00:19

99 16 0
                                    

-- Jakarta, 15 Oktober.
Pukul 00:00

Dua keluarga kini tengah bersiap-siap di depan satu kamar, di mana sosok orang yang baru saja bertambah usia berbaring terlelap. Ada yang memegang kado, balon, ada juga gadis yang berdiri paling depan sembari membawa kue ulang tahun dengan lilin angka 18.

Setelah ayah dari orang yang berulang tahun memberi kode untuk memulai kejutan. Pintu kayu itu di buka oleh sang istri, secara perlahan. Mereka semua masuk dengan mengendap. Dapat dilihat, buntalan selimut yang membelit tubuh jangkung itu di atas ranjang.

"Satu.."

"Dua.."

"Tiga!"

"SELAMAT ULANG TAHUN, DEMU!!!"

Sorakan nyaring barusan berhasil membuat laki-laki di atas ranjang terperanjat. Laki-laki itu, Demure. Ia segera menyandarkan punggung ke kepala ranjang. Manik bak rusanya mengerjap beberapa kali guna menyesuaikan cahaya lampu. Keningnya dipijat pelan karena sempat pusing.

Pandangannya diedarkan ke orang-orang yang tengah berdiri di sisi ranjang. Ada Hira selaku pembawa kue di barisan paling depan. Karena tidak mendapatkan respon, gadis pembawa kue itu maju, mendudukkan bokongnya di pinggiran ranjang tempat sang tunangan.

"Make a wish. Abis itu tiup lilin." Titah sang ayah, Emmamure.

Tanpa membantah, Demure menggenggam lengannya, manik cantik itu ditutup untuk merapal doa. Semua yang berada di ruangan itu tersenyum melihat putra tunggal Mellifluous itu khusyuk berdoa.

"Apapun yang terbaik, menurut-Mu."

Demure membuka kedua netranya, yang langsung bertubrukkan dengan netra bulat gadis di hadapannya. Ia sempat mengulas senyum, lalu beralih meniup lilin angka 18 itu

Orang tua laki-laki itu mendekat. Memberikan pelukan hangat, kecupan manis, dan rapalan doa serta wejangan untuk putranya. Tanpa bisa dicegah lagi, cairan bening merembes ketika ia berada dalam dekapan sang ayah.

"Maafin, ayah." Tuturnya pelan, telapak tangan kasar itu terulur untuk mengelus rambut serta punggung sang putra.

"Jangan nangis, hei! Ada, Hira." Goda sang ibu.

Emmamure, pria bertubuh tegap itu menarik diri. Menatap lekat manik putranya yang sarat akan luka. Hatinya nyeri melihat tatapan kosong Demure kini. Ia menghalau air mata menggunakan ibu jari. Membubuhi kecupan di dahi sang putra.

Para tertua keluar bersama Niskala yang sudah mengantuk. Menyisakan sepasang tunangan dalam keheningan. Kue ditangan Hira sudah berpindah pada sang adik sebelum laki-laki itu keluar. Demure kembali merebahkan tubuhnya, menoleh sebentar kepada gadis yang tengah berdiri canggung.

"Tidur, Hir. Besok sekolah." Titahnya.

Hira, gadis itu mulai mematri langkah. Berbaring menghadap tepat ke pintu berada, memunggungi Demure. Ia menarik selimut sebatas dada. Mencoba memejam mata. Dalam hati merutuki kedua orang tuanya, yang menyuruh ia menginap. Saking niatnya, mereka membawakan seragam dan buku-buku sesuai jadwal besok.

Tidak jauh berbeda dengan Hira, sang tunangan juga tengah sibuk dengan pikirannya. Ia mengubah posisi tidur menjadi telentang setelah sebelumnya menyamping, memunggungi Hira.

Kenangan. Hal paling sulit untuk dilupakan. Laki-laki itu memijat pangkal hidung, ia tidak boleh stress karena hal ini.

"Happy birthday, My Deer Eyes. Maaf seminggu ini menjauhimu."

"A-Aku pikir kamu marah sama aku, Ay.."

"Enggak dong. Ini cuma biar rencananya berhasil, hehe. Sebagai gantinya, selama 24 jam full, mulai dari sekarang, aku bakal terus sama kamu. Ok?"

DEMURE | Lee Heeseung [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang