Setelah aksi perundungan yang terjadi beberapa hari lalu. Lima siswa kelas 12 itu benar-benar dikeluarkan dari SMA. Penghuni sekolah dibuat takut dengan kekuasaan Nirwana. Lebih baik jangan macam-macam.
Nuga dan Jura sempat tidak sekolah selama beberapa hari demi kesehatan. Punggung Nuga terluka cukup parah karena ditimpuk banyak sekali botol plastik. Sementara Jura sering ketakukan ketika ditinggal sendiri di dalam toilet. Tapi seiring berjalannya waktu, keadaan mereka semakin membaik.
Sekarang adalah hari jum'at pagi. Dua pemuda pemudi sedang dalam perjalanan menuju SMA di dalam mobil, yang hanya diiringi bunyi lagu. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Si wanita takut, si laki-laki enggan.
Demure, laki-laki dengan manik mirip rusa itu memilih fokus menyetir mobil dan menghiraukan sang tunangan di kursi penumpang. Hira, gadis itu sibuk melonggok ke arah jendela. Mengabsen nama-nama toko yang terpasang di baligo depannya.
Sudah satu minggu mereka berangkat dan pulang sekolah bersama. Tentu atas perintah kedua orang tua. Ah, yang pasti ketika berangkat sekolah, Demure akan menurunkan Hira di halte dekat sekolah. Pulang sekolah juga akan ia jemput di sana.
Sudah cukup dengan gosip murahan mengenai Demure dan Arunika pacaran. Itu terlalu berlebihan. Ia takut malah disangka selingkuh. Karena pada kenyataannya, yang merupakan selingkuhan adalah kekasihnya kini.
When you hold me in the street
And you kiss me on the dancefloor
I wish that it could be like that
Why can't it be like that?
Cause I'm yoursKetika lagu tersebut mulai terputar random di radio mobil. Hira mengulas senyum tanpa ia sadari. Kebetulan atau memang takdir? Lucu sekali bukan. Kisah ia dan laki-laki yang tengah menyetir ini.
We keep behind closed doors
Every time I see you I die a little more
Stolen moments that we steal as the curtain falls
It'll never be enoughIt's obvious you're meant for me
Every piece of you it just fits perfectly
Every second, every thought, I'm in so deep
But I'll never show it on my faceJika Hira memiliki pemikiran tentang hubungan pertunangannya. Maka Demure malah memikirkan mantan kekasihnya di California. Hubungan mereka ditentang keluarga padahal saling mencintai. Ia tersenyum lirih.
But we know this, we got a love that is hopeless
Why can't you hold me in the street?
Why can't I kiss you on the dancefloor?
I wish that it could be like that
Why can't we be like that?
Cause I'm yoursPenolakan Demure bukan tanpa dasar, dan rasa cinta Hira juga tidak bisa untuk disalahkan. Mereka terikat tanpa diberi pilihan untuk menolak. Dan yang harus diketahui adalah, mereka sama-sama terluka oleh keegoisan orang lain.
"Kukira lagu. Ternyata kisahku."Batin keduanya.
Demure menengok ke arah Hira. Gadis itu terlihat baru saja menghapus air mata, satu lengan lagi memegang perutnya erat. Tampak sangat kesakitan. Laki-laki itu mengernyit bingung.
Laki-laki itu segera meminggirkan mobil melihat Hira yang makin meremas perut serta air mata yang kian deras. Membuka sabuk pengaman agar mempermudah pergerakan. Menyentuh bahu gadis di sampingnya yang terus bergetar.
"Hir.. Kok nangis?" Tanyanya panik.
"Hira."
"Jangan nangis hey! Aku gak apa-apain kamu loh." Tanyanya lagi, tapi tetap tidak direspon.
"Hiks.. Sa.. Kit." Ucap Hira lirih, akhirnya.
Laki-laki itu memejam mata mendengar penuturan tunangannya barusan. Ingatannya memaksa memutar memori lama yang berusaha ia lupakan. Demure mengusak surai hitamnya yang mulai memanjang frustrasi.
"Kamu bentak bunda? Hiks.. Dem, kamu baru aja bentak bunda cuma demi belain dia? Hiks.."
"Dem. Aku mau kita putus. Hiks, bakal makin banyak orang terluka kalo kita terus-terusan egois buat bertahan di hubungan ini. Hiks.."
Dengan emosi yang tidak lagi terbendung. Lengan kekarnya menatik surai panjang milik gadis di sampingnya dengn kuat. Menyalurkan rasa kesal yang makin memuncak.
"Berhenti nangis, goblok!" Sentaknya.
Kepala gadis itu terhunyung hampir membentur jendela mobil yang tertutup. Ia segera memegangi bagian kepala di mana Demure menjambaknya. Rasanya perih. Bahkan mungkin ada beberapa rambut yang rontok saking kuatnya laki-laki itu menarik.
"BERHENTI SIALAN! ANJING! BODOH! BERHENTI HIRA!" Teriakan Demure memekak telinga siapa saja yang mendengarnya.
Bukan berhenti. Hira malah makin kencang menangis karena takut. Ia memojokkan diri ke jendela dengan wajah yang sudah sangat sembab. Belum lagi rasa sakit di perut tak kunjung hilang.
"Kalaupun kamu gak bisa cinta sama dia. Jangan sakitin gadis manis ini, ya, Dem."
Plak!
Demure menampar pipi mulusnya sendiri dengan kencang. Ia merasa sangat bersalah membuat gadis di sampingnya takut. Dengan perlahan menarik nafas dan membuangnya. Menetralkan emosi yang tak terkendali tadi.
Perlahan, ia membuka sabuk yang melingkar di tubuh mungil itu. Meraih tangan mungilnya, lalu menarik lembut tubuh Hira menuju dekapannya. Mengelus surai yang sempat ia jambak. Menyusuri punggung bergetar tadi, menenangkannya.
"Maaf, ya." Ucapnya lembut.
"Tadi udah marah. Maafin, Demu."
"Apa yang sakit, hm?" Tanyanya pelan.
"Perut.." Jawab Hira lirih, masih sesegukkan.
"Mau pulang aja?" Tanya Denure, lagi. Masih mengelus punggung mungil tuangannya.
"Te--rus sekolahnya gimana?"
"Gapapa. Nanti bisa kasih kabar ke Naya. Pulang aja ya. Ke rumah Demu, tapi. Rumah Hira kejauhan. Nanti malah makin sakit." Bujuk Demure, mengecup singkat pipi gembil yang lengket karena bekas air mata.
Demure manarik diri selepas mendapatkan anggukan. Kedua ibu jarinya dibawa untuk menghapus jejak air mata gadis itu. Sebuah senyum teduh nan tulus terbit. Senyuman yang hanya pernah ia perlihatkan pada seseorang yang sangat ia cintai di negeri seberang sana.
Demure mendekatkan wajah Hira, bilah bibirnya menempel sempurna di dahi yang tertutup poni. Agak lama. Sebelum beralih mendekapnya sekali lagi, menggumam kata maaf, lagi. Setelahnya beralih pada ponsel untuk mengabari Nayanika, si sekertaris cerewer milik XI IPS 1.
* * * *
Bel masuk akan berbunyi 5 menit lagi. Suasana kelas XI IPS 4 cukup ramai. Tetapi Naya dan Nika sibuk menoleh ke arah jendela kelas, menanti teman sebangku mereka yang tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.
Ting!
Bunyi notifikasi dari ponsel, membuat Naya segera meronggoh saku di rok abu-abunya. Membuka aplikasi sumber notifikasi tersebut. Wajahnya berubah cemberut setelah membaca pesan yang baru saja masuk.
"Kenapa, Nay?" Tanya Tara, setelah mendudukan diri di kursinya. Tepat di depan bangku Naya.
"Hira gak sekolah." Balasnya dengan bibir yang makin maju.
"Ada kabar dari Demu gak?" Tanya Arunika, yang entah sejak kapan duduk di kursi milik Hira.
"Barusan dia chat. Katanya izin. Terus ngasih tahu juga kalo Hira saki--"
Ketiganya bertukar pandang, menyadari hal ganjal di informasi barusan. Tapi Naya dan Tara memilih acuh. Beda dengan Nika yang over thingking.
_ _ _
Demu itu..
Secret Love Song itu adalah lagu yang menginspirasi L buat bikin book ini. Bulan Januari kayaknya, lewat terus ke fyp TT.
Gimana puasanya?
Papai..
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMURE | Lee Heeseung [✓]
Teen FictionEN-- lokal ver. Tentang dua remaja yang beranjak dewasa. Di tengah kebingungan dan ketidaktahuan mengenai perasaan mereka masing-masing. Terlibat dalam sebuah ikatan tanpa persetujuan, yang tentu tidak akan pernah berjalan dengan baik. Entah siapa...