STRATEGI

3.8K 606 51
                                    

Wildan masih menelepon Arga untuk curhat perihal hatinya.

"Kalau belum bisa move on, kenapa enggak diperjuangin sekali lagi aja, Mas?" tanya pria itu di seberang. Ya, Arga sepertinya tim tukang berjuang karena ajudan Sahara itu memang sudah menikah dengan pujaan hatinya saat SMP. Tak menyerah dan diperjuangkan sekali lagi adalah andalannya. Itulah kenapa dari zaman bahola Arga tak pacaran. Semata-mata karena Arga tak pernah move on dari cinta pertamanya di SMP. Membuat Keisya sepupu Wildan sangat patah hati.

"Ah, Pak Arga mah asyik happy ending sama cinta pertama. Gue belum tentu. Terlebih gue enggak pacaran, Pak Arga. Stay halal gue mah." Wildan pesimis.

"Jelas itu, Mas. Maksud saya, kenapa enggak dijadiin istri, Mas? Saya yakin Adinda juga cinta mati sama Mas Wildan."

Ucapan Arga membuat nyali Wildan semakin ciut dan semakin tak yakin. "Enggak tahu, ya, Pak. Dia udah kaya raya sekarang bukan pemilik kantin lagi. Yang deketin juga banyak. Rata-rata anak menteri dan anak pengusaha ternama. Adinda tinggal milih."

Agak lama Arga terdiam membuat Wildan bertanya-tanya.

"Pak? Ini gue enggak ditinggal buang air besar, kan? Waduh."

"Cek chat, Mas."

Buru-buru Wildan membuka chatnya dan menemuman kiriman dari Arga. Sebuah flyer berisi acara Talkshow yang akan diadakan di sebuah gedung yang masih satu wilayah di tempat tugasnya. Salah satu bintang tamunya adalah ... Ashafa Jihan Salsabila.

"Aduh ... apa-apaan ini, Pak Arga? Gue enggak ada rasa lagi sama Jihan. Maksud gue, gue ngehargai Jihan cuma sebagai temen."

"Mumpung mereka di tempat tugasnya, Mas. Kapan lagi? Saran saya, Mas ke acaranya Jihan. Adinda pasti ada di sana. Saya sarankan bertemu, Mas. Kalau udah bertemu, saya yakin 100%, Mas dan Mbak Adinda bakal tahu, apa yang harus dilakukan," ujar Arga.

Seketika Wildan tersenyum. Seolah menemukan harapan yang baru meskipun hatinya masih sedikit ragu. Ya, sudah saatnya dia bertemu Dinda untuk menyelesaikan masalah mereka yang belum tuntas.

"Apa gue temuin Adinda sekali lagi?" gumamnya.

Itu berarti dia akan dimusuhi para pria lantaran dianggap sebagai penggemar Adinda walaupun nyatanya begitu. Kalau sudah begitu, mereka mulai mencari tahu penyebabnya yang dikhawatirkan ketahuan kedekatannya dengan Adinda sejak SMA. Sepertinya dia harus membuat strategi agar tak terkesan menjadi penggemar Adinda. Tak ada cara lain selain menjadi penggemar ... Jihan walaupun rasanya pada gadis itu sudah berubah.

"Okay, berpura-pura menjadi penggemar Jihan." Dia mulai mengatur strategi untuk kembali berkomunikasi dengan Dinda.

***

Hari yang meresahkan untuk Aldan karena dia dipaksa oleh sahabatnya untuk mengikuti acara talkshow motivasi berwirausaha padahal dia ingin menikmati liburannya untuk hal lain. "Kenapa kita harus ke acara motivasi berwirausaha itu?"

Wildan tersenyum cerah. "Penting, Aldan. Penting! Ini untuk menambah semangat berwirausaha kita," ujarnya heboh.

Aldan sampai memasang ekspresi datar bin malas. "Hah?"

"Udahlah ikut!" Pundaknya sudah dirangkul paksa oleh pria berpangkat Letnan Dua itu. "Setidaknya temenin gue. Paham?!"

Aldan yang hari itu mengenakan kemeja dan biru langit yang digulung sesiku dan disisip pada celana kain berwarna abu-abu itu justru tak bergeming. Dia menolak dipaksa ikut.

Wildan tak menyerah. "Okay, kita selalu di hutan dan enggak ada waktu berwirausaha. Always. Makanya itu kita butuh motivasi kayak begini untuk ... ya, karena di hutan enggak ada motivasi seperti ini. Siapa yang mau mengadakan acara talkshow di tengah hutan, hah? Oleh karena itu, kita harus semangat menuntut ilmu." Wildan berapi-api membuat Aldan menganga. Tak paham.

Tuan Rusuh & Nona Galak (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang