00:23

96 14 0
                                    

-- Minggu, Gereja, di Jakarta.
10:23

Minggu pagi, keluarga Demure dan keluarga Hira berada di gereja untuk ibadah rutin. Seluruh kegiatan peribadatan telah selesai beberapa menit lalu, tapi satu gadis masih setia duduk di bangku para jemaat.

Kedua tangannya digenggam di depan dada, manik bulat miliknya tertutup rapat, bibir pink alami itu bergumam seiring khusyuk berdoa.

"Tuhan, lindungi Demu di manapun ia berada."

"Jika hari ini dia datang pada-Mu. Tolong minta dia pulang. Kami semua khawatir di sini."

Hira membuka matanya, menoleh ke setiap penjuru gereja yang sudah sepi. Gadis itu meresa ada yang memperhatikan, tapi nihil, tidak ada siapa-siapa selain dirinya. Ia segera beranjak karena orang tuanya pasti sudah terlalu lama menunggu.

Dua keluarga itu mulai meninggalkan kawasan gereja. Menuju kediaman Mellifluous, guna membicarakan pencarian yang tak kunjung mendapatkan hasil. Derena, wanita itu menjadi yang paling terpengaruh dari segi kesehatan setelah sang putra menghilang.

Bagaimanapun, ia andil bagian paling besar dalam kaburnya Demure. Wanita berusia kepala empat itu kehilangan banyak berat badannya karena sulit makan. Sang suami sudah lelah membujuk.

"Aru, sudah ketemu ponselnya? Ayo, papa menunggumu."

"Iya, ma."

Gadis itu segera keluar mengikuti sang mama dari belakang. Sesekali menoleh ke belakang, tempat duduk yang baru saja ditinggalkan temannya, Hira.

Kembali ke kediaman keluarga Mellifluous, tiga kepala keluarga tengah saling memberi saran untuk langkah selanjutnya dalam pencarian si putra tunggal, Demure.

Tiga kepala keluarga, terdiri atas Tuan Mellifluous, Tuan Evanescent, dan Tuan Nirwana. Ya, mereka ternyata adalah teman pada zaman kuliah. Pria yang dikenal sebagai orang terkaya di Indonesia itu di panggil untuk membantu pencarian. Kenapa? Karena koneksi yang luas, mungkin akan mempercepat pencarian.

Ketiganya berteman sejak tahun pertama kuliah, di tambah dengan masuk pada jurusan yang sama, semakin mempererat pertemanan mereka. Dua di antara mereka dijodohkan di tahun kedua kuliah, tentu orang itu adalah Tuan Mellifluous dan Tuan Evanescent. Sedangkan Tuan Nirwana berta'aruf dengan putri dari seorang kyai di pesantren tempat ia mondok semasa sekolah menengah.

Kehidupan bahagia yang didapatkan keduanya, mendorong untuk membuat perjanjian, di mana akan menjodohkan putra-putrinya nanti. Dan itu terjadi pada Demure dan Hiraeth.

"Aku ingin minta maaf, kerena saat hari pertunangan anak-anak kalian, aku sedang berada di Perancis." Sesal Tuan Nirwana.

"Tidak masalah. Kau pasti sangat sibuk tahun kemarin. Banyak yang terjadi di dunia bisnis." Ucap Tuan Evanescent, sembari menyesap kopi hitamnya.

"Aku justru berterimakasih, karena kau mau ikut andil dalam pencarian putraku." Tuan Mellifluous berujar memelas.

"Tidak perlu berlebihan, kitakan teman."

"Omong-omong, di mana putrimu, Van?"

Kedua pria itu menoleh ke segala arah, mencari keberadaan sosok yang ditanyakan kawan mereka itu. Keduanya tersenyum melihat gadis berpipi tembam baru saja turun dari lantai dua.

"Sayang, sini." Panggil Emmamure, pada calon menantunya.

Hira, gadis itu berjalan dengan sedikit lebih cepat untuk menghampiri ayah dari tunangannya itu. Posisi kursi yang membelakangi, membuat Hira tidak menyadari tamu yang tengah memandangnya intens.

Manik bulat itu membola kaget, menatap horor sosok tamu yang tengah duduk di kursi sebelah sang ayah. Pria itu juga ikut kaget melihat gadis di hadapannya.

"Om?"

"Nak, Hira?"

"Kalian saling kenal?" Tanya Emmamure dan Evan bebarengan. Hira mengangguk kaku.

"Ayahnya, Tara, pa."

* * * *

-- Hotel xxx, Bandung.

Sosok laki-laki pemilik manik bak rusa tengah terdiam memandang pantulan wajahnya di cermin kamar mandi. Kilatan amarah terlihat jelas dari matanya.

Keadaan kamar mandi itu sudah terlihat seperti kapal pecah, bilik shower yang terbuat dari kaca pecah, air shower mengalir deras, membasahi seisi kamar mandi, sang pelaku kini malah keluar, lalu kembali dengan sebuah tas jinjing besar, di dalamnya terdapat banyak botol beragam ukuran berisi puluhan pil dan tablet di setiap botol.

Botol-botol itu di buka lalu isiannya di hamburkan ke dalam bak mandi, satu demi satu botol kosong di lempar sembarangan, menyebabkan pecahan kaca semakin banyak di dalam kamar mandi itu.

Setelah botol-botol tadi kosong, bak mandi di penuhi dengan ratusan pil obat. Obat milik siapa? Tentu milik si pelaku yang sudah tidak di minum sejak awal tahun.

Dengan bermodalkan besi panjang dari tempat gantungan handuk, Demure memukul-mukul obat tersebut. Menyalurkan emosi yang tak lagi bisa di bendung. Kekuatannya agak melemah, melempar sembarangan tongkat besi tadi.

Tangannya terulur untuk menyalakan keran air panas. Sudut bibirnya terangkat ketika obat-obat miliknya larut bersama air panas tadi. Ia membuka penutup saluran air, membuat air obat itu mengalir deras meninggalkan bak mandi. Seringai itu makin lebar, ia kembali beranjak dari duduk bersimpuhnya, memandang sayu pantulan dirinya sendiri di cermin.

"Kabar mengejutkan datang dari keluarga Mellifluous, putra tunggal mereka dikabarkan kabur dari rumah setelah kedapatan cekcok bersama sang ibunda.

Sampai saat ini, terhitung 5 hari pemuda berusia 18 tahun itu menghilang tanpa jejak.

Benarkah alasan pewaris perusahaan M Company itu meninggalkan rumah karena keinginan yang tidak dipenuhi?

Dikabarkan juga sang bunda masuk rumah sakit tadi pagi karena kesahatan yang kian menurun, seiring tidak kunjung mendapat kabar dari sang putra.."

Demure menggeram marah, berita yang tayang setelah ia pulang dari gereja itu berhasil menyulut emosinya. Berita sialan itu membuat publik menyudutkannya. Walaupun identitasnya tidak diketahui, tapi tetap saja, berita itu menggiring opini buruk tentangnya.

Sang bunda masuk rumah sakit karena kesehatan yang menurun. Publik makin dibuat menyudutkannya, seolah ia kabur menjadi penyebab semua itu. Padahal akar masalah ada pada kedua orang tuanya.

Dan menghancurkan kamar mandi hotel jadi pelampiasan amarahnya sejak satu jam lalu. Ia memukul kepalanya agak kencang, ia merasakan pusing luar biasa.

Kaki jenjangnya berjalan gontai menuju ranjang, tidak peduli dengan baju yang basah dan telapak kaki yang terluka. Ia hanya ingin mengistirahatkan pikiran dan tubuhnya setelah meluapkan emosi.

"Gue gak mau makan obat sialan itu lagi. Bukannya sembuh, malah makin sakit." Gerutunya.

Perlahan, matanya memberat. Seiring dengan tubuh yang lelah, Demure memejamkan matanya dan mulai memasuki alam mimpi.

"Kamu gak mikirin perasaan, Hira?"

"Kamu gak kasihan sama, Hira?"

"Coba bayangin kalo kamu jadi, Hira!"

"Hira.."

"Hira.."

Manik cantik itu kembali terbuka. Air mata mulai merembes dari netra yang sudah merah itu. Jemarinya mengepal kuat sampai buku-buku jarinya memutih.

"Aku gak bisa, Ay. Aku gak bisa buat gak benci gadis itu. Karena setiap alasan kamu sakit adalah, Hira."

_ _ _

Jadi alasan kenapa Hira sama Demu dijodohin ada di atas, ya.

Bapak Nirwana bakal bocorin gak nih?

Idulfitri bentar lagi, ya :)

Papai..

DEMURE | Lee Heeseung [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang