00:13

111 15 0
                                    

Sudah beranjak dua hari semenjak ulang tahun Hira. Slama dua hari itu juga sang tunangan, Demure, tidak masuk sekolah dengan alasan sakit. Pesan dari wali kelas mengenai tidak masuknya laki-laki famous sekolah itu cukup membuat Hira khawatir. Terakhir bertemu, kondisi laki-laki itu sangat pucat serta bulir-bulir keringat sarat akan kesakitan.

Mungkin sepulang sekolah gadis itu akan datang menengok. Meskipun bisa saja kehadirannya sama sekali tidak diinginkan. Tapi bagaimanapun, sebagai seorang yang dipilih untuk mejadi 'calon istri' oleh orang tua laki-laki itu, Hira hanya ingin sedikit demi sedikit mendekatkan diri.

Ah, alasan singkatnya dia khawatir pada Demure, laki-laki yang ia cintai. Sosok yang menjadi cinta pertama bagi si gadis dengan mata bulat itu.

Lupakan sejenak tentang itu. Mari beralih pada suasana kelas yang sedikir ricuh karena guru tidak masuk. Hira menoleh ke kursi sebelahnya yang di tempati Naya, gadis berhidung mancung itu tidak di sana, melainkan tengah duduk di meja barisan paling depan bersama beberapa siswa. Kebiasaan berbagi gosip, memang. Di sana juga ada Tara, laki-laki berahang tegas itu sesekali menanggapi ocehan Naya dengan tawa yang lepas.

Lalu Hira menoleh ke arah berlainan, tempat duduk Arunika. Ia berjalan dan duduk di kursi kosong milik Demure. Tunangannya. Tidak ada yang tahu tentang ini, dan jangan sampai.

"Nika. Jangan melamun." Tegur Hira, mengibaskan sebelah tangannya di hadapan Arunika.

Arunika tersadar dari lamunannya setelah beberapa kali di toel oleh sahabat dekatnya, Hira. Ia menoleh dan menaruh seluruh atensinya pada gadis imut di sebelahnya. Ia menaikan sebelah alis, mempertanyakan kehadiran Hira di mejanya.

Bukannya menjawab, Hira malah menaruh kepalanya dilipatan tangan di atas meja. Dengan wajah menghadap Arunika, menyebalkan pipi bulatnya sedikit tergencit. Menggemaskan, pikir Arunika.

"Kenapa, hm?" Tanya Arunika, mengelus surai lurus gadis yang satu tahun di bawahnya itu.

"Bosan." Jawab Hira, mengerucut bibir.

Arunika terkekeh gemas. Tangan-tangan lentiknya menoel-noel pipi tembam Hira. Berlanjut mengusak surai panjang nan lurus milik gadis yang masih merengut lucu.

Ia mengedarkan pandangannya pada suasana kelas yang ramai, di bagian belakang kelas ada beberapa siswa yang bermain game online, ada juga yang mengambil kesempatan untuk tidur, lalu di bagian barisan dekat jendela yang mengarah ke parkiran luar ada saja yang membaca buku pelajaran atau novel, di depan sana ada yang menggambar papan tulis dengan random, kubu terakhir di bangku depan pojok dekat jendela yang mengarah ke lorong kelas XI IPS ada yang tengah bergosip ria. Bisa Arunika lihat, ada Naya, Tara dan Yerghea serta beberapa anak kelas di sana.

"Tidak jenguk, Demure?" Tanya Hira tiba-tiba.
Arunika segera menoleh ke arah yang bertanya. Ia mengernyitkan dahi, bingung. Mengapa tiba-tiba Hira bertanya tentang Demure?

"Aku berniat untuk jenguk kemarin, tapi Demu bilang sudah ada orang tuanya. Jadi tidak usah katanya." Balas Arunika.

Hira menggangguk. Dalam hati sedikit bersorak, karena artinya Demure tetap tidak berani membawa pacarnya ke hadapan orang tua, bukan? Hira menang kalau begitu.

Tapi kesenangannya berhenti ketika Arunika terlihat mengangkat panggilan video call dari seseorang. Tepatnya sang kekasih. Dapat Hira lihat Demure yang tersenyum memamerkan deretan giginya meski dengan wajah yang kentara pucat. Hatinya berdenyut nyeri, mengingat fakta bahwa Demure tetaplah mencintai Arunika, bukan dirinya.

Hira menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan. Mungkin tidur sebentar akan membuat hatinya membaik. Ya, semoga. Ia mulai terlelap dan menjelajah alam mimpi dengan posisi yang sangat tidak nyaman kelihatannya. Tapi gadis itu tetap terlelap sampai jam istirahat tiba.

DEMURE | Lee Heeseung [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang