00:15

115 14 2
                                    

Hari senin, lagi. Upacara bendera yang ditemani terik matahari akhirnya usai. Seluruh penghuni SMA 9 kembali ke tempat masing-masing. Masih ada sisa 10 menit sebelum pembelajaran dimulai. Ada yang memilih langsung ke kelas dengan dalih belum mengerjakan tugas pemberian minggu lalu, ada yang ke kantin dengan dalih belum sarapan karena takut terlambat, ada juga yang ke toilet karena sudah ditahan sejak upacara.

Salah satunya ada si kembar menggemaskan milik Nirwana. Jura ke toilet untuk buang air kecil, sementara sang kakak kembar menunggu di depan toilet lantai 3 paling pojok. Toilet yang jarang digunakan bisa dibilang. Terdapat tembok dan pintu dari besi yang terletak di dekat pagar pembatas. Menjadi sekat antara toilet dan lorong serta jajaran kelas 10.

Karena sudah menunggu cukup lama, Nuga memutuskan untuk masuk dan mengetuk bilik di mana sang adik berada. Tidak terdapat respon, tapi tak lama pintu terbuka menampilkan wajah menggemaskan adiknya yang tampak basah kuyup.

"Tadi shower buat siramnya lepas, jadi basah." Jelas Jura sebelum ditanya.

Untung yang basah hanya bagian wajah, lalu tangan, masih bisa dilap pakai tissu kering di depan wastafel nanti. Nuga menarik pergelangan tangan sang adik menuju tempat cuci tangan. Mengambil beberapa lembar tissu untuk mengeringkan wajah serta tangan Jura.

Setelah usai, mereka berjalan keluar dari tempat bilik-bilik toilet. Di sebelahnya, terdapat ruangan kosong yang biasa digunakan untuk berganti pakaian oleh para siswa, ruangan kecil itu terletak tepat di mana pintu keluar berada.

Brak!

Nuga menggenggam erat tangan mungil milik adiknya ketika ada gerombolan kakak kelas masuk dengan tidak sabaran. Terdapat 5 orang siswa kelas 12 di hadapan mereka. Bagaimana mereka tahu? Perbedaannya ada pada tiga garis putih di dasi mereka.

Kedua anak-anak mungil itu bergerak mundur. Sedang salah satu dari 5 orang kakak kelas itu berjalan mendekat. Postur tubuhnya adalah yang paling kekar, lengan baju pendek itu semakin digulung ke atas.

Siswa itu mendorong Nuga agar menjauh dari adiknya, lalu ia semakin mendekat ke arah Jura. Tanpa aba-aba mendorong Jura hingga jatuh mencium lantai. Sedikit lagi, hampir saja kepalanya terbentur ke dinding.

Nuga tersentak, lalu segera menghampiri adiknya yang terkapar. Teman-teman dari geng kakak kelas itu mulai melempar sampah botol plastik ke arah si bungsu. Namun gagal, karena tubuh ringkih itu didekap erat sang kakak.

Nuga meringis, ketika botol-botol plastik itu mengenai punggungnya dengan kencang. Tangannya mengelus surai sang adik agar tetap tenang. Dalam hati merapal doa agar ada yang datang ke sini.

"Cowok kok lembek." Ucap salah satu dari kakak kelas itu.

"Jangan-jangan lu pihak bawah." Tawa menguar dari bilah bibir lima laki-laki itu, setelah sang ketua bicara.

"Bisa aja omega male." Lanjut laki-laki yang pertama mendorong kedua anak yang masih meringkuk.

Nuga mengeratkan pelukannya. Posisinya, Nuga bersimpuh dan menenggelamkan kepala adiknya di dada, dengan Jura yang terduduk sembari memeluk lutut. Air mata turun deras dari manik kucing itu.

Lengan mungil milik sang kakak terus mengelus surainya. Bilah bibir bergerak membisikan kalimat penenang tepat di telinga. Niatnya membacakan ayat Al-Qur'an, tapi Nuga baru ingat mereka ada di dalam toilet.

Botol plastik, gulungan kertas masih terus dilemparkan. Pintu dari besi di sana sudah dikunci dari dalam. Sehingga mereka leluasa melakukan perundungan tanpa alasan itu. Mereka hanya suka.

Sedangkan di ruang kelas XI IPS 1, suasana tampak tenang karena guru sebentar lagi akan datang. Namun ketenangan itu berganti ketika ada adik kelas mengetuk pinti dengan brutal.

DEMURE | Lee Heeseung [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang