Bukannya menjawab pertanyaan sang papa, bocah Netherland yang satu itu hanya menatap tak terima atas ucapan lelaki dewasa di hadapannya. Bukan rahasia lagi jika Jose sangat menyayangi mendiang sang mama yang telah tiada sejak 7 tahun yang lalu, meski sebentar sang mama masih sempat mengasuhnya dengan penuh cinta juga kasih sayang dan Jose mengingat dengan jelas bagaimana seorang Issabele Van Zander menyayanginya sepenuh hati.
Tentu saja telah jelas jawaban dari Jose adalah tidak!
Tanpa berkata lagi bocah 15 tahun itu beranjak dari meja makan dan berlalu meninggalkan Zander yang sebenarnya telah menyangka reaksi Jose akan sekeras itu menolak kehadiran orang asing di dalam keluarga kecil mereka.
"kijk naar je zoon issabele hij houdt zoveel van je (lihat putramu Issabele, dia sangat mencintaimu)," Gumam Zander lirih sembari mendengar bantingan dari daun pintu kamar sang putra. Ia berusaha memakluminya, bagaimanapun Jose masih membutuhkan waktu untuk menerima oranglain, tetapi yang jelas Zander harus memdapatkan Atikah sosok perempuan berdarah campuran yang akan ia jadikan sebagai bagian dari rakyat Netherland nantinya.
Karena sejujurnya Zander telah menaruh hati kepada sang puan sejak pertama kali mereka bertemu, tetapi ketika mengetahui Atikah memiliki pendirian yang kuat sebagai seorang inlander yang kotor di matanya Zander berniat untuk membersihkan sang puan terlebih dahulu.
Zander keluar mengenakan pakaian serba putih dengan membawa topi berbentuk bulat di tangannya. Rencananya Zander akan berkeliling desa dan mencari hal apa saja yang menarik yang berada di sana, karena memang selama ini Zander hanya datang ke sana sesekali untuk berkunjung melihat kebun teh miliknya.
Tetapi kali itu ia sangat berharap bertemu dengan oranglain di sana, sosok yang sedang membuatnya sangat tertarik untuk menetap di desa kecil itu.
Visualisasi Pakaian Zander tetapi di tambahkan topi
"Atang," Zander memanggil seorang Jongos yang terlihat baru saja selesai memasang jaring yang ternyata di kerjakannya sendiri tanpa sepengetahuan Jose yang sebelumnya ingin membantu.
"Ada apa, Meneer," Jawabnya sembari menepukan kedua tangannya, membersihkan sisa kotoran di tangan ringkihnya.
"Tolong kau jaga rumah, jangan lupa panggilkan Babu untuk menjaga Jose, aku akan pergi ke kebun dan berkeliling sebentar," Ujar Zander sembari memakai topinya.
"Baik Meneer," Atang mengangguk lalu Zander berlalu menuju sepeda ontelnya yang sebelumnya ia parkir di halaman rumah.
Zander mulai mengayuh sepedanya keluar melewati gerbang rumahnya. Sang Tun berniat pergi ke kebun teh terlebih dahulu, lalu datang ke balai desa, setelah itu berkeliling desa juga tak ada salahnya. Zander juga berniat untuk membelikan Jose sesuatu demi memperbaiki suasana hati sang putra semata wayang yang tengah merajuk karena ucapannya.
Mungkin ada seorang pedagang klapertart kesukaan sang putra di desa itu, meskipun kemungkinannya kecil tapi setidaknya Zander berharap begitu adanya. Lagipun desa yang kini ia tinggali tak bisa juga di sebut sebagai desa terpencil, mengingat tak jauh dari sana terdapat banyak infrastruktur yang telah dapat di anggap maju, bahkan kendaraan roda empat miliknya telah memiliki garasi.
Setelah mengayuh sepeda sekitar 200 meter, Zander akhirnya sampai di sebuah perkebunan teh yang luas miliknya. Terlihat para pemetik teh tengah dengan giat bekerja, mayoritas para pemetik adalah para perempuan paruh baya sementara para pengangkut daun teh adalah lelaki-lelaki muda yang berusia tak jauh dari Jose yang tentu saja tak pernah mengecap pendidikan.
"Hati-hati, jangan sampai daun tehnya rusak," Ucap Zander sementara dirinya masih terduduk di atas sepedanya. Zander memang memperhatikan para pekerja dari atas sepedanya tak ingin turun dan repot-repot mengecek dengan detail karena telah ada mandor sendiri yang mengurusnya.
Zander menatap ke seluruh area kebun, menikmati pemandangan hijau nan luas yang asri dengan sepenuh hati. Di Netherland nun jauh di sana tak dapat ia rasakan suasana seasri itu tetapi di Hindia Belanda semua pemandangan itu dapat ia lihat dan rasakan kapanpun ia mau.
Zander masih tetap fokus dengan sisi sentimentalnya sebelum tanpa sengaja netranya menangkap sosok lain yang tengah berjalan merangsak masuk ke area tengah perkebunan. Rambut pirang yang di cepol dengan rapih, kebaya yang ia kenakan berwarna merah muda merona dengan kain jarik berwarna coklat tua yang menutupi bagian bawahnya, senyuman khas bangsa eropa yang sangat menawan.
Bagaikan tersihir Zander memutuskan untuk menghampiri sang entitas hingga memancing tatapan dari para pemetik yang tengah sibuk dengan pekerjaannya.
Dengan tanpa ragu sang Tun mendekatkan kepalanya ke sisi kanan telinga sang puan, "Goedemorgen, untuk yang kedua kalinya," Ucap Zander, sementara sosok perempuan lainnya terlihat amat terkejut hingga mulutnya menganga bak melihat makhluk tak kasat mata.
****
Footnote
Inlander = Sebutan untuk Pribumi oleh para penjajah
Hindia Belanda = sebutan untuk Negara Indonesia pada zaman penjajahan
Tbc ...
Boleh bantu aku promoin cerita ini gak di platform lain, hihi ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Pribumi [Jaedy]
FanfictionCOMPLETED Cerita ini berlatar pada jaman penjajahan kolonial Belanda, di mana seorang perempuan yang lahir dari hasil pernikahan campuran antara Bangsawan dari Netherland (Belanda) dan rakyat Pribumi di paksa menikah dengan Bangsawan dari Netherland...