-- Parkiran SMA 9, Jakarta.
20:00Hari keberangkatan ke Jogja akan berlangsung beberapa saat lagi. Seluruh siswa/siswi yang ikut tengah berdiri sembari menunggu pembagian tempat duduk di bus. Pak Ruhian berdiri di depan bus-bus untuk membagi siswa.
Mereka sudah berkumpul semenjak jam 5 sore, tetapi baru akan berangkat karena memberi kesempatan bagi yang beragama Islam melaksanakan ibadah shalat terlebih dahulu. Juga memberi waktu yang lain makan malam.
"Baik anak-anak. Kita bagi tempat duduk dulu. Yang sudah mendapat tempat, segera masuk dan duduk. Menghindari berdesak-desakan. Mengerti?" Interupsi pak Ruhian, mendapat sahutan antusias anak muridnya.
"Bus 1, Jenggala, Kanagara Putra Nirwana, dan Niskala Saujana Evanescent. Silahkan masuk, di jok dengan 3 kursi bagian belakang. Untuk para bodyguard dipersilakan duduk di kusri paling belakang dengan banyak kursi. Sesuai amanat dari pak Irfani."
Mereka yang dipanggil satu per satu menasuki bus. Masing-masing koper atau tas besar telah ditaruh di bagasi bus oleh petugas, seiring yang punya masuk bus.
Pak Ruhian kembali melanjutkan pembagian tempat duduk, sampai bus penuh dan berpindah ke bus berikutnya.
"Bus 2, Arunika Lazuardi, Nayanika Nirmala, dan Anastasia. Silahkan duduk di jok dengan 3 kursi paling depan." Interupsi pak Ruhian.
Arunika dan Naya membulatkan mata kaget. Mereka menoleh ke arah Hira di sebelahnya. Lalu pamit dengan wajah cemberut untuk masuk ke bus sesuia interupsi pak Ruhian.
"Bus 2, Demure Ethereal Mellifluous, Hiraeth Aurora Evanescent. Duduk di jok dengan 2 kursi, 3 jok dari belakang."
Sepasang tunangan itu melenggang masuk ke bus. Sudah tidak heran. Orang tua keduanya berperan penting dalam hal ini. Tidak bisa dibatah. Setelah menemukan tempat duduk mereka, Demure membantu untuk menyimpan tas-tas jinjing ke penyimpanan di bagian atas jok.
Laki-laki itu mempersilakan Hira duduk di kursi dekat jendela. Menunggu sekitar 20 menit sampai semua siswa/siswi masuk ke dalam bus masing-masing yang berjumlah 9 bus. Mereka duduk dengan tenang, sampai guru pembimbing berdiri dari kursi paling depan.
"Baik anak-anak. Perjalanan akan segera di mulai. Ada baiknya kita berdoa untuk kelancaran dan keselamatan di perjalanan maupun saat sudah sampai dan pulang nanti."
"Berdoa dalam hati masing-masing, sesuai kepercayaan, mulai."
Demure dan Hira kompak memejamkan mata dengan tangan saling genggam di atas paha masing-masing. Begitupun anak-anak lain, mereka semua khusyuk berdoa.
"Berdoa, selesai. Selamat menikmati study tour."
Guru pembimbing itu kembali duduk, meninggalkan pekikan semangat dari para siswa/siswi. Di setiap bus ramai dengan suara dentuman musik-musik kekinian. Dari DJ, K-pop, bahkan lagu galau sekalipun.
Di bus satu, anak-anak lain sibuk karaoke lagu dangdut, suasana bus benar-benar berisik oleh suara sumbang para siswa. Tak lupa dengan lampu kerlap-kerlip di atas kepala sepanjang bus.
Keramaian itu tidak berpengaruh pada tiga laki-laki yang sibuk main game online. Sesekali menyuap makanan ringan di pangkuan masing-masing.
Niskala, laki-laki itu duduk di tengah, antara Gala dan Gara. Iyu atas interupsi dari si sulung, Tara. Ia bilang jangan biarkan dua kembarannya duduk bersebelahan, mereka akan sering bertengkar hal-hal bodoh.
Gara, si terkecil dari tiga kembar itu mematikan ponselnya. Beralih memasang bantal leher yang tersedia di setiap kursi, menutup gorden jendela, lalu menyamakan posisi duduk, siap untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMURE | Lee Heeseung [✓]
Teen FictionEN-- lokal ver. Tentang dua remaja yang beranjak dewasa. Di tengah kebingungan dan ketidaktahuan mengenai perasaan mereka masing-masing. Terlibat dalam sebuah ikatan tanpa persetujuan, yang tentu tidak akan pernah berjalan dengan baik. Entah siapa...