00:11

121 14 0
                                    

-- Jakarta, 15 September.
00:10

Drrt.. Drrt..

Bunyi ponsel berhasil mengusik tidur nyenyak seorang gadis mungil di dalam selimut tebalnya. Ia menggeliat sebelum mengambil benda yang menyadarkannya dari alam mimpi. Setelah melihat ada panggilan di sana, ia meringsut bersandar di kepala ranjang.

"Hallo.." sapa gadis itu serak, khas bangun tidur.

"Selamat ulang tahun, Hiraaaa!!!" pekik orang di seberang sana.

Hira, gadis itu melirik jam ternyata pukul 00:11. Sudah masuk hari ulang tahunnya yang ke 17 tahun. Senyumnya merekah mendengar setiap doa yang orang di seberang sana lapalkan.

"Terima kasih, Tara," ucapnya malu-malu.

"Besok pukul 2, kita ke resto deket taman." Ingat Tara.

"Baiklah. Omong-omong sedang apa jam segini?"

"Ah.. Dari suara ademnya sih, abis shalat tahajud ya.."

Terdengar suara kekekah dari seberang sana, hanya dari suara saja Hira bisa tebak Tara tengah tertawa tampan. Mungkin juga menutup wajah seperti biasa.

"Kamu selalu tahu tentangku. Ah.. Baiklah. Tidurlah kembali. Maaf mengganggu tidur cantikmu. Jangan sampai terlambat untuk ke gereja besok dihari ulang tahunmu."

Panggilan telepon itu dimatikan oleh Hira. Menaruh penda pipih itu kemali ke nakas. Sebuah senyuman malu-malu muncul, jangan lupakan semburan merah muda yang kian memerah.

Hira menggeleng kepala, ia membawa tangannya menyatu untuk saling menggenggam. Manik doe itu terpejam beberapa saat untuk merapal doa.

"Tuhan. Engkau tahu yang terbaik. Jadi aku hanya ingin yang terbaik dimata-Mu."

Besok pagi ia akan ke gereja untuk ibadah bersama keluarga, lalu siangnya ada acara makan-makan di restoran dekat taman bersama para Nirwana dan tentu sang adik.

Tok.. Tok.. Tok..

Hira menggeliat pelan, manik bulat miliknya terbuka setelah mendengar suara ketukan pintu. Rasanya ia baru kembali terlelap setelah Tara menelepon. Tapi ternyata sudah pagi lagi.

Ia berjalan gontai menyeret kaki berbalut sendal bulu dengan hiasan kepala domba. Mengucek matanya sebentar lalu membuka pintu kamar yang terkunci dari dalam itu.

"HAPPY BIRTHDAY!!!!" Teriakan menggelegar dari seluruh penghuni rumah yang kini berkerumun di depan pintu.

Hira sempat tersentak kaget. Setelah nyawanya benar-benar terkumpul, air matanya mulai terlihat menetes. Sang adik yang menggendong boneka beruang berwana pink langsung menubruk tubuh mungil kakaknya.

"Happy sweet seventeen, kak Hir!!!" pekiknya tepat di depan telinga.

"Selamat ulang tahun sayang. Semoga selalu diberkati Tuhan," ucap sang mama.

Hira menoleh, memeluk sang mama sangat erat. Pucuk kepalanya dielus sayang oleh kedua orang tuanya. Suasana bahagia dan haru bercampur di minggu pagi kali ini.

"Kita sudahi dulu, sekarang siap-siap untuk ke gereja," intrupsi sang kepala keluarga.

* * * *

Di sini mereka sekarang, 5 Nirwana dan 2 Evanescent. Duduk di meja dalam ruangan VIP yang sengaja dipesan si sulung Nirwana untuk acara ulang tahun sang sahabat. Sesuai janji, mereka makan di restoran dekat taman kota.

Sempat terjadi kehebohan ketika para Nirwana baru datang. Bagaimana tidak? Mereka datang layaknya gerombolan geng motor yang mengawal dua mobil mewah di tengah-tengahnya. Suara mesin MoGe yang berjumlah puluhan itu menimbulkan kekepoan para pengunjung.

Puluhan ya? Iya. Jika mereka keluar rumah selain ke sekolah dan masjid, keamanan akan ditingkatkan. Masing-masing ditambah 5 bodyguard untuk menjaga. 3 dari masing-masing putra akan ikut masuk ke dalam, sisanya di luar. Mungkin restoran itu merasa sedang di kepung.

Kembali ke remaja-remaja di ruangan VIP yang mejanya mulai dipenuhi makanan khas Jepang. Niskala adalah yang paling antusias, rindu tempat ia menuntut ilmu selama 4 tahun itu katanya. Tentu langsung mendapatkan cibiran dari sang kakak. Toh saat laki-laki surai legam itu berada di negeri matahari terbit, malah merengek ingin masakan mama. Aneh.

Sedari tadi ruangan itu ricuh oleh celoteh random dua bocil gemas di pojokan. Ada Jura yang tidak terlalu hebat makan pakai dua bilah bambu yang sering disebut sumpit, lalu ada Nuga yang merengek karena tidak sengaja lidahnya menyentuh wasabi.

"Hira. Apa harapanmu di ulang tahun kali ini?" tanya Tara. Memulai percakapan.

"Emm.." Hira mengetuk dahinya pelan, tanda berpikir.

"Bahagia? Diberkati? Mungkin cukup," kata Hira, akhirnya. Tara mengangguk-anggukan kepala.

"Nuga sama Jura, katanya mau kasih aunty hadiah, hm?" tanya Gala, memancing atensi duo manis yang sedang sibuk menyuap makanan.

Keduanya tersenyum, Nuga membuat kedua manik rubahnya tinggal segaris, lalu Jura membuat dimplenya mendalam. Mereka meronggoh kolong meja, menyodorkan masing-masing kotak kado berwarna pink dengan ukuran sedang.

Hira menerimanya dengan senang hati. Segera membuka kado itu sesuai permintaan. Di kotak dari Nuga, isinya sweeter berwarna baby blue dengan hiasan kepala kucing yang lucu. Beralih ke kotak kado dari si bungu, Jura. Isinya boneka kelinci berwarna pink, di pakain boneka itu ada kalimat 'hwaiting onnie'.

Hira terkikik gemas. Bergumam terima kasih dengan wajah berseri-seri. Tak lama. Si tiga kembar tiga menyodorkan kotak kado berukuran mungil-mungil dengan warna sama, pink. Satu-satunya gadis di tempat itu mulai membuka kotak demi kotak. Dari Tara, ada sebuah jam tangan merk terkenal yang pasti harnganya selangit. Dari Gala, ada gelang perak dengan haisan benda-benda langit yang amat cantik. Terakhir dari Gara, ada 3 pasang anting dengan bandul hewan-hewan laut.

"Kado dariku nanti pulang dari sini. Sudah kusiapkan," ucap Kala, ketika sang kakak menoleh ke arahnya.

Sekitar pukul empat sore, mereka baru beranjak dari restoran. Tadi juga sempat terpotong shalat ashar oleh para Nirwana dan bodyguard mereka. Kalian tahu apa yang lucu? Nuga dan Jura sudah terlelap sejak setengah jam sebelum pulang. Wajah polos dan tenang menjadi pemandangan candu sisa insan yang tersadar.

Rombongan geng MoGe itu mulai melaju memboyong dua mobil di antara mereka. Sedangkan si kakak beradik Evanescent berjalan menghampiri sepeda yang terparkir di tempat yang disediakan. Nisakla memegang kemudi. Mereka memang datamg dengan sepeda, karena jarak yang dekat, lalu ada tujuan lain kenapa si bungsu memaksa pakai benda roda dua itu.

Niskala mulai mengayuh, membawa sepeda dan penumpangnya keliling taman. Sesuai ucapannya, ia akan memberikan kado ke sang kakak. Berupa jalan-jalan dan traktir di stand-stand makanan di sana. Mulai dari permen kapas, es cream, corndog, wafel, jangan lupakan batagor, siomay, pempek, tahu bulat, dan masih banyak lagi. Hira agaknya memang berniat membuat dompet sang adik kering kelontang.

Hira harus bersyukur. Para Nirwana memberi kado-kado kecil, sehingga muat di keranjang depan. Kalau tidak, ia bisa dibuat bingung hanya untuk menbawa barang-barang itu. Ia ingat kejadian tahun lalu. Si kembar tiga memberinya boneka berukuran 2 meter dengan bentuk beruang warna cokelat, pandan hitam putih tentunya, lalu kelinci warna krem. Dan untungnya, mereka mengirimkan itu langsung ke rumah.

Sesampainya di rumah, hari sudah berubah malam. Niskala dengan kado-kado milik sang kakak di tangan, membuka pintu utama dan mempersilakan Hira untuk duluan. Berjalan menyusuri lorong yang gelap. Rasa-rasanya mereka tidak pulang sangat larut.

Berhenti di ruang santai yang tampak gelap gulita tanpa setitik cahaya. Hira mengejap bingung, berbalik menatap sang adik yang sama sekali tidak terlihat. Ketika ia memutar tubuh. Lampu kristal di atas sana menyala, memberikan cahaya ke setiap sudut ruangan.

"SURPRISE!!"

"HAPPY BIRTHDAY, HIRA!!"

_ _ _

Kedepannya, terbiasalah dengan Nuga dan Jura yang gampang tidur :)

Gimana puasanya?

Papai..

DEMURE | Lee Heeseung [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang