00:05

203 18 2
                                    

XI IPS 1, kelas yang digadang berisikan siswa-siswi pintar, kutu buku, dan rajin belajar. Jauh dari espektasi orang-orang. Karena pada kenyataannya, kelas itu diisi oleh siswa siswi dengan kelakuan random dan kadang memiliki pemikiran tidak masuk akal.

Saat ini tengah berlangsung mata pelajaran Geografi oleh bu Mia. Guru yang tampak masih muda dan menawan. Beliau sedang menjelaskan materi tentang Kondisi Wilayah Indonesia Sebagai Poros Maritim.

Beliau juga meminta ketua kelas untuk membawakan peta Indonesia sebagai pelengkap penjelasan materi. Sampai 10 menit menuju bel pergantian pelajaran, bu Mia memberi tugas pada siswa siswi di kelas itu.

"Jadi anak-anak, tugas ini kelompok. Jumlah kelas ini 30 kan? Bagi 6 kelompok dengan masing-masing 5 orang, kalau bisa laki-laki dan perempuan dicampur, ya."

"Tugasnya yaitu menggambar peta Indonesia dalam kertas karton warna putih lengkap beserta garis bujur dan lintang, ok. Lalu jangan lupa buat makalah mengenai batas-batas wilayah Indonesia dan letak wilayah sesuai dengan yang ada di buku paket, lks, juga video YouTube yang ibu kirim link nya di grup kelas tadi," jelas bu Mia panjang lebar.

"Semangat anak-anak. Terima kasih untuk hari ini, semoga bermanfaat dan sampai jumpa dipertemukan berikutnya," pamit bu Mia.

Semua murid kelas mulai sibuk mencari teman kelompok, karena bu Mia bilang tadi bebas, ya begini. Rusuh.

"Hira, Naya, kalian sama aku." Heboh Arunika. Mendapat anggukan dari si empu nama.

"Tuan muda putra sulung Nirwana. Kamu sama aku kayak biasa, ok?" Antusias Hira sembari mengedipkan sebelah matanya.

"Dem. Sama kita aja," saran Tara.

"Aku tidak punya pilihan, bukan?" canda Demure.

"Jadi mau di rumah siapa?" tanya Naya.

"Di rumahmu, Hir. Bagaimana?" tanya Nika.

Hira menggeleng ribut. Tidak mungkin di rumahnya. Bisa bahaya membawa orang ini. Belum lagi Tara yang pasti akan datang bersama bodyguard yang tidak sedikit. Akan memunculkan ketidaknyamanan orang rumah.

"Rumah Hira tidak bisa, rumah Tara tidak mungkin, rumah Nika pasti heboh sama maminya," ucap Naya lesu.

"Rumah Demure?" Binar mata Naya kembali ketika menatap sosok jangkung di sebelah Arunika itu. Namun, mendapat gelengan dari si empu nama.

"Rumahmu saja, Nay," usul Tara.

Naya menjentikkan jarinya, kenapa tidak terpikir sejak tadi. Akhirnya mereka setuju untuk mengerjakan tugas dari bu Mia itu di rumah Naya. Karena letaknya paling strategis, berada di tengah-tengah anggota kelompok lain.

"Waktunya?" tanya Hira menatap setiap anggota kelompoknya.

"Hari sabtu bagaimana? Salah satu anggota kelompok kita adalah Nirwana, teman-teman," usul Hira sembari menggoda sosok sulung Nirwana.

"Aku hampir mau menyarankan pulang sekolah. Aku lupa kamu tidak bisa keluar rumah di atas pukul lima sore." Sesal Naya, tampak lucu.

Ketika yang lain tertawa, hanya Demure yang diam dalam ketidaktahuan. Memangnya kenapa dengan keluar di atas pukul lima sore? Pikirnya. Sungguh. Selain penjangaan ketat, ternyata Nirwana memiliki aturan yang agak mengekang ya.

"Baiklah. Hari sabtu, pukul 7.30 bagimana?" saran Naya.

Semua mengangguk mengerti. Terlalu pagi untuk sebuah kegiatan kerja kelompok? Tidak untuk Tara. Karena jika ia pergi dari pagi, atau pukul berapapun, tepat tengah hari yaitu pukul 12:00 dia harus sudah beranjak dari tempat itu.

DEMURE | Lee Heeseung [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang