Atikah yang di tanya lalu mengangguk, "ya, kau betul, saya yang membuat janji untuk membayar ramuan itu."
Jawaban Atikah yang begitu lugas cukup membuat Yixing terkesan, lelaki itu tersenyum lalu mendekat ke arah sang puan, tubuhnya yang tinggi dan tegap berdiri dengan tatapan cukup tajam, "kau tahu bukan, Sǐwáng sangat berbahaya, kau bisa mati setelah meminumnya bukan hanya bayi itu," Peringat Yixing guna meyakinkan Atikah. Karena sejujurnya Yixing tak sembarang menjual ramuan dengan level yang keras kepada pembeli yang berlaku impulsif, jika tak yakin Yixing tak akan menjualnya meski ia akan mendapatkan keuntungan yang banyak.
"Saya tau, itu kenapa saya repot-repot mencari kau selama beberapa waktu."
Yixing mengangguk mengerti, tetapi Yixing tetap tak akan semudah itu memberikannya, "Sebelum saya memberikan ramuan itu, kau harus jelaskan dulu apa alasan kau ingin menggugurkan bayimu? Apa itu ulah Meneer yang tak bertanggung jawab?"
Mendengar itu Atikah tak senang, seolah Yixing tengah membandingkannya dengan para gundik yang bekerja di rumah bordil, "Jangan asal bicara! Anak ini memiliki Ayah dari pernikahan yang sah!" Tegas Atikah dengan sedikit marah.
"Lantas kenapa kau mau menggugurkannya?"
Atikah terdiam dengan pertanyaan itu, sedikit keraguan mulai muncul di benaknya ketika pertanyaan yang terkadang melewati pikirannya kini terucap dengan jelas, kenapa ia harus membunuh anaknya sendiri? Kenapa?
"Jika kau ragu kau tak harus membelinya, Nyonya, kau bisa segera pergi dari sini--"
"Tidak!" Seru Atikah sebelum Yixing beranjak, "saya akan tetap membelinya," Lanjut Atikah sembari memasang wajah penuh keyakinan. Bagaimanapun dirinya akan rugi jika tak mencoba, entah pikirannya impulsif atau apapun itu Atikah tak akan membiarkan bayi yang di kandungnya mengikat ia dan Zander selamanya, tak akan.
Yixing lagi-lagi mengangguk dan tersenyum mengerti, terlihat jelas jika Atikah bukan perempuan miskin yang di hamili oleh Meneer kelas bawah dan berniat menghabisi bayinya karena malu, siapapun yang datang padanya untuk membeli Sǐwáng tak mungkin orang miskin mengingat harganya yang sangat mahal.
"Baiklah, tunggu sebentar saya akan membawakannya."
****
Atikah segera pulang setelah mendapatkan satu wadah berbentuk guci kecil seukuran genggaman tangan terlihat begitu khas. Sebelumnya Atikah telah mencoba mencium baunya yang begitu menyengat dan membuat kepalanya sedikit pusing. Hanya dengan begitu saja Atikah sudah tahu seberapa tajam efek dari herbal China yang ia beli.
Bohong jika Atikah tak takut, bagaimana jika ia malah meregang nyawa bersama sang bayi, bagaimana jika ia malah menyia-nyiakan hidupnya hanya untuk lepas dari Zander, tetapi semua itu tak ia hiraukan karena tujuannya telah ada di depan mata bagaimanapun ia tak ingin mundur karena telah terlanjur basah.
Maman menghentikan kendaraan di halaman, sopir itu juga membukakan pintu seperti biasanya. Atikah tak melihat eksistensi siapapun bahkan Jose terlihat masih berada di sekolahnya. Rasa aman tentu saja Atikah dapatkan kala menyadari rumahnya hanya terisi oleh babu dan jongos yang tak akan berani berbuat macam-macam.
"Saya akan istirahat di dalam kamar, tolong beri tahu Asih untuk tak mengganggu saya," Ujar Atikah kepada Maman yang segera di patuhi oleh sopir itu.
Lalu dengan penuh keyakinan Atikah berjalan dan masuk ke dalam kamarnya, menutup asal pintu ruangan itu juga menutup gorden hingga kamar menjadi sedikit gelap. Atikah duduk di tepi ranjang lalu menatap genggaman tangannya yang telah terisi oleh seguci ramuan yang akan segera menjadi kunci kebebasannya. Zander tak boleh memilikinya tak akan, batin Atikah bicara.
"Minumlah satu sendok saja, efeknya akan sangat menyakitkan jadi pastikan kau berteriak agar ada seseorang yang menolong kau karena jika tidak, kau bisa mati. Sǐwáng tak akan terdeteksi sekalipun suamimu membawa kau ke rumah sakit di Batavia, jadi dia hanya akan berpikir kau keguguran karena kecelakaan, bukan karena di sengaja."
Mengingat perkataan Yixing Atikah dapat sedikit tersenyum ia yakin jika ia takan mati hanya karena sedikit kesakitan, Atikah mengambil sebuah sendok bekas mengaduk kopi milik sang suami, lalu perempuan itu membuka tutupnya, bau yang menyengat itu cukup membuat Atikah merasa mual, kandungannya masih cukup sensitif terhadap bau tetapi cukup ideal untuk ia gugurkan. Tak apa, kehilangan sesuatu demi hal lainnya tak akan menjadi masalah baginya.
Atikah lalu menuangkan herbal itu secara perlahan dan fokus, memperhatikan bagaimana cairan berwarna putih bening bak air biasa mengalir dari dalam sana, rasa takut, senang dan ragu sekaligus menyapa relung hatinya. Hingga Atikah tak menyadari sesosok lelaki telah berada di depan pintu menyaksikan kefokusannya dengan raut penuh amarah dan kebencian.
"ATIKAH!!"
Tbc ...
Jangan sekalipun berpikir Zander bodoh atau bulol ke Atikah ya, beliau ini bukan sembarang beliau soalnya :"D
KAMU SEDANG MEMBACA
Pribumi [Jaedy]
FanfictionCOMPLETED Cerita ini berlatar pada jaman penjajahan kolonial Belanda, di mana seorang perempuan yang lahir dari hasil pernikahan campuran antara Bangsawan dari Netherland (Belanda) dan rakyat Pribumi di paksa menikah dengan Bangsawan dari Netherland...