00:21

100 16 0
                                    

Suasana lapangan ramai karena anak murid kelas XI IPS 1 tengah melakukan pelajaran olahraga. Terkutuklah mereka yang membuat jadwal tiga jam pelajaran olahraga di tengah hari ini. Sudah tahu Ibukota panas.

Masih tersisa dua jam pelajaran lagi, dan mereka baru selesai pemanasan. Guru bilang akan melakukan praktik berdasarkan materi yang belum pernah ia ajarkan. Di mulai dari absen pertama dan seterusnya.

Para siswa/siswi yang belum mendapat giliran duduk di pinggiran lapangan, mencari tempat yang agak teduh. Sial, sekolah terkenal macam ini tidak punya lapangan indoor.

"Ru, Demu kemana?" Tanya Naya, selaku sekretaris yang dari tadi pagi ditanya mengenai kehadiran.

"Aku gak tahu. Udah coba telefon, tapi gak bisa. Aku juga khawatir." Jawab Arunika, sebelah tangannya memegang kipas angin mini.

Tentang Naya, dia sudah tahu bahwa Arunika dan Demure berpacaran. Dari siapa? Dari kawan sepergibahannya, Nuga. Dan hanya mereka yang tahu, karena waktu itu tidak sengaja bertemu di restoran saat perayaan ulang tahun, Hira.

Omong-omong soal Hira, gadis itu terduduk di sebelah kedua sahabatnya. Ia tersenyum kecut mendengar jawaban Arunika. Lebih tepatnya jadi semakin tidak tenang, karena tadi pagi ayah Demure memberi kabar bahwa tunangannya itu pergi dari rumah.

Arunika berlari ke tengah lapangan setelah namanya dipanggil untuk praktik. Naya minta izin ke toilet bersama temannya yang lain. Tersisa Hira dan Tara di tepi lapangan bagian agak teduh itu.

"Hira." Panggilan itu membuat si empu nama menoleh.

"Kamu makin deket ya, sama Demure."

Hening. Hira mengernyitkan dahinya tidak mengerti. Pura-pura tidak mengerti sebenarnya. Ia tidak ingin Tara curiga. Tara yang tidak mendapat jawaban mendengus kesal.

"Aku sering liat kamu pulang bareng dia."

Gadis itu melotot sesaat setelah mendengar penuturan dari teman laki-lakinya itu. Tunggu? Tara melihat mereka? Bisa gawat ini.

"Maksudmu?" Tanya Hira, berusaha menetralkan kerja jantungnya.

"Kamu lupa? Aku bakal pulang paling terlambat karena shalat ashar di sekolah. Aku lihat kamu masuk mobil Demure di halte bus." Balas Tara, tatapannya semakin tajam setiap satu kata keluar dari mulutnya.

Hira membeku, pacu jantungnya sudah tidak bisa diatur lagi. Tidak boleh ada yang tahu tentang hubungan ia dan Demure yang sebenarnya.

Otak miliknya berputar mencari alasan. Saat bilah bibirnya terbuka untuk menyangkal. Kalimat yang dilontarkan Tara membuat ia terkejut setengah mati.

"Kamu tau, Hir? Aku cemburu."

Hening. Otak gadis itu terus mengulang ucapan Tara barusan. Cemburu? Tapi untuk apa? Dan kenapa? Hira menggeleng kepala saat berpikir hal tidak masuk akal.

Lagi-lagi, saat bilah bibirnya terbuka, anggota tubuh mungil itu kembali terkatup dengan kuping yang agak berdengung.

"KAK TARA!!"

Teriakan nyaring milik dua bocah kembar bungsu milik Nirwana menggema ke seluruh sekolah (?) Sangat kencang. Namun wajah polos tanpa dosa disertai cengiran lucu disuguhkan agar tidak terkena omel oleh yang sedang belajar.

Semua orang yang berada di layangan mendongkak ke arah lantai dua. Tepat ke tempat dua bocah lucu tengah melambaikan tangan dengan gerakan kecil, sangat menggemaskan.

Dari pakaian yang dikenakan, bocah-bocah itu berseragam olahraga. Oh, apakah bel pergantian pelajaran sudah berbunyi? Artinya waktu kelas XI IPS 1 tinggal satu jam pelajaran lagi. Syukurlah.

DEMURE | Lee Heeseung [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang