00:22

96 15 0
                                    

Hari sabtu pagi, kediaman keluarga Nirwana tampak ramai karena kedatangan teman-teman dari para putranya. Tepatnya di lantai tiga, di ruangan khusus bermain bernuansa anak-anak yang kental. Ruangan yang di buat agar putra-putranya tidak banyak berada di luar rumah.

Ada si bungsu, Jura, yang duduk di pangkuan Gara, anak itu tengah sibuk memakan cookies, dengan cokelat yang meluber ke tangan-tangan mungilnya. Lalu kakak kembar si bungsu, Nuga yang duduk di pangkuan Niskala yang sedang bermain game online. Bocah itu sibuk menekan tombol random di ponsel Kala, mengganggunya.

Anak tengah dari tiga kembar sedang tiduran di paha si sulung, Tara. Gala sedang membaca buku rumus-rumus fisika. Surai yang sedikit panjang agak kecokelatan miliknya di usap sesekali oleh sang kakak.

Tara, Hira, Naya dan Arunika sibuk mengerjakan tugas yang akan dikumpulkan hari senin nanti. Harusnya ada Demure, tapi laki-laki itu sudah 4 hari tidak ada kabar sama sekali. Nomor dan media sosialnya tidak ada yang aktif.

Arunika, gadis yang diketahui adalah kekasih laki-laki itu sering uring-uringan karena frustrasi tidak ada tanda-tanda kekasihnya memberi kabar. Gadis itu selalu tampak murung di kelas, apalagi jika memandang bangku kosong di sebelahnya. Hira dan Naya sudah hampir menyerah menghibur Arunika.

Hiraeth, gadis yang pada dasarnya adalah tunangan dari Demure, sebenarnya ia juga khawatir. Tapi setelah mendengar penjelasan rinci tentang kejadian yang membuat laki-laki itu pergi, Hira jadi lebih santai. Bukan tidak peduli, hanya saja ia berusaha mengerti kondisi hati Demure.

Ayya, satu nama yang terlintas di benaknya ketika malam kemarin mendapatkan informasi itu. Seperti apa gadis itu? Yang Hira tahu, gadis itu adalah mantan pacar Demure. Cinta pertama laki-laki itu. Apa yang Ayya miliki hingga tidak bisa Demure lupakan?

Cemburu. Hira akui dirinya cemburu. Bagaimana pun, tunangannya kini adalah cinta pertamanya juga. Hubungan ia dan Demure jelas, walau berawal dari perjodohan, tapi cinta pada pandangan pertama itu, Hira rasakan.

Hira teringat dengan tatto di bahu dalan Demure. Nama Ayya, emoji love, lalu tanggal 16.09, sekarang ia tidak begitu bertanya-tanya kenapa Demure menganggap ia sebagai penghancur kebahagiaan. Tanggal itu persis seperti tanggal pertunangan keduanya, tepat satu hari setelah ulang tahun Hira.

Keluar dari isi pikiran, Hira. Beralih ke Naya, gadis itu sibuk adu argumen bersama sulung Nirwana. Memperdebatkan jawaban salah satu soal yang jawabannya tidak sama antara ia dan Tara.

"Yang bener punyaku, Tara~" Ucap Naya, terkesan merengek.

"Dari mananya? Bu Lala, kan bilang caranya kayak gini." Keukeuh Tara, menunjuk rumus yang diberikan sang guru ekonomi.

"Tapi caranya emang bisa dua-duanya, Naya, Tara.." Lerai Arunika sebagai yang tertua.

Puk!

Dua remaja itu cengengesan, baru menyadari kalau mereka memperdebatkan suatu yang tidak berguna. Naya menoleh ke arah Hira yang tampak melamun. Ia mengipas tangan di depan wajah gadis bermanik bulat itu.

"Jangan ngelamun. Ayo kerjain! Tinggal dua soal lagi." Ajaknya, diangguki Hira.

Jura, bocah itu menyengir lucu sembari menyodorkan tangan mungilnya ke hadapan sang kakak yang memangku. Tangan seputih susu itu belepotan cokelat dari isian cookies yang dimakan Jura.

Gala menegakkan tubuhnya, bergegas membawa tissu basah dan tissu kering. Duduk bersila di sebelah Gara yang memangku si bungsu. Mengambil alih lengan mungil Jura untuk dibersihkan menggunakan tissu basah. Dan bagian bibir menggunakan tissu kering.

Setelah kembali bersih, Jura beranjak dari pangkuan Gara menuju Gala. Kesempatan kali ini digunakan si terkecil dari tiga kembar untuk meluruskan kaki yang sedari tadi kebas memangku beban buntalan uwu.

DEMURE | Lee Heeseung [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang