00:45

218 13 0
                                    

Hira dan Mamanya sedang dalam perjalanan pulang sesaat setelah penerimaan rapot. Di dalam mobil hanya diisi oleh suara musik dari bluetooth speaker yang ada. Sesekali keduanya mengobrol ringan tentang bagaimana setahun ke belakang di sekolah, tentang apa rencana Hira di kelas 12 nanti, tentang rencana liburan keluarga juga.

Mobil hitam itu kembali melaju setelah sebelumnya berhenti karena lampu merah, di perempatan. Tepat ketika mobil berada di tengah penyebrangan, sebuah mobil dari arah kanan melaju tak tentu arah ugal-ugalan.

Belum sempat untuk menghindar, mobil yang ditumpangi Hira sudah lebih dulu terpental jauh ke pinggir jalan. Sedangkan mobil ugal-ugalan yang menabrak entah pergi kemana.

Diambang kesadarannya, Hira coba mengambil ponsel dan menghubungi siapapun itu yang ada pada panggilan teratas. Susah payah Hira menggerakkan tubuh yang terasa remuk, ditatapnya sang Mama yang telah tak sadarkan diri karena benturan keras tadi.

"Ada apa Hira?"

Suara seseorang di seberang sana sangatlah dikenal Hira. Dengan napas yang seakan hampir hilang, susah payah Hira mengeluarkan suara. "De-Demure," panggilnya.

"Diam. Kau menggangguku!" Suara bentakan Demure menjadi suara yang terakhir Hira dengar, karena setelah itu panggilan diputus sepihak.

Matanya kian memberat, rasanya tak sanggup untuk mencoba menghubungi siapapun lagi. Ditatapnya sang Mama, lagi. Lukanya parah, Hira hanya berharap keduanya bisa selamat.

Orang-orang di luar sana banyak, tampak ada yang menelpon bantuan ambulance dan polisi. Hira tersenyum kecut diakhir ingatannya saat melihat lebih banyak orang yang coba merekam dibanding menolong.

* * * *

Niskala luruh ke lantai rumah sakit yang dingin. Telinganya terasa berdenging. Sang Papa di sebelah mencoba menguatkan disaat yang sama, beliau juga rapuh.

"Nyonya Vanessa tidak selamat. Beliau sudah dinyatakan meninggal sejak di perjalanan."

Berita yang disampaikan Dokter beberapa menit lalu berhasil buat lutut kedua lelaki itu lemas tak tertahan. Keluarga Nirwana dan keluarga Mellifluous datang setelah ditelepon oleh Tuan Evan, meminta bantuan.

"Yang kuat, ya, Kala. Sabar, nak," tutur sang Papa. Memeluk erat putranya yang tengah hancur-hancurnya.

"Kita harus kuat, buat Kak Hira, ya."

Jura yang baru selesai dipakaikan masker mendekat. Memeluk sosok lelaki rapuh yang senantiasa dipanggilnya 'Om'. Tangan mungilnya mengelus punggung milik Niskala lembut.

"Kata Kak Tara, boleh nangis, tapi gak boleh banyak-banyak," tutur si mungil, yang dibalas kekehan kecil dari sosok yang dipeluknya.

Tara dan Jura sibuk menenangkan bungsu Evanescent. Sementara ayah keduanya dan ayah Demure menenangkan Tuan Evan. Nyonya Serena sibuk menghubungi nomor sang putra yang entah kenapa jadi sangat sulit dihubungi.

Setelah mencoba belasan kali, akhirnya panggilan itu terjawab. Sebelumnya, Serena menanyakan keberadaan Demure. Baru setelahnya menyuruh sang putra datang ke rumah sakit tempatnya berada, tanpa memberitahu apa yang sedang terjadi.

Tak berapa lama, Demure datang dengan wajah kelewat datar. Tidak ada prasangka buruk hinggap pada dirinya. Padahal tepat setelah Dokter tadi memberi tahu bahwa Ayya siuman, tetapi sang Ibu malah memintanya ke sini.

Berbeda dengan yang lain, mereka semua menatap prihatin karena dikira Demure sudah mulai mencintai tunangannya. Niskala melayangkan tatapan luar biasa tajam karena tahu sesuatu.

Plak

Semua orang melotot, kecuali Jura yang segera ditarik kedelapan sang kakak supaya tidak melihat adegan barusan. Sementara itu, Demure menatap tidak suka Niskala yang secara tiba-tiba menamparnya.

"Apa-apaan?!" murkanya.

"Nggak usah sok gak tau apa-apa! Lo! Lo sempe ditelepon Kak Hira setelah kecelakaan. Yang mana pasti masih ada harapan, kalau aja Lo datang dan bukannya matiin telepon!!" Niskala tak kalah marah. Ia baru saja mengecek ponsel sang kakak, nama pemuda di hadapannya ada diriwayat terakhir panggilan.

"Iya terus?" tanya Demure masih tak paham situasi. Tidak sadar atas tatapan membunuh dari seluruh pasang mata yang ada.

Tara izin pamit membawa sang adik. Para bodyguard-nya juga sudah tidak memberi waktu lebih lama.

"Hira dan Mamanya kecelakaan. Hira luka-luka tapi dia selamat, tidak dengan Mamanya, dia meninggal."

Apa tanggapan terbaik untuk sebuah kabar kematian? Menangis? Demure tidak tahu. Ia sendiri pernah hampir mati ditangan ayahnya, sering melakukan percobaan bunuh diri saat amarah menguasai. Menyakiti diri sendiri saat tempramennya tidak bekerja sama dengan dirinya.

"Oh?"

* * * *

Setelah menunggu beberapa hari, kremasi untuk jenazah Nyonya Vanessa akhirnya dilaksanakan. Kesehatan Hira secera pisik membaik, tidak dengan mentalnya yang tidak lagi berbentuk selepas sang papa beritahu kabar mengenai mamanya.

Mata yang bengkak dan lingkaran hitam menguasai. Demure dapat lihat aliran air mata yang tidak berhenti sejak tadi pagi. Coba dekati, tetapi dibalas tolakan keras dari Niskala.

Sampai prosesi usai, Demure hanya diam. Bukan karena tidak merasa berempati, justru karena rasa bersalah yang terus datang. Bagaimana jika ia tidak mematikan telepon Hira? Bagaimana jika ia mendengarkan Hira atau mencari tahu apa yang terjadi? Bagaimana jika ia datang waktu itu? Apa akan ada hal berbeda sekarang?

Demure bergerak cepat saat dilihatnya sang tunangan jatuh pingsan, lagi. Bawa gadis yang tengah rapuh itu pergi meski tatapan tajam terus dilayangkan Niskala.

Dibaringkan tubuh ringkih itu ke atas ranjang miliknya. Ya, Demure membawa Hira ke rumahnya, tentu setelah mendapat izin dari orang tuanya dan papa gadis itu sendiri.

Tidak banyak yang dilakukan oleh Demure agar Hira sadar. Beberapa hal dasar yang ia tahu dilakukan saja. Sembari menunggu, Demure duduk di sisi ranjang yang kosong.

Hampir setengah jam, akhirnya Hira sadar. Gadis itu tidak melakukan pergerakan sedikitpun. Sampai Demure pun tidak sadar atas hal itu. Hira menoleh setelah beberapa lama.

Ditatapnya lelaki di sebelah. Sebelum kembali menatap langit-langit kamar yang jelas tidak asing. Mulutnya terbuka, sementara otaknya merangkai kata.

"Dem-" panggilan itu tidak dilanjutkan.

"Aku benci kamu."




SELESAI


Kalian tidak salah lihat. Perjalanan tidak lagi akan berlanjut.

DEMURE | Lee Heeseung [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang