10 : Pengorbanan

499 90 9
                                    





























Tentu saja siapa tak akan senang hatinya ketika berhasil menundukkan seorang yang keras kepala dan tak ingin mengalah seperti Atikah, sungguh prihal pencurian yang di lakukan Hasnah tak pernah ada dalam rencananya. Tetapi bak Tuhan telah memberikannya keberuntungan Zander merasa selalu mendapatkan momen yang tepat untuk menaklukan perempuan sombong berdarah campuran itu.

"Asman, Dharma, kalian pergilah ke rumahku, siapkan mobil untuk membawa Hasnah dan anaknya ke Batavia, saya akan menghubungi kolegaku di rumah sakit PGI," Zander lalu menatap Atikah kemudian, "kau, segera pulang dan berdandan, akan ku kenalkan kau dengan putraku, pastikan, memakai pakaian yang dapat di terima oleh bangsa Netherland, mengerti?" Zander berkata sembari berdiri, sementara Atikah hanya terdiam penuh keputus asaan, Pada akhirnya ia tunduk akan kekuasaan seorang Jacob Van Zander.


















"Demi Tuhan Atikah, kau tak perlu menurut kepada kompeni itu, biarkanlah aku di hukum--"

"Dan Ibumu juga, Hasnah? Lalu bagaimana dengan Abirama? Dia sedang sakit Malaria dan kau tau tak ada siapapun yang akan mengurusnya jika kau dan Ibumu mati di gantung!" Seru Atikah penuh kekesalan, sejujurnya Atikah tak berniat membentak Hasnah tetapi emosi yang kini memenuhi hati tak dapat Atikah tahan luapannya.

"Atikah, bersabarlah," Lilis yang sedari tadi ikut bersama kedua sahabatnya itu mencoba menenangkan, "dan kau Hasnah, daripada kau mengungkit apa yang sudah terjadi ucapkan saja terimakasih kepada Atikah, setidaknya kau tak jadi di gantung dan anak kau dan Emak juga selamat. Cepat, jika bisa kau bersujudlah!" Lilis berucap sembari menunjuk tanah.

"Tak perlu, maaf Hasnah aku tadi emosi, sekarang kau pulanglah, sebentar lagi mobil Meneer mungkin akan tiba di rumahmu. Biar aku pulang bersama Lilis," Atikah berucap sembari menatap lembut sahabat karibnya itu.

Lalu dengan cepat Hasnah memeluk Atikah dan menangis tersedu, rasa bersalah tak dapat Hasnah bendung, dirinya menyesal melakukan perbuatan itu sehingga membuat Atikah menanggung akibatnya.

"Maafkan aku, Atikah ... Seharusnya aku tak melakukan itu dan membuat kau menjadi jaminannya. Aku sangat menyesal."

Atikah mengusap punggung Hasnah pelan sembari menepuknya beberapa kali, "bukan salah kau, kau adalah seorang ibu dan aku mengerti seorang ibu akan melakukan apapun demi menyembuhkan putranya. Demi Tuhan aku ikhlas membantumu. Jadi jangan menangis lagi dan antar Abirama ke rumah sakit."

Melihat itu Lilispun akhirnya ikut menangis, perempuan itu melebur memeluk kedua sahabatnya, Lilis tak menyangka jalan yang harus di tempuh oleh Atikah dan Hasnah akan seberat itu, bagaimanapun dirinya merasa ingin membantu tetapi keterbatasanlah yang menghalangi Lilis.

"Bersabarlah kedua sahabatku."




























****





















Setelah menahan tangis di depan kedua sahabat dan orang-orang hati Atikah mulai merasa lelah dan tak sanggup membendungnya lagi, maka sesampainya di rumah, Atikah memecahkan tangisnya seraya terduduk di depan pintu kamarnya hingga tersedu. Nasib apa yang kini ia hadapi, apa salah yang telah dirinya perbuat sehingga harus menjalani kehidupan yang pelik.

Sempat berpikir apakah ia harus mati saja karena tak ingin menjadi istri dari seorang Zander tetapi apa yang akan londo itu lakukan kepada Hasnah dan keluarganya jika ia membunuh dirinya sendiri. Atikah mulai berpikir, apa ia tak memiliki pilihan untuk dirinya sendiri? Memikirkan itu membuat Atikah kembali menangis semakin tersedu.

"Apa yang harus ku lakukan ..."

















Mobil Zander terparkir di halaman rumah Atikah, dirinya mengenakan pakaian terbaik sehingga membuat paras khas eropa miliknya semakin terlihat tampan nan mempesona. Zander sengaja tak memanggil maupun mengetuk pintu melainkan hanya menunggu sosok perempuan yang berhasil membuatnya terobsesi keluar seorang diri dari tanpa mendapat paksaan.

Zander tak sabar melihat penampilan cantik Atikah walaupun dirinya tak yakin Atikah akan mengenakan pakaian sesuai keinginannya atau tidak, tetapi yang terpenting dirinya ingin Atikah terlihat cantik hal lain dapat di atur setelah mereka menikah nanti.

Sekitar setengah jam menanti, Atikah akhirnya keluar dari dalam rumah dan tak Zander sangka perempuan itu memang berdandan Atikah terlihat memakai perona bibir dan beberapa polesan yang menambah kecantikannya terlihat jauh berbeda meskipun biasanya memang sudah terlihat cantik.

Kebaya yang ia kenakanpun sungguh terlihat berbeda, tak pernah sekalipun Zander melihat Atikah mengenakan kebaya yang sedikit modern seperti itu.


"Wahh ... " Zander bertepuk tangan setelah Atikah tiba di hadapannya, lelaki itu tak dapat berhenti terkagum dengan keindahan ciptaan Tuhan itu, "erg mooi (cantik sekali), kau membuatku sungguh terpesona, calon istriku," Zander menarikan jemarinya di atas pipi dengan sedikit perona milik Atikah.

Namun Atikah segera memalingkan wajah sembari menatap Zander tak suka, "Bisakah tak menyentuhku?"

Zander kemudian menarik tangannya dan terkekeh, "ja, untuk sekarang, saya bisa menahannya, tetapi, kau harus tau Atikah, saya adalah orang yang sangat suka bercinta. Jadi kau harus bisa membiasakan diri, mengerti mijn toekomstige vrouw? (Calon istriku?)"



































Tbc ...



Chapter selanjutnya Atikah ketemu Jose, tebak-tebakan, gimana reaksi Jose waktu ketemu Atikah, yuk?

Pribumi [Jaedy]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang