-- Penginapan xxx, Yogyakarta.
08:34Hari ini adalah hari kepulangan peserta study tour SMA 9. Bus sudah terisi oleh orang-orang yang sama, seperti saat keberangkatan. Setelah membaca do'a bersama, mereka mulai meninggalkan area penginapan. Menuju perjalanan panjang ke Jakarta.
Di antara yang lain, bus 2 paling heboh. Hal ini disebabkan pekikan salah satu gadis yang duduk di bagian depan.
"Demure sama Hira, mereka kemana? Apa tertinggal?" Tanya Arunika. Membuat semua orang kelimpungan.
"Anak-anak tenang. Mereka memang tidak pulang bersama kita. Orang tua keduanya meminta untuk tidak mengajak Demu dan Hira pulang, karena akan sekalian liburan keluarga dahulu." Tenang bu Lani.
Semua orang bernapas lega. Tetapi ucapan sang wali kelas meninggalkan pertanyaan di benak anak didiknnya. Kenapa orang tua Demure dan Hira akan liburan bersama?
Arunika. Gadis yang merupakan kekasih dari laki-laki yang tidak ada itu mengernyitkan darinya, bingung. Kenapa sang kekasih tidak memberitahu ia tentang hal ini?
Setiap kali Arunika ingin bertemu orang tua Demure, selalu saja ada alasan. Hira? Mereka malah liburan bersama. Banyak pertanyaan yang muncul di otaknya. Tapi ia mencoba untuk acuh.
Demure dan Hira. Sepasang tunangan itu baru saja sampai di penginapan baru, sesuai perintah kedua orang tua mereka. Keduanya diminta tidur satu kamar. Orang tuanya akan berangkat nanti malam untuk menyusul.
Acara liburan ini diadakan sangat mendadak. Sepasang tunangan itu baru diberi tahu tadi pagi sebelum kepulangan. Tapi, mau bagaimana lagi. Mereka tidak bisa membantah.
Hira, gadis iru duduk termenung di pinggir ranjang. Demure tengah mandi. Dan tidak ada sang adik. Membosankan. Ia hanya mengisi waktu dengan bermain ponsel. Membalas beberapa pesan dari teman-temannya yang panik ia tertinggal.
Omong-omong soal Niskala. Bocah itu memilih pulang bersama yang lain. Ia hanya malas saja dengan keluarganya. Ia sudah minta izin untuk menginap di rumah keluarga Nirwana. Nantinya, dia akan tidur bersama si kembar bungsu. Pasti lebih menyenangkan.
Hira memutuskan pergi ke dapur untuk memasak makan siang. Sebelum benar-benar sampai, mereka sempat mampir ke minimarker guna membeli bahan masakan serta beberapa camilan.
Gadis itu sibuk dengan alat dapur sampai tidak sadar seseorang tengah memperhatikan ia dari belakang. Sebuah lengan kekar melingkar sempurna di pinggangnya. Bahunya tiba-tiba berat karena jadi tumpuan dagu orang itu.
"Masak apa?" Tanya Demure. Ia menggesek hudung mancungnya pada celuk leher sang tunangan. Mengakibatkan si gadis meremang sesaat.
"Nasi goreng, bakwan dan teh manis. Aku tidak terlalu pandai memasak. Tidak apa?"
"Gak masalah. Ayya juga gak bisa masak."
Hira tertegun untuk beberapa saat, setelah nama itu disebut oleh Demure.
"Sungguh?"
"Hm. Jika dia berkunjung ke apartemenku, dia akan masak senwhich lalu membuat jus saja."
"Apakah.. Ayya sangat menyenangkan?"
"Tentu. Bersamanya seperti tengah mengasuh bayi. Tapi aku suka."
Hening melanda. Keduanya sibuk dengan kegiatan dan pikiran masing-masing. Demure sabuk mendusal sembari memperhatikan sang tunangan menyiapkan makanan. Sedangkan Hira sibuk memasak dan bergelut dengan pikirannya.
"Ayya? Seperti apa dia?" Batin Hira.
"Dem. Papa bilang, kamu lahir di California?" Tanya Hira, membuka pembicaraan baru.
"Iya."
"Tapi kenapa bahasa Indonesia kamu bagus?"
Sejak awal bertemu, Demure tidak pernah banyak bicara. Hira pikir, tunangannya itu tidak mengerti dan tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia. Tapi setelah kembali bertemu sekarang, ia baru sadar jika Demure lancar berbicara dengan bahasa ini.
"Aku emang lahir di sana. Bahkan besar di sana. Acara pertunangan adalah kali pertama aku menginjakkan kaki di Indonesia. Dan sekarang, juga jadi yang pertama kalinya aku tinggal di sini."
"Kenapa Indonesiaku lancar? Ya.. Mungkin karena jika di rumah, yang aku gunakan adalah bahasa Indonesia. Aku juga berteman dengan orang-orang sini."
"Oh ya, aku punya sahabat laki-laki bernama Khai. Dia campuran Indonesia-Hawai. Kami mengobrol dengan bahasa Indonesia."
Hira menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan panjang dari sang tunangan. Sekelebat pemikiran muncul begitu saja. Ia menghentikan aktivitasnya sesaat sebelum bersuara.
"Apa.. Ayya juga orang Indonesia?"
"Ya. Kau benar."
* * * *
Waktu sudah menujukan pukul 22:34. Demure dan Hira sudah berada di kamar dalam satu ranjang yang sama. Berbaring saling berdekatan. Keduanya fokus memandang langit-langit putih bercorak di atas sana.
"Dem."
"Hm."
Hira berdeham canggung setelah kelepasan memanggil laki-laki di sebelahnya itu. Ia sangat penasaran dengan satu hal, tapi meresa tidak enak untuk menanyakannya langsung pada Demure.
"Mmm.. Maaf jika kurang sopan. Tapi.. Apa kamu pernah melakukan sesuatu yang intim dengan mantan pacarmu di sana?"
Hira menelan silivanga gugup. Nafasnya tercekat tak kala pertanyaan itu berhasil diucapkan. Ia menggerakkan kepalanya guna melihat ke arah sang tunangan.
"Apa karena Amerika negara dengan pergaulan yang bebas, kamu bertanya seperti itu?" Demure bertanya balik. Laki-laki itu terkekeh sebentar.
"Tidak, Hira. Aku masih pada batasanku. Mungkin terlibat ciuman panas pernah. Tapi jika sampai pada hal intim, tidak." Terangnya.
Jawaban Demure entah kenapa membuat ia menghela nafas lega. Gadis itu menoleh ke arah sampaing, di mana sang tunangan telah mengubah posisinya jadi menyamping, menghadapnya.
"Kau pernah berciuman, Hira?" Tanya Demure, membuat rona merah tercetak jelas di kedua pipi Hira.
"Ti-Tidak." Jawab Hira, gugup.
Entah karena apa. Hira merasa jantungnya berdegup kencang. Atmosfer ruangan itu juga berubah. Hawa panas menjalar ke seluruh tubuh mungilnya.
Seolah ia terciduk melakukan tindak kejahatan, padahal ia hanya diberi pertanyaan sederhana untuk sepasang laki-laki dan perempuan yang memiliki hubungan.
"Kenapa?"
Alis yang diangkat sebelah, dan sudut bibir yang sengaja ditarik. Membuat Hira semakin gugup untuk sekedar menatap wajah menggoda milik Demure.
"A-Aku.. Hanya belum menemukan laki-laki yang mencintaiku. Mungin." Jawab Hira asal.
"Jadi.. Kau hanya ingin berciuman dengan laki-laki yang mencintaimu? Tidak cukupkan dengan kau yang mencintainya?"
Dipertanyakan pertama, Hira mengangguk. Lalu dipertanyakan kedua, Hira menggeleng. Membuat seulas senyuman terpatri di wajah tegas Demure.
"Artinya, aku tidak akan pernah bisa menciummu."
_ _ _
Untuk percakapan terakhir, maaf kalo terkesan vulgar.
KAK HEE UPDATE GAES!!!
Papai!
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMURE | Lee Heeseung [✓]
Novela JuvenilEN-- lokal ver. Tentang dua remaja yang beranjak dewasa. Di tengah kebingungan dan ketidaktahuan mengenai perasaan mereka masing-masing. Terlibat dalam sebuah ikatan tanpa persetujuan, yang tentu tidak akan pernah berjalan dengan baik. Entah siapa...