboynya. Keduanya tampak tertangkap kamera tengah berhadapan dengan wajah serius di sebuah acara.
Rascal Adiputra pun tak memberikan penjelasan apa pun ke arah wartawan seolah ingin semua orang mengasumsikan bahwa dia dan Jihan memiliki sebuah hubungan yang ... spesial.
"Oh, mungkin benar juga. Lagian Jihan, kan, manusia normal. Menyukai laki-laki." Dia tak bisa berprasangka baik pada Jihan. Hanya pada Jihan. Selain itu dia bisa.
"HEH?!!" teriak Wildan tak terima. Dia heran dengan sikap sensi Aldan yang hanya ditujukan pada Jihan.
Jelas, dia mengenal Jihan dari SMA. Dia tahu betapa terjaganya gadis itu yang berbeda dengan Dinda yang bar-bar. Jihan yang shalihah, baik, lemah lembut, rajin kajian, dan banyak hal positif lainnya. Kalau Jihan sampai diterpa berita tak sedap, dia pun ikut naik pitam. Murni karena dia mengenal Jihan.
Aldan malah mengabaikan dan bersiap untuk minum.
"Ngomong-ngomong ...." Wildan memicingkan mata menatap Aldan dengan tatapan penuh selidik.
"Apa?!" Ekspresi pria itu tak bersahabat sebelum memilih meminum air di genggamannya.
"Lo enggak suka, kan, sama Jihan?"
PRUTTTTTTTT
Wajah Wildan terbasuh langsung oleh air dari mulut Aldan. Pria itu tampak tenang tapi entah bagaimana air bisa menyembur dari mulutnya.
"GUE MAAFIN LO KALI INIIIIIII!!"
"Maaf," kata Aldan dengan santai.
Wildan menahan kekesalan luar biasa pada teman dari masa tarunanya itu, tapi dia memilih mempertebal sabar.
"Lo enggak boleh suka sama Jihan, Al! Inget, kita temen! Saingan gue bisa tambah banyak entar. Jangan nikung gue, lo!" Acting level 50.
Sejujurnya dia bersyukur kalau Aldan menyukai Jihan. Itu akan membukakan jalannya untuk mendapatkan Adindanya, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Rusuh & Nona Galak (Tamat)
Spiritual#KARYA 11 📚 PART LENGKAP Tetangga sekolah dengan riwayat permusuhan melegenda. Ini kisah antara Wildan, anak petinggi TNI dari sekolah elit di sebelah dan Dinda, anak ibu kantin pemilik sabuk hitam karate yang siap mematahkan leher siapapun yang me...