Butuh waktu setidaknya satu minggu agar gosip mengenai Demure dan Arunika pulang bersama reda. Sangat aneh memang.
Sekarang sudah memasuki bulan Agustus. Bulan kemerdekaan negara Indonesia. Jalanan sudah banyak dipenuhi hiasan, pernak-pernik nuansa kemerdekaan, dan tentu bendera merah putih yang berkibar tertiup angin di setiap penjuru.
Di salah satu kelas di SMA 9, tepatnya kelas 11 IPS 1 tengah berlangsung mata pelajaran Sosiologi yang cukup membuat siswa/siswi senang. Bu Nur, panggilan hangat yang sangat melekat pada Guru berusia 46 tahun itu.
Setiap kali mengajar, guru itu sering menyelipkan cerita-cerita seru yang membuat para murid nyaman belajar dengannya.
"Anak-anak.."
"Ada yang punya penggaris besi? Ibu mau pukul Yerghea," tuturnya, mengundang tawa seisi kelas.
Meski diselingi candaan, Bu Nur benar-benar membutuhkan penggaris itu. Hanya dua murid yang sibuk mengobrak-abrik tas mereka mencari apa yang diminta sang Guru. Keduanya menemukan benda panjang itu secara bersamaan. Namun si gadis lebih dulu melangkah menuju Bu Nur di depan kelas.
Setelah berbalik, gadis itu, Hira. Senyumnya tampak merekah tanpa ada niat untuk memudarkannya. Dua alis besar nan tipis di naik turunkan, mengejek si pemuda yang gagal memberikan penggaris besi pada Bu Nur.
Pemuda yang diejek hanga mampu geleng-geleng kepala.
Demure. Pemuda itu ber-smirk tampan. Ia menggeleng kepalanya, sambil terkekeh pelan. Hira bisa mengolok juga ternyata. Pikir pemuda dengan manik jernih itu.
Pemuda itu menggambil buku catatan milik si gadis. Tanpa buang waktu menulis sesuatu di bagian belakang buku. Kini Hira sudah duduk kembali, buku catatan yang diambil Demure pun sudah kembali ke mejanya.
Hira menatap sinis lelaki yang duduk di meja sebelahnya. Lalu membuka bagian belakang catatan Sosiologi yang tadi dicomot Demure. Gadis pemilik surai hitam bergelombang itu tersenyum manis.
Aku akan lebih cepat lain waktu.
Kedua insan itu saling bertatapan, menyiratkan arti yang tidak bisa dijamah seseorang di bagian depan mereka. Seluruh kelas kembali sibuk mencatat dan memperhatikan penjelasan materi dari Bu Nur.
Jumantara. Pemuda dengan sorot mata tajam bak elang itu hanya tersenyum kecut sembari mengedikan bahu. Memalingkan wajahnya untuk kembali fokus ke depan, dengan pikiran yang bercabang.
* * * *
Jam istirahat sudah berlangsung selama 10 menit, terbukti dengan Tara yang telah kembali dengan wajah segarnya seperti biasa. Visual yang selalu membuat para siswi menjerit tertahan.
Sulung Nirwana itu memutuskan untuk kembali ke kelas. Tidak ada agenda ke kantin, dua adik bungsunya tak masuk sekolah pada hari ini.
Dikarenakan kesehatan si bungsu yang menurun. Lalu Nuga? Dia tentu menemani sang adik. Jura tidak bisa menahan semua kakaknya, meski dia mau. Tapi sang ayah menolak.
Anak itu jika sedang sakit akan berubah jadi seseorang yang manja dan tidak mau ditinggal. Dua kembarannya juga sudah ke perpustakaan, tempat yang sangat jarang Tara kunjungi. Dan dia enggan.
Berakhir dia diam di kelas yang cukup sepi. Oh, ayolah. Siapa yang ingin duduk termenung. Tapi itu hanya sementara, sebelum salah satu siswa mengajaknya bermain untuk menghalau rasa bosan. Laki-laki itu Yerghea.
Truth or Dare adalah permainan yang mereka pilih. Enam orang dengan masing-masing tiga laki-laki dan perempuan itu duduk melingkar di meja Tara. Menggunakan peralatan seadanya berupa spidol dari kolong meja Guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMURE | Lee Heeseung [✓]
Teen FictionEN-- lokal ver. Tentang dua remaja yang beranjak dewasa. Di tengah kebingungan dan ketidaktahuan mengenai perasaan mereka masing-masing. Terlibat dalam sebuah ikatan tanpa persetujuan, yang tentu tidak akan pernah berjalan dengan baik. Entah siapa...