19 : Murka

667 78 16
                                    
















Zander tercengang untuk beberapa saat dirinya tak percaya apa yang ia dengar dari sosok di depannya karena selama ini Augustijn tak pernah melewati batas jika membicarakan soalan Issabele, tapi saat mendengar apa yang ia ucapkan saat itu membuat Zander yang biasanya tak terlalu mempedulikan omong kosongnya mendadak di landa emosi berat.

Zander mematikan rokoknya dengan cara di injak ekspresinya berubah dingin dan Augustijn yang masih dalam kondisi mabuk berat sama sekali tak menyadari gelagat Zander yang telah tersulut emosi. Sebagai saudara dengan tali keluarga yang erat juga usia yang sebaya Augustijn biasanya memang bicara santai terhadap Zander walaupun Augustijn sendiri tahu betul jika strata Zander dalam silsilah keluarga mereka berada di jajaran puncak.

"Bicaralah dengan jelas Klootzak," Zander mengangkat tangannya lalu menampar pipi Augustijn dengan cukup keras, "kau tak berhak," Zander melayangkan tamparan kedua sementara Augustijn yang teler hanya tertawa seperti orang gila padahal gundik-gundik di sana telah bergerak menjauh. Mereka memiliki pengalaman buruk terhadap londo yang tengah emosi seperti Zander, "bicara begitu kepada istriku," Lagi Zander terus menampar Augustijn hingga hidung salah satu petinggi angkatan perang Netherland itu berdarah.

Zander yang masih emosi lalu menarik kerah baju Augustijn hingga si pemabuk itu berdiri, "JE WILL DOOD!?(Kau ingin mati?)" Teriak Zander membuat semua pegawai maupun tamu sesama kaum londo di sana hanya dapat bungkam dan membeku di tempatnya.

"He ... He ... " Augustijn malah tertawa bodoh seakan apa yang di lakukan Zander padanya tak berpengaruh sama sekali, setelah itu Augustijn terjatuh pingsan ke atas lantai bak boneka kertas, sementara Zander hanya dapat mengacak rambutnya menahan rasa kesal.
























***


















Atikah baru saja selesai membantu Asih memasak beberapa makanan lokal yang sebelumnya tak di setujui oleh babu di rumahnya itu. Zander akan mengamuk jika melihat menu makan siang yang sangat lokal Asih tak ingin Nyainya itu mendapat amukan dari sang tuan, tetapi Atikah hanya menjawab dengan senyuman dan berkata tak akan terjadi apapun terhadap dirinya.

Sepiring tumis kangkung, bakwan bahkan Karedok telah tersaji di meja makan tak lupa sepiring ikan teri yang di goreng saja sebagai lauk membuat Atikah tersenyum bahagia, kehidupan seperti ini yang ia inginkan setelah menikah, Atikah ingin menjadi dirinya sendiri dan sebagai seorang Pribumi dirinya sangat mencintai negara yang ia pijak maka ia tak akan menyesal walaupun Zander akan memukulnya saat melihat hidangan di atas meja makan nanti.

Asih masih saja memasang tatapan takut terhadap apa yang telah ia dan sang nyonya masak tetapi Atikah malah tersenyum bahagia bak baru saja menciptakan makanan paling enak di dunia, ruangan yang telah beraroma ikan dan bumbu khas Hindia Belanda membuat Atikah merasa segala kesedihannya hilang begitu saja.

Setidaknya sampai seseorang tiba-tiba munc dari balik pintu dengan tampang tak mengenakan bahkan tatapannya begitu dingin.

"Bau apa ini!" Serunya bahkan tanpa nada bertanya.

"Aku memasakan makan siang--"

"KAU GILA? APA KAU PIKIR SAYA AKAN MEMAKAN MAKANAN INLANDER SEPERTI INI!" Zander berteriak di depan wajah Atikah yang membuat Asih beringsut pergi ke arah belakang rumah tak ingin menyaksikan kemurkaan sang tuan.

Sementara Atikah tak gentar dan hanya menatap sang suami tanpa melawan karena diam-diam ia telah menduga reaksi keras yang akan Zander layangkan.

"BERSIKAPLAH SEDIKIT NORMAL ATIKAH, BISAKAH KAU BERSIKAP SEPERTI ISSABELE DAN JADILAH ISTRI PENURUT!" Zander lanjut berteriak bahkan kini kakinya menendang kursi meja makan seraya tangan mengusak rambut pirangnya sendiri.

Zander begitu terlihat frustasi dan emosi Atikah tak mengerti hal apa yang telah membuat Zander begitu murka apa sungguh hanya karena makanan yang ia buat? Karena sepertinya bukan.

"Apa yang salah dari sepiring makanan Meneer? Semua ini tetap bisa di makan," Jawab Atikah dengan nada yang tak di balas emosi.

Zander menatap Atikah dengan tajam dan menunjuk semua makanan yang ada di atas meja, "Buang semua ini, kau masak makanan lain yang sesuai dengan keluarga ini! Jika tidak kau akan tahu apa yang akan saya lakukan!" Ancam Zander sebelum akhirnya pergi berlalu ke arah kamarnya sendiri.

Seperginya Zander barulah Atikah menyadari kedua kakinya terasa lemas dan tanpa sadar ia telah jatuh ke atas lantai dengan air mata yang meleleh dari ke dua belah matanya.

Atikah baru menyadari jika ia sungguh berada di neraka bahkan sebelum ia mati, bagaimana bisa ia melalui hari demi hari yang kian memberatkan hati. Mungkin mati lebih baik di banding harus menjadi istri yang di perbudak oleh suaminya sendiri. Tetapi sesungguhnya bukan itu yang membuat Atikah begitu merasa sakit, tetapi nama Issabele yang keluar dari bibir sang suami sebagai bahan perbandingan yang membuat Atikah merasa sungguh tersakiti.

Siapa juga istri yang mau di bandingkan dengan perempuan lain, terlebih itu adalah mantan dari sang suami.









































Tbc ...

Enaknya siapa yang ngalah?

Pribumi [Jaedy]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang