Bulan berlalu. PTS telah berakhir, semua pelajaran di SMA 9 kembali pada kegiatan belajar mengajar. Mengerjakan tugas, PR, tugas praktik, tugas kelompok, dan beragam tugas lainnya.
Hari ini cukup berbeda bagi seluruh siswa/siswi kelas 11, mereka dikumpulkan di aula sekolah guna mengikuti sosialisasi untuk study tour ke Jogja tepat setelah Ujian Akhir Semester nanti.
Pak Ruhian, selaku kesiswaan sibuk berbicara tentang apa-apa saja yang harus disiapkan menuju kota itu. Tak lupa menunjukkan beberapa foto dari study tour tahun lalu sebagai gambaran kegiatan yang akan dilakukan di sana.
Promosi berkedok memanas-manasi dilakukan salah satu guru yang bertugas memindah-mindah slide dari laptop. Mengatakan di sana banyak bule cantik dan tampan, makanan murah yang enak-enak, pernak pernik bangus, tempat-tempat berswafoto yang aesthetic, dan banyak godaan lainnya.
Para siswa/siswi hanya mengangguk malas, tidak perlu diberitahu, sebagian besar dari mereka juga sudah berniat untuk ikut. Ya, bisa dibilang, yang paling mereka tunggu saat kelas 11 adalah acara study tour ini.
Lama terduduk di aula, mereka dibubarkan ketika bel istirahat berbunyi. Sebagian menuju kantin dan kelas, sebagian menuju tempat ibadah. Seperti anak-anak Nirwana dan Naya yang pergi bersama menuju mushola di bagian depan sekolah.
"Kamu mau ikut, Tar?" Tanya Naya pada laki-laki di sebelahnya yang juga tengah memasang sepatu selepas shalat dzuhur barusan.
"Kemungkinan enggak." Jawab Tara, enteng.
Naya membola, wajahnya tampak murung dengan bibir yang maju beberapa senti.
"Kenapa?" Sendunya.
"Gala sama Gara pasti mau ikut. Jadi aku yang enggak." Balas Tara.
Laki-laki dengan rahang tegas itu berdiri setelah sepatunya terpasang sempurna. Menepuk-nepuk celana yang kusut dan sedikit berdebu. Ia memandang heran gadis yang masih duduk dengan wajah ditekuk.
"Kenapa, Nay?" Tanyanya.
Naya tersadar dari lamunannya. Ia segera berdiri, lalu melakukam hal yang sama dengan laki-laki yang kini menatap aneh dirinya.
"Gapapa." Cicitnya.
"Kenapa gak bertiga aja?" Tanya Naya, pelan.
Mereka mulai berjalan beriringan menuju kantin. Adik-adik Tara sudah lebih dulu pergi ke kantin. Jura dan Nuga mau membeli mie ayam Mang Ayi yang selalu penuh katanya.
Tara terkekeh pelan setelah mendengar pertanyaan dari gadis yang sedang menunduk itu.
"Kasian Nuga sama Jura, dong."
Di sisi lain, di toilet pria lantai dua. Seorang pemuda tengah berusaha mengontrol emosinya di depan cermin wastafel. Keadaan toilet yang sepi membuat pemuda itu lebih leluasa. Kepalanya menunduk, dadanya naik turun guna menetralisir kepanikan.
Sekian lama menunduk, kepala itu mendongkak menatap cermin di hadapannya. Tatapan kelewat dingin pemuda itu keluarkan.
"Nanti kita juga akan pergi ke pantai yang ada di sana..."
Ucapan dari salah satu guru di panggung saat kegiatan sosialisasi study tour kembali teringat. Laki-laki itu memukul cukup keras kepalanya.
"Gue benci pantai.. Gue gak suka laut.." Gumamnya penuh penekanan.
Flashback on
Menjelang tengah malam, di bibir pantai. Tiga orang dengan satu di antaranya sesorang gadis terlibat pertengkaran besar. Salah satu laki-laki yang usianya tak lagi muda melayangkan satu tamparan pada si gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMURE | Lee Heeseung [✓]
Teen FictionEN-- lokal ver. Tentang dua remaja yang beranjak dewasa. Di tengah kebingungan dan ketidaktahuan mengenai perasaan mereka masing-masing. Terlibat dalam sebuah ikatan tanpa persetujuan, yang tentu tidak akan pernah berjalan dengan baik. Entah siapa...