00:41

115 14 0
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi 10 menit lalu. Terbukti dengan Hira dan Demure yang telah duduk anteng di dalam mobil, hendak pulang. Hari ini Demure terpaksa tidak berangkat-pulang bersama kekasihnya, karena akan makan malam dengan keluarga Hira.

Terhitung dua hari sejak Arunika meninggalkan Jakarta dan sekolah ini. Hira masih belum terbiasa, ditambah dengan Naya yang belum bisa terlalu diajak bicara. Membuat gadis itu sangat kesepian.

Saat mobil hendak meninggalkan area parkiran, tiba-tiba kaca mobil di bagian Demure digedor dengan brutal oleh seseorang. Hira menahan tunangannya yang akan keluar, tetapi genggaman itu langsung dihempas karena Demure sangat mudah tersulut emosi.

Sanha.

Siswa kelas sebelah yang entah apa tujuannya berdiri arogan memandang Demure yang baru keluar dari mobil. Hira di dalam mobil merasa takut, tapi ia juga ragu untuk keluar. Orang-orang tidak tahu mengenai hubungannya bersama Demure. Akan jadi masalah jika mereka melihat Hira keluar dari mobil laki-laki itu.

Bugh! Bugh!

Hira memekik kaget melihat Sanha yang tanpa sepatah kata langsung meninju perut tunangannya dua kali. Gadis itu juga bisa melihat seberapa mudah Demure terpancing. Buktinya sekarang laki-laki itu sudah mencengkram kerah seragam Sanha.

Bugh!

Tangan mungil Hira urung membuka pintu mobil ketika melihat rombongan Putra Nirwana keluar dari mushola bersama sang sahabat, Naya. Tapi, menghentikan Demure juga harus. Hira bingung.

Nuga dan Jura sudah lebih dulu dibawa pergi oleh empat bodyguard mereka. Tak baik bagi anak kecil memonton pertengkaran. Tara hendak maju guna menghentikan, tetapi tarikan kecil dari gadis di sampingnya membuat niat laki-laki itu batal.

"Ta-ra," panggil Naya, lemah.

Tiga kembar dibuat panik saat Naya jatuh pingsan saking takutnya. Mereka sempat dengar bahwa ayah gadis ini melakukan kekerasan pada almarhumah Lea. Mungkin Naya trauma.

Dengan cekatan, Tara menggendong tubuh ringkih yang tak sadarkan diri itu. Menyerahkan urusan kawannya pada beberapa bodyguard dan guru yang mulai berdatangan. Membawa Naya pulang adalah yang paling penting sekarang. Tentu bersama adik kembarnya juga.

Banyak orang dewasa berkumpul mengerubungi dua siswa yang tengah berkelahi tanpa alasan jelas itu. Para pria mencoba memisahkan, tetapi malah mereka yang terdorong. Bisa dibayangkan betapa beringas siswa-siswa ini berkelahi?

Hira akhirnya berani keluar. Tidak peduli pada tatapan siswa-siswi yang masih tersisa dan malah menonton perkelahian ini. Dengan tubuh bergetar dan air mata yang membasahi pipi, Hira mendekat ke belakang tubuh Demure.

"Demu.. "

Suara paling pelan diantara suara-suara yang meminta kedua siswa itu berhenti. Ajaibnya, suara itu sukses menghentikan aksi Demure yang tengah memukul Sanha dengan membabi buta.

Demure menoleh ke belakang, menatap sang tuangan yang tampak ketakutan. Senyum tipis ia berikan sebagai tanda bahwa ia baik-baik saja.

Tatapan tajam menjadi pemandangan ngeri untuk saat ini bagi Sanha. Laki-laki tiang itu sudah dipegangi oleh dua bodyguard milik Nirwana.

"Apa masalahmu?" tanya Demure tenang namun penuh penekanan.

Semua yang berada di sana hanya mampu menjatuhkan rahang tidak percaya. Dua laki-laki itu bertarung tanpa alasan.

"BAJINGAN! KAU TELAH MEMBUAT KEKASIHKU MENANGIS!" teriak Sanha, emosi.

Demure menaikkan sebelah alisnya tak mengerti. Kekasih Sanha? Maksudnya Jhena? Ada apa dengan gadis itu? Kenapa menjadi alasan ia dipukuli oleh laki-laki yang lebih tinggi darinya ini?

DEMURE | Lee Heeseung [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang