"Demu. Boleh beliin pembalut?"
"HAH?!"
Mata melotot dan mulut terbuka lebar. Wajah yang kentara syok dari sang tunangan membuat Hira makin menarik diri ke dalan toilet. Bibir melengkung ke bawah, serta kepala tertunduk dalam.
Demure segera mengontrol ekspresi setelah melihat gadis di dalam toiletnya ketakutan. Beberapa saat lalu mereka tiba di rumah dalam keadaan sepi. Orang tua Demure masih di luar kota.
"Dem. Beliin pembalut."
"What? Gak salah? Aku cowo, Ay.."
"Ya masalahnya di mana? Aku sering beliin kamu rokok."
"Tap--"
"Yaudah kalau gamau. Aku pulang aja."
Setelah suara mantan kekasihnya berhenti terdengar. Demure memutuskan beranjak menuju mini market depan komplek. Dengan pakaian bak maling. Hoodie hitam, celana hitam, kacamata hitam, masker hitam. Ia berjalan di rak-rak pembalut.
Jika tidak mengenakan masker, mungkin wajah merah sempurna bisa jadi bulan-bulanan seluruh pengunjung dan karyawan toko.
"Pembalut itu ada yang buat siang sama buat malam. Beli dua-duanya aja, aku nginep."
"Jangan lupa beli daleman. Akukan gak ada persiapan."
Demure merasakan panas di sekujur tubuh mengingat ucapan mantan kekasihnya, lagi. Dengan segera mengambil pembalut yang tampak biasa dan pembalut dengan gambar bulan sabit di pinggiran. Lalu beralih ke rak pakaian dalam wanita yang untung lengkap.
"Hira kecil pas dipeluk. M atau XL mungkin muat." Gumam Demure, wajahnya makin merah.
Ia membawa celana dalam berukuran M serta XL, sempat memilih warna dan pilihannya jatuh pada yang warna pink dan putih bunga-bunga. Tanpa buang waktu berlari ke kasir. Ia sudah tidak kuat menahan malu karena diperhatikan oleh para pengunjung.
"Cowok kayak masnya idaman banget deh. Mau beliin kebutuhan buat ceweknya. Hebat mas." Puji kasir wanita di sana.
"Kalo saya minta ke pacar saya, mungkin udah diputusin. Haha." Sambung si mbak kasir.
Pria Mellifluous itu menggaruk tengkuk yang tidak gatal, gugup. Ia menelisik ponselnya yang berbunyi barusan. Di sana ada pesan dari Arunika yang menanyakan kabar. Tapi ia langsung fokus pada pesan dari tunangannya, yang mengadu perut semakin sakit akibat hari pertama pms.
"Mbak. Ada kompreaan elektronik yang buat pms gak?"
"Aish.. Ya Allah yang kayak gini. Ada mas, biar saya ambilkan."
Hira cukup lama termenung di atas meja wastafel. Perutnya diremas karena sakit. Rok abu-abu bagian belakangnya sudah tercetak noda merah. Ia tersentak ketika sekantong keresek di hadapannya.
Demure, sang pelaku meletakkan keresek berlogo itu ke samping Hira. Menempatkan kedua tangan di sisi kanan kiri si gadis Evanescent itu. Menatap lekat tepat ke manik doe tunangannya.
"Di sana ada pembalut, gue beliin daleman juga. Ganti pake baju gue aja, ada sweeter sama celana training. Gue sempet beli sabun cuci muka, gue tau karena liat di toilet lo waktu itu. Gue bawa jepit rambut sekalian." Jelasnya panjang lebar.
Hira menengok ke arah kantong keresek itu, lalu menatap berbinar ke arah laki-laki jangkung yang tengah mengukungnya. Ia mengangguk kecil, mengiyakan.
"Jangan lama-lama mandinya, nanti masuk angin!" Ucap Demure memperingati.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMURE | Lee Heeseung [✓]
JugendliteraturEN-- lokal ver. Tentang dua remaja yang beranjak dewasa. Di tengah kebingungan dan ketidaktahuan mengenai perasaan mereka masing-masing. Terlibat dalam sebuah ikatan tanpa persetujuan, yang tentu tidak akan pernah berjalan dengan baik. Entah siapa...